Fourteen🍀

12.3K 1.4K 98
                                    

Selamat malam semuanya, selamat membaca ya💙

Jangan lupa tinggalkan jejak🤗
Sorry for the typos.

***

"Jadi kamu sudah hafal letak saldo normal akun-akunnya kan?"

Clover hanya dapat menganggukan kepalanya dengan kaku. Berpura-pura hafal walau sebenarnya otaknya membatu. Bagaimana seluruh perkataan Mario bisa masuk ke dalam otaknya jika sedaritadi napas pria itu menganggu ketenangan tengkuk dan jantungnya?

Saat ini, Mario duduk di belakangnya. Sebelah tangannya melingkar di pinggangnya dan sebelah lagi sedang menggoreskan pensil ke atas kertas yang berisikan catatan.

"Akun kas bertambah di sebelah?"

"De-debet," jawab Clover terbata sambil memejamkan matanya.

"Pintar." Napas Mario semakin terasa dekat dan panas, menerpa tengkuknya hingga membuat Clover merinding.

"Clover," bisik pria itu sambil menahan ledakkan tawa. Menggoda gadis polos satu ini menjadi kegiatan kesukaannya akhir-akhir ini. "Konsentrasi."

"Boleh aku duduk di sebelah kakak saja?"

"Tidak," jawabnya dengan tegas. Ia mendekatkan wajahnya ke samping telinga Clover kemudian berbisik berat di sana. "Ayo kita lanjutkan."

Clover hanya bisa pasrah menahan gugup serta detak jantungnya yang menggila. Semua pelajaran yang diajari Mario lagi-lagi memantul keluar dari kepalanya, seperti saat pertama kali ia diajari pria itu.

Merasa tidak didengarkan, Mario menghentikan ocehannya. Ia menatap wajah merah padam Clover dalam diam, menyadari rasa asing menggelitik di perutnya yang terasa menyenangkan.

"Ke-kenapa, kak?"

Mario menggeleng pelan, menjatuhkan kepalanya di pundak mungil milik Clover. Tangannya beralih melingkari pinggang gadis itu, mendekapnya dengan erat.

"Apa aku sudah pernah bilang kalau kamu sangat cantik?" gumam Mario di bahu Clover.

Gadis itu langsung salah tingkah. Tubuhnya sekaku papan kayu. Clover yakin ini pasti mimpi. Seseorang tolong cubit dirinya!

Dengan napas tidak beraturan, gadis itu mencubit lengannya sendiri dengan kencang, berharap bangun dari situasi yang terasa menyenangkan sekaligus membuatnya hampir mati karena terlalu gugup.

Sayangnya, yang terjadi hanya rasa sakit di lengannya hingga Clover harus memekik.

Mario menjauhkan kepalanya dan menatap gadis di dekapannya dengan tatapan aneh. "Kamu kenapa?"

"Uhm ... aku kira ini mimpi," jawab gadis itu dengan polos sambil menahan malu.

"Aku kira juga ini mimpi. Aku tidak pernah mengira akan memiliki perasaan pada gadis lain selain Kayla."

"Pe-perasaan?"

Mario tersenyum. Senyum yang akhir-akhir ini selalu muncul ketika berdekatan dengan Clover. Ia meraih tangan mungil gadis itu lalu meletakkan di depan dadanya.

"Sebagai informasi, aku tidak habis berlari," bisik Mario kemudian mengecup punggung tangan Clover hingga rasa-rasanya gadis itu akan pingsan di tempat saat itu juga.

Tuhan, jika ini memang bukan sebuah mimpi. Tolong jangan hancurkan kenangan manis ini dengan sebuah kenyataan pahit.

***

Tok tok tok

Suara ketukan pintu memecah konsentrasi Clover yang sedang membuat sebuah sketsa. Ia buru-buru menyembunyikan buku dan pensilnya sebelum mempersilahkan siapa pun yang mengetuj pintu untuk masuk.

Sosok kakaknya yang sangat jarang mengunjungi kamarnya muncul dari balik pintu. Menampilkan wajah tampan dan datarnya, seperti biasa.

"Clo." Andrew melangkahkan kakinya mendekati gadis itu setelah menutup pintu. Ia duduk di dekat kaki Clover dengan kaku sambil menatap serius mata adiknya.

"Besok pagi kamu harus ke sana untuk mengurus keperluan data dan sebagainya terlebih dahulu."

Tanpa harus disebut pun Clover tau maksud dari kakaknya. Ia harus ke California.

"Harus besok, kak?" tanya Clover dengan wajah memelas. Ia belum menyiapkan apa pun dan ini terlalu mendadak walau hanya untuk mengurus beberapa keperluan lalu kembali ke rumah.

"Iya. Kakak juga sudah memberikan surat izin ke sekolahmu tadi siang. Tapi ... itu semua tetap pada keputusanmu, Clo."

Sontak saja Clover terdiam sejenak. Sekali lagi, ia mengerti apa yang dimaksud kakaknya tanpa pria itu harus menjelaskan panjang lebar.

"Baiklah," jawab Clover setengah hati. Ia menghela napas panjang sebelum tersenyum tipis pada kakaknya. "Terima kasih, kak."

Setelah Andrew keluar dari kamar bernuansa hijau muda itu, Clover langsung meraih ponselnya di bawah bantal. Ia mencari kontak pria yang akhir-akhir ini membuat dunia jungkir balik.

Gadis itu mengetikkan dua baris kalimat kemudian mengirimkannya pada Mario. Ia menggigit bibirnya dengan gugup saat menunggu balasan.

To : Kak Lio
Kak, besok pagi kakak bisa ke rumahku? Ada yang ingin aku bicarakan dan sangat penting.

Clover memejamkan matanya, ketika merasakan getaran di ponselnya yang berarti balasan telah masuk. Ia membuka matanya dengan perlahan lalu membaca pesan dari pria itu dengan takut.

From : Kak Lio
Sure, besok sebelum berangkat kerja, aku akan mampir ke rumahmu. Have a nice dream.

Gadis itu menghembuskan napas dengan lega. Besok ia akan meminta kepastian dari Mario sekaligus meminta saran. Tentu saja kuliah di California merupakan kesempatan besar untuknya sehingga Clover tidak akan menolaknya mentah-mentah.

Ia harus memikirkan yang terbaik. Setelah melihat keadaan besok, ia akan memutuskan apakah ia akan ke California atau tidak.

Akan lebih bagus lagi jika Mario bisa ikut dengannya ke California. Pasti akan sangat menyenangkan.

Clover menggelengkan kepalanya dengan cepat, menghilangkan harapan yang tidak mungkin terjadi. Mana mungkin Mario mau ikut ke California hanya karena dirinya. Memangnya ia siapa di mata Mario?

Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke kasur empuknya. Menatap langit-langit dengan gelisah seakan besok merupakan hari eksekusinya.

Semoga saja semua berjalan dengan keinginannya...

--TBC--
18 April 2019

Kalo Clover maunya Mario akhirnya nerima dia terus gajadi pergi, kalo kalian maunya kayak gimana nih?😉

Aku sendiri sih udah tau endingnya mau gimana😏

C L O V E R✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang