2. Redan Ferrio Trophy

4.3K 82 1
                                    

Lelaki itu berjalan dengan tatapan tajamnya. Ia dingin. Sangat dingin malah. Namun, ia hangat pada orang-orang tertentu. Ia tidak suka menyapa orang-orang. Kerjaan nya hanya menyapa buku-buku yang terpajang jelas di perpustakaan. Tak jarang juga ia mangkal di perpus hingga diusir.

Lelaki itu tengah memasang eaephone di kedua telinganya. Ia tengah mendengarkan lagu milik Avenged Sevenfold yang berjudul Buried Alive. Sebenarnya ia ingin mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun, mengambil aman, daripada dibilanh tidak waras, lebih baik Redan diam dan mengikuti lirik lagunya di dalam hati.

Redan Ferrio Tropy. Sesuai dengan nama belakang Redan. Lelaki itu selalu mendapatkan Trophy saat berlomba apapun. Hingga ia membeli lemari sendiri untuk memajang piala-piala miliknya.

"Redan!" panggil seseorang dari belakang Redan.

Redan menepi, barulah ia menoleh. Ia memasang volume pada earphone tidak full. Karena jenis lagu yang tengah ia dengarkan adalah jenis lagu yang terbilang rock.

"Red, ke kelas 'kan?" tanya lelaki itu.

Redan mengangguk kaku, ia segera melepas earphone nya, lalu memasukkannya ke dalam saku baju seragamnya.

Lelaki bernama Fahri itu merangkul Redan yang kini sibuk menaruh earphone di saku bajunya. Tanpa memperdulikan Redan, Fahri malah menarik Redan untuk segera berjalan dan mengikutinya menuju kelas tercinta.

Redan menepis lengan Fahri yang merangkulnya itu sambil berdecak. Lalu kembali memasukkan setengah jarinya kedalam saku seragamnya untuk memasukkan earphonenya.

Kini gantian Redan yang menepis Fahri yang kini wajahnya mengkerut karena cemberut.

"Dih," ujar Redan bingung.

Fahri menoleh ke arahnya, "Dah dih-dah dih, sakit ege tepisan lo!"

Redan hanya mengedik, lalu mengajak kawannya itu masuk kedalam kelas XI IPA 1.

Lelaki itu tengah asik bercengkrama dengan buku-bukunya di perpus. Terkadang ia harus membalasi chat-chat dari anggota Osis yang selalu membuat nya repot. Karena sebentar lagi akan ada acara Pentas Seni sekolah, maka anggota Osis SMA Plus Citra Kasih harus bekerja 2x lebih efektif dari hari biasanya.

"Denger-denger sih katanya begitu, tapi gue yakin, kalo Redan yang pegang, pasti semuanya tentang buku." terdengar samar-samar suara lelaki yang sudah baligh dari belakang Redan. Redan sengaja tidak menoleh, karena ingin tau apa yang akan mereka lanjutkan.

"Ye! Lo kan gak tau kesukaan dia selain buku. Siapa tau dia suka blue film? Yakan? Dia kan cowok! Ya kali gak nafsu liat yang kaya begituan, haha." sahut lelaki yang lainnya dengan suara yang terdengar pelan.

Redan mengepalkan tangannya. Namun, ia meredam emosi itu dengan senyuman. Ia menghisap udara sebanyak mungkin, lalu menghembuskan nya secara perlahan. Hingga akhirnya ia berdiri dan menaruh buku yang sempat ia baca tadi kembali ke tempatnya, lalu berjalan di sisi kedua orang yang membicarakannya tadi. Membuat kedua lelaki tersebut ciut dan menunduk menunjukkan rasa hormat, atau--takut?

Redan berjalan dengan kesal. Ia sedikit menghentakkan kakinya saat berjalan menuju ruang Osis. Lama-kelamaan, telinganya bisa rusak akibat kepanasan karena diomongi atau diperbincangkan oleh orang lain. Bukannya Redan sombong atau tidak suka di kritik. Ia malah menyukai sesuatu yang membuatnya bisa menjadi lebih baik. Namun, jika caranya salah. Ia pun harus bertindak, layaknya Badboy yang mencabik habis-habisan wajah musuhnya yang dicap sebagai perusak hubungan orang itu dengan kepalan tangannya sendiri.

"Redan!" panggilan itu ditujukkan padanya. Entah dari siapa, namun, itu terdengar begitu santai namun tegas juga.

Redan menoleh, mendapati Novi, partner di Osis nya itu tengah berjalan sambil membawa setumpuk kertas dan menenggerkan almet Osis nya di bahu sebelah kanan.

"Susaaaah banget buat bikin proposal ajuin Dj dateng kesini." rejeng Novi, sang Sekretaris Osis yang terbilang pandai, pintar namun pandai bergaul.

Redan menatap Novi tajam, namun diselangi dengan tatapan 'lalu?'

"Nah, coba deh lo yang turun tangan. Atau setidaknya lo ngomong deh sama Pak Sutorno. Gue udah males berurusan sama lelaki itu!" ujar Novi kesal.

Redan tertawa dalam hati, mantan kekasihnya ini memang selalu beda dari yang lain. Ia pintar, namun tidak menunjukkannya dengan terang-terangan. Melainkan merendahkan dirinya sendiri.

"Nanti gue coba." jawab Redan, yang akhirnya diangguki oleh Novi.

"Yaudah, Dan. Gue duluan ya!" ucap Novi sambil menepuk-nepuk bahu Redan yang kini malah melemas karena melihat pergerakan Novi yang kian menjauh.

"Nov--" ucap Redan tergantung, "I love you."

-MPF-

Penampakan Redan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penampakan Redan.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang