14

6 1 0
                                    

🍂🍂🍂


Kini, aku mengecap Selena sebagai cewek murahan. Ya, itu benar. Hanya cewek murahanlah yang sudah ketahuan selingkuh, tapi masih mengharapkan untuk dicintai oleh korban selingkuhannya. Begitu picik.

"Lo bisa curhat ke gue, kok," ucapku pada Paijo yang sedang bermain game Farm Heroes Saga di ponselnya.

Paijo menghentikan kegiatannya, lalu menghela napas pendek.

"Lo tahu, dia tadi datang ke sekolah gue. Marah-marah nggak jelas. Katanya, gara-gara gue dia jadi putus sama lo. Gimana menurut lo? Sebenarnya, sih, gue nggak pengin cerita hal ini ke elo. Tapi, menurut gue si Selena udah kelewatan. Aneh banget tuh cewek. Kayak nggak punya harga diri aja. Mana teriak-teriak lagi tadi. Bikin bete aja," tuturku panjang lebar.

"Ya, lo benar. Gue udah nggak mau lagi berurusan sama tuh cewek. Bikin perut mules aja."

Apa?
Aku tidak salah dengar, kan?
Paijo? Sudah move on? Serius?

Cowok berwajah oval itu lalu beranjak pergi. Meninggalkanku di ruang keluarga sendiri.

Aku menatap kepergian Paijo dengan mulut ternganga. Masih tak begitu percaya dengan ucapannya barusan.

Tak masalah.
Yang terpenting adalah dia sudah benar-benar move on. Aku adalah orang pertama yang paling bahagia mendengarnya.

~dear you~

"Kalau Selena datang lagi ke lo, biarin saja. Nggak usah diladenin. Sekarang, gue jadi tahu kayak apa sifatnya sebenarnya. Makasih, karena lo udah ngebongkar aibnya yang nggak gue ketahui."

Aku tersenyum kecil begitu mengingat ucapan Paijo tadi pagi. Akhirnya, cowok itu sadar juga. Kudoakan, semoga dia cepat mendapat penggantinya Selena. Aamiin.

"Ayo, gue antar ke sekolah."

"Eh?" Aku mengedip-ngedipkan mataku sembari membuka mulut tak percaya.

"Ayo!"

Paijo menarik tanganku, membawaku menuju ke tempat mobil kesayangannya terparkir.

"T-tapi ... gue bisa berangkat sendiri," aku mencoba menolak.

"Udah. Mulai hari ini, gue yang bakal anterin lo ke sekolah. Uang saku lo tinggal dikit kalau lo naik angkot terus."

"O-oke."

Apa dia benar-benar Paijo kakakku?
Apa ini yang dinamakan the power of putus dari Selena?

Aku tersenyum kecil. Baiklah, sepertinya dia sudah kembali ke keadaan semula, di mana dia belum ada hubungan apa-apa dengan Selena.

Aku akhirnya mengiyakan ajakkannya. Lagi pula, benar apa katanya, uang sakuku tinggal sedikit kalau aku setiap hari naik angkot. Mama dan Papa tidak memberiku uang saku lebih omong-omong.

~dear you~

"So we don't stay down ... cuz we young! Cuz we young!"

Maya tampak berjalan memasuki ruang kelas sembari menyanyikan lagu berlirik bahasa Inggris yang tidak kuketahui siapa penyanyinya. Cewek pecinta Korea itu mencolek daguku sebelum menuju bangkunya. "Tumben hari ini muka lo nggak kusut, Luth," ujarnya.

"Emangnya muka gue baju yang nggak pernah disetrika apa," balasku. "Lo kali yang hari ini tampak semringah banget. Ada apaan, sih? Happy amat lo perasaan."

Maya menggeleng, namun tetap menunjukkan senyum semringahnya. "Cuman seneng aja habis lihat MV para suami gue," jawabnya.

Aku mendengus. Kalau dia sudah mulai mengatakan kalimat "para suami gue", itu artinya dia lagi ngomongin idolanya di Korea sana. Dasar, maniak K-Pop. "Mulai lagi," gumamku malas. "Eh, May," panggilku ke Maya kemudian.

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang