Halo para kesayanganku, selamat malam minggu😄
Aku coba post chapter awal untuk adiknya Andrew yaa, semoga kalian suka ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak🤗
Enjoy and happy reading💙
Sorry for the typos.***
Namanya Clover, gadis kecil cantik berambut ikal dengan segala kekurangannya. Tidak populer atau terkenal seperti kakak-kakaknya.
Saat ini ia sedang berkonsentrasi menatap dan membaca barisan kalimat di dalam buku dengan sangat serius. Sesekali menggumamkan beberapa kata dengan tidak jelas. Sekilas ia terlihat seperti sedang melakukan sebuah ritual daripada belajar.
Seluruh tulisan yang ia baca seakan memantul dan tidak berhasil masuk ke dalam otaknya.
Sebagai seseorang yang memilik otak pas-pasan bahkan cenderung kurang, kadang membuatnya sungguh depresi. Padahal kedua kakaknya memiliki otak yang sangat pintar.
Kakak pertamanya-Chelsea-selalu malas datang ke sekolah tapi tidak pernah absen untuk mendapatkan nilai bagus, apalagi kakak keduanya-Andrew-yang sangat pintar namun kadang lupa untuk mengerjakan tugasnya. Jangan ditanya nilai-nilai pria itu di sekolah, selalu di atas sembilan puluh delapan.
Bahkan dulu kakak-kakaknya itu menjadi lulusan terbaik di sekolahnya sekarang. Sedangkan Clover?
Rapornya hampir selalu berwarna merah. Jika ujiannya mendapat nilai lebih dari tujuh puluh saja ia sudah bangga setengah mati walau itu hasil dari ajaran Kak Andrew yang harus memarahinya semalaman karena susah mengerti atau hasil bantuan temannya saat hari ujian, alias menyontek.
Dan sekarang ia tidak tau harus meminta pertolongan pada siapa karena beberapa bulan lagi ia harus menghadapi Ujian Nasional sedangkan otaknya masih kosong.
Papa dan Mamanya sudah tidak semuda dulu lagi, ia tidak ingin mengambil risiko dan membuat mereka jantungan karena pasti akan memancing emosi saat mengajarkannya. Kak Chelsea pasti sibuk mengurus anaknya sendiri sedangkan Kak Andrew pasti sibuk mengurus perusahaan keluarga mereka.
Rasanya Clover benar-benar akan gila sebentar lagi. Ia tidak bisa mengerti soal-soal yang ada di buku latihan ini. Dari satu jam yang lalu, ia hanya berhasil menyelesaikan satu nomor!
Apa ia minta dimasukkan ke dalam bimbingan saja? Setidaknya ia tidak tersesat sendirian saat mengerjakan latihan-latihan soal seperti ini.
Baiklah, sudah diputuskan. Ia akan mengikuti bimbingan belajar walau mungkin otaknya nanti akan terbakar karena terlalu banyak digunakan.
***
Papa dan Mamanya menatapnya dengan takjub saat akhirnya ia mengatakan keinginannya untuk masuk bimbingan belajar.
"Clo sayang, kamu tidak habis terjatuh kan?" Mama Valerie tersenyum bingung, sedangkan Papa Willy menatapnya dengan aneh, mencari kebohongan di mata bulatnya.
Sontak saja Clover pun cemberut dengan kesal. "Aku serius, Pa, Ma! Tidak ada yang mau mengajariku lagi, jadi mau tidak mau aku harus ikut bimbingan belajar." Ia menunduk dengan sedih. "Aku selalu peringkat dua dari bawah, aku tidak mau Ujian Nasionalku juga hancur."
Akhirnya Valerie tersenyum maklum untuk menanggapi kesedihan anaknya itu. "Sayang, selama ini Mama dan Papa membebaskan kamu karena kami berpikir jika kamu ikut les dan sebagainya tapi bukan keinginanmu sendiri, tidak akan ada gunanya."
Wanita yang sudah berusia lebih dari setengah abad namun tetap cantik dan awet muda itu berpindah tempat duduk ke sebelah Clover. Ia merangkul anaknya dengan sayang, mengecupi puncak kepalanya. "Sekarang kamu sudah dewasa dan Mama senang kamu mau belajar sungguh-sungguh atas kemauanmu sendiri."