20. Tertangkap Basah

1.3K 44 5
                                    

Rara berjalan di koridor dengan senyuman simpul saat teman – teman menyapanya. Tak sedikit dari mereka memang mengenal Rara baik, namun tak sedikit pula dari mereka yang mengenal Rara sebagai cewek bandel yang tak pernah mengikuti tata tertib sekolah.

Gadis itu berbelok ke arah lokernya dan memasukkan kardigan yang ia pakai serta mengambil beberapa buku di sana. Saat menutup pintu lokernya, Rara begitu terkejut melihat 2 orang perempuan yang sudah lama tidak ia temukan di sekolah ini.

"Well, well. I know i'm surprising you, but...," gadis itu mengendik dengan angkuh. "...,here I am."

Rara mengatupkan bibirnya rapat – rapat. Ia tak bisa memungkiri, hanya dengan melihat wajah sialan itu saja, membuat Rara sebal.

"Apa kabar Raditha?" tanya gadis itu lagi, diiringi kekehan meledek dari anteknya.

Raditha. As always like old time.

"Gewa ..." gumam Rara dengan tangan bersedekap dan kepala yang menunduk. Bukan menunduk karena takut, tetapi karena jengah.

"Ya, Raditha?" tanya gadis yang bernama Gewa itu. "Oh, lo kangen sama gue, ya? Gue juga, kok. Pas gue masih di Finladia karena harus pertukaran pelajar, gue bener – bener mikirin lo banget,"

"And of course your darling, Babe." lanjut Gewa dengan kekehannya dan senyuman miring Anteknya.

Rara tersenyum. "Oh, good. But, I have to say this...," Rara mendekat, lalu membisikkan kata – kata di telinga Gewa. "Gue dan Rey enggak bakal terpengaruh sama kembalinya lo ke sini. Lo tau apa? Waktu lo di sini tinggal beberapa hari, dan setelahnya lo akan pisah sama Rey. Sedangkan gue?"

"Mungkin Rey mempersiapkan hal yang besar buat gue. Melamar gue, contohnya." lanjut Rara dengan senyum kemenangan.

"Inget terakhir kali waktu Rey nganter lo ke bandara dan di situ gue ikut?" tanya Rara, mengetes Gewa. "Rey bilang dia senang karena lo harus berlama – lama di Finlan. Karena, itu membuat dia dengan cepat mempersiapkan hatinya buat gue sepenuhnya,"

"And guess what? Here we are. Rey always crazy about me, and me too. So, if you have any plan for broke our relationship ..." Rara menggantungkan kalimatnya, dan memundurkan wajahnya. "Go hell."

Setelahnya, Rara meninggalkan Gewa yang kesal setengah mati. Gadis yang lebih tua 1 tahun di atasnya itu benar – benar mengutuk Rara dalam hati. Gewa memang pintar dalam segala bidang mata pelajaran, namun Gewa tidak pintar menyaingi Rara yang selalu mengejek, menjatuhkan hingga membuat dirinya takut hanya dengan senyuman manisnya dan cantiknya itu. Dan terlebih lagi, Rara sangat tenang. Sekalipun Gewa mengancan nyawanya.

🌿

"Jadi, jika epiglotis menutup tenggorokan, maka ..." Rara tak mendengarkan gurunya mengoceh sedikitpun. Gadis itu justru nemikirkan Gewa yang sudah kembali lebih cepat dari perkiraannya.

"Re," panggil Rara, membuat gadis itu menoleh cepat. "Lo inget Gewa, kan?"

Reghina mengrenyitkan dahinya. "Mantan Rey, inget, lah. Gila aja gue lupa. Dia yang bikin Rey jadi kayak sekarang—"

"Iya, udah cukup. Enggak usah diperpanjang. You broke your bestfriend's heart." peringat Rara, membuat Reghina terdiam.

"Kenapa?" tanya Reghina. Sedetik kemudian, wajah Reghina berubah pias. "Don't say—"

"Iya, dia udah balik." potong Rara, membuat Reghina mengumpat.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang