9. Sejujurnya

1.4K 39 3
                                    

Redan memang benci dengan Rara, namun ia tak mau sampai membencinya terlalu dalam. Ia tahu dengan pasti, benci yang teramat dalam akan berubah menjadi cinta yang juga akan teramat dalam. Dan, sayangnya ia tak ingin seperti itu, meskipun Rara secantik gadis yang sering ia idam-idamkan.

Sejujurnya, Novi memang kalah cantik dengan Rara. Novi yang asli pribumi dengan wajah khas sunda bercampur betawi yang membuat ia terlihat manis dengan kulit kuning langsatnya. Sedangkan Rara yang terlihat bule dengan wajah yang tirus rambut ikal gelombang sepunggung dan bentukan wajahnya yang sempurna. Jelas, Ayah Rara—Geovanno—merupakan orang asli Belanda.

Namun, meski Redan menyukai wajah cantik Rara, ia lebih memilih kepribadian Novi. Novi yang baik dan tak suka macam-macam, Novi yang tak suka membuat masalah, selalu menurut pada peraturan, ramah dan tak angkuh macam gadis yang akan menjadi calon istrinya itu.

"Jangan gugup, Redan. Tante percaya kamu siap untuk ini." ucapan lembut milik Anggun terdengar di telinga Redan.

Redan hanya mendengkus mendengar lontaran dari sang Mama tiri itu. Sedangkan Andra lebih memilih diam sambil menatap anak lelakinya itu. Dalam hati, ia meyakini tindakannya sudah benar. Ia juga tahu, ini tak seharusnua jatuh pada anak bungsu lelakinya itu. Namun, jika bukan karena amanah dan sebuah isyarat yang diberikan, Andra takkan mungkin berniat menjodohkan Redan semuda ini.

"Jangan lama-lama. Redan nggak suka." Redan berucap sambil menatap rumah besar bak kerajaan itu.

Hari sudah malam, dan ini sudah menunjukkan pukul 8 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah malam, dan ini sudah menunjukkan pukul 8 malam. Harusnya sebagai manusia pada umumnya, ini jadwal yang tidak tepat untuk bertamu. Namun, mengingat ini merupakan pertemuan yang cukup penting, sepertinya ini sah-sah saja.

Sesampainya di lobi rumah tersebut, ketiga manusia itu keluar dari mobil bersamaan.

Redan sempat berdecak dalam hati. Mengapa juga keluarga kecil yang hanya berisikan 3 orang harus membuang-buang uang untuk membuat rumah semegah ini. Mungkin dulu karena berempat, namun itu juga terbilang hal yang mubazir.

"Ayo, Redan." ajak Andra.

Redan mengangguk singkat, lantas mengikuti langkah kedua orang tuanya memijak ubin lantai rumah itu.

Sang satpam di depan tadi sudah berbicara bahwa kehadiran mereka bertiga sudah ditunggu sejak 10 menit yang lalu. Setelah mereka memasuki perkarangan rumah, sang satpam juga sudah menelepon ke dalam rumah dan menyampaikan bahwa sang tamu telah sampai.

"Iya, sebentar!" Redan mendengar suara itu dengan jelas.

Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk Redan meremang. Gadis dengan tubuh ideal itu membukakan pintu dengan tank top dan hot pants nya yang ngetat. Redan sontak memalingkan wajah juga matanya.

Beraninya dia!

🌿

Kekehan kaku dari Andra membuat beberapa orang di ruangan itu juga ikutan. Terkecuali Redan dan juga calon istrinya, Rara.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang