7. Pesta

2K 47 2
                                    

Awal yang baik jika saja anak yang harus ia ajar mengerti setidaknya 15% saja dari pelajaran yang akan ia ajarkan. Namun, sayangnya itu hanyalah khayalan belaka. Realitanya, Rara dengan bodohnya jujur bahwa ia tak mengetahui apa-apa.

"Redan!" seruan dan panggilan itu membuat sang empunya nama berhenti.

Ia tahu itu suara siapa. Suara gadis yang sangat ia cintai, mungkin hingga saat ini.

"Dan," Novi berhenti tepat di sebelah Redan. "Lo kok masih di sini?"

Redan sedikit bergeser dan menghadap Novi. Sejujurnya, tiap kali melihat wajah cantik nan mungil milik Novi ini, rasanya Redan ingin sekali menciumnya hingga kobam. Namun, itu lagi-lagi hanya khayalan belaka. Dan tentu, Redan tak menyukai yang namanya 'Dosa'.

"Iya," jawab Redan simpul. "Abis dari perpus. Ada perlu," lanjutnya. "Lo sendiri? Kenapa belum pulang? Urusan Osis?"

Novi mengangguk. "Sebagai bawahan, gue harus bikin sang atasan terkesan dong? Apalagi atasannya mantan gue sendiri, hehe."

Sangat rapuh. Kala Novi berucap mantan dengan santainya, Redan malah merasa bahwa ia sangat rapuh sekarang. Apakah benar, Novi benar-benar tak memiliki perasaan apa-apa lagi padanya sekarang?

Bak bidadari yang turun dari surga, kecantikan Novi begitu sulit dijelaskan. Hati, fisik, sikap yang cantik membuat ia sempurna di mata sang Redan Ferrio Trophy.

"Dan?" melihat sang mantan yang diam saja membuat Novi kebingungan.

Redan berdeham. Ia menatap sekitar, untuk mengecek sesuatu. Namun, niatnya untuk mengantar pulang Novi gagal. Ia melihat dari kejauhan motor vespa matic berwarna kuning yang tertinggal sendirian di parkiran itu.

"Lo bawa motor, ya?" tanya Redan, memastikan.

Novi mengangguk. "Iya. Kan emang gue selalu bawa. Gimana, sih?"

"Pas lagi sama gue nggak." sergah Redan secepatnya.

Novi juga Redan sama-sama terdiam. Novi yang canggung dan Redan yang membodohi dirinya sendiri karena berucap seperti itu.

"Ekhem."

"Hmm ..."

Keduanya sama-sama berusaha mencairkan suasana. Namun, yang ada suasana malah semakin canggung.

Frustasi, akhirnya Redan pun tersenyum simpul menatap Novi. Novi pun membalas senyuman Redan.

"Ayo ke parkiran. Bareng sama gue," Redan mengajak.

Novi mengangguk. "Yuk!"

Keduanya sama-sama menghampiri parkiran motor. Karena, Redan memang malas membawa mobil ke sekolah. Lagipula, ini Jakarta. Pasti setiap pagi selalu macet. Dan, Redan membenci itu.

Terlihat beberapa motor yang tersisa. Tak banyak, sepertinya hanya 6-7 buah saja.

Keduanya sama-sana berhenti, karena motor Novi dan Redan berdekatan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang