13. Mendekat

1.3K 45 1
                                    

Rara terduduk diam di kursi panjang di BL. Gadis itu tengah menunggu mie instan nya datang dan es teh manis kesukaannya. Rey berada di luar bersama teman-temannya. Rara tengah melamuni apa yang akan ditunjukkan oleh Redan malam ini. Sampai mengajaknya ke Ancol. Memang cukup jauh dari rumahnya, jauh sekali malah. Namun, ia kepalang penasaran dengan alasan Redan. Mau tak mau, ia harus datang.

Saat tengah melamun, Rara mendapat pesan dan membuatnya langsung mengeluarkan benda pipih itu.

Di sana tertulis nama yang tak ia sangka akan menghubunginya duluan.

Edan anak orgil

Enggak usah bawa mobil, gue jemput jam setengah 7.

Rara tak berniat membalasnya. Namun, ada yang membuat pikirannya menjadi tak karuan. Apakah ia harus bilang pada Rey? Atau justru diam-diam saja dan menghindari berita ini dari Rey?


"Rara, nih mienya sama esnya. Mau makan di sini apa di depan?" tanya Ibi penjual.

Rara mendongak dan menaruh benda pipih itu di sisinya. "Taro sini aja, Ibi. Gue mau makan di sini aja."

"Oke, bos!"

Rara pun memasukkan handphone miliknya dan mulai meminum es teh manisnya. Ia sudah lapar bukan main. Semenjak belajar tadi bersama Redan, ia memang sudah lapar sekali. Hanya saja ia tahan, ia tak mau Redan merasa kerepotan karenanya lagi.

Lho, kok dia memikirkan Redan?

"Rara, cab-" Saetta menyudahi ucapannya yang hendak masuk. "Oh, baru makan. Ya udah, gue duluan, deh. Lo bawa mobil, kan?"

"Iye bawa." sahut Rara.

Saetta manggut. "Cabut, Ra!"

"Hati-hati, Ta." Rara berucap sembari menatap punggung Saetta yang menjauh. Sedangkan Saetta hanya mengacungkan jempolnya tanpa berbalik.

Rara mulai memakan mie instannya. Gadis itu memakannya dengan lahap. Karena memang Rara sudah lapar sekali sejak 1 jam yang lalu.

Selang beberapa menit, Rara sudah usai makan. Gadis itu membayar pesanannya dan menuju luar untuk berpamitan pada sang pacar juga yang lainnya untuk pulang duluan. Ia lelah juga ingin segera bebersih, tubuhnya lengket.

"Rey, gue cabut ya." ucap Rara sambil menyentuh bahu Rey, agar sang empunya tubuh sadar.

Rey menoleh sekilas, lalu kembali memainkan kartu yang biasa disebut poker itu. "Oh, yaudah. Hati–hati, Ra."

"Iya," jawab Rara. "Gue duluan ya, guys." sambungnya sambil mengangkat sebelah tangan kanannya.

"Yo, Ra. Hati–hati." sahut mereka.

Rara hanya mengangguk dan berjalan menuju mobilnya. Mobilnya diparkirkan cukup jauh dari mobil Rey. Cowok itu biasa memarkirkan mobil cukup jauh dari warung. Entah apa alasannya.

Rara memasuki mobilnya dan menyalakannya. Ia menyetel lagu dari USBnya dan memilih lagu yang dibawakan oleh penyanyi muda, Billie Eilish. Dimulai dengan Xanny, ia mulai menikmati lagu itu.

Kini, mini cooper itu berjalan pelan melintasi BL, sebelum tadinya memberi tanda bel sebelum melintas jauh. Rara mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata–rata.

🌿

Tank top hitam polos dengan tali tipis, ripped hot jeans di atas pahanya serta bomber yang dibelikan oleh Saetta saat cowok itu berlibur ke New York, natal tahun lalu. Tak lupa, ia mengenakan sneakers mahal yang ia beli tak sengaja saat berjalan–jalan di mall bergengsi di Jakarta.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang