Tadinya mau up tadi siang tapi malah ketiduran, maaf ya🙏🏻😅
Tapi aku seneng pas bangun yang komen banyak, jadi semangat🤗Anw, enjoy and happy reading💙
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa!
Sorry for the typos.***
"Baju hangat sudah?"
"Yup!" Clover mengangguk ceria.
"Obat? Sarung tangan? Topi? Syal?"
Clover sambil menunjuk semua barang yang telah disebutkan satu per satu sebelum kembali menganggukan kepalanya. "Sudah juga," ujar gadis cantik itu.
Tiba-tiba saja sebuah tangan melingkari perutnya, membuat wajah Clover memerah malu. Sudah beberapa bulan ini ia selalu mendapat perlakuan manis dari pacarnya tapi tetap saja ia belum terbiasa dan masih malu.
Bahkan menyebut kata 'pacar' saja masih membuat jantungnya berdebar dua kali lebih cepat.
"Rasanya aku ingin mengurung kamu agar tidak jadi pergi."
Clover terkekeh renyah. "Kemarin kakak sudah memperbolehkan aku, kan."
"Aku berubah pikiran. Pasti aku akan kangen sekali denganmu." Mario menghela napas panjang, mendekap Clover lebih erat lagi.
"Kakak bisa mengunjungiku kalau Kak Andrew sudah selesai menghukum kakak. Kita juga bisa video call setiap hari," usul Clover sambil menutup kopernya. Tidak terasa memang besok ia sudah akan resmi menjadi seorang mahasiswi.
"Tapi aku tidak bisa memelukmu seperti ini. Tidak bisa menciumu seperti ini juga." Mario mengecup pipi gadisnya. Sekali. Dua kali. Hingga wajah Clover menjadi semerah tomat.
Mario meraih dagu gadisnya dan menariknya ke samping. Ia tersenyum tipis saat melihat wajah terkejut dan merona Clover, tapi tidak lama karena setelahnya pria itu memejamkan mata kemudian mencecahkan sebuah ciuman di bibir gadisnya.
Clover hanya bisa memejamkan matanya erat-erat. Demi apapun, ini ciuman resmi pertama mereka setelah berpacaran!
Mario menjauhkan wajahnya sedikit, menatap bibir merah muda milik gadisnya dengan tajam. "Balas ciumanku, Clo."
"Ta-tapi aku tidak ta—hmmph!"
Pria itu kembali mencium bibir Clover, kali ini tidak hanya bergerak perlahan tapi juga melumat bibir gadis kecilnya itu.
Clover berusaha mencoba menggerakan bibirnya, mengikuti gerakan Mario tapi berakhir kewalahan. Ia meremas lengan dan baju pria itu ketika merasa terbang terlalu tinggi.
Ciuman mereka baru selesai ketika Mario merasa Clover sudah kehabisan napas. Ia melepaskan ciuman mereka lalu mengelus bibir bawah gadisnya yang membengkak.
"Aku menyesal dulu mengatakan yang tidak perlu padamu dan Andrew, sekarang aku malah menjilat ludahku sendiri," gumam Mario sambil menatap dalam mata sayu Clover yang sedang berusaha mengatur napasnya yang terengah.
"Sial, Clo! Kamu satu-satunya gadis yang bisa membuat aku lepas kendali," ungkap pria itu dengan jujur. Melihat Clover yang polos dan tanpa pertahanan sangat berbahaya untuknya.
"Tapi aku tidak berbuat apa-apa, kak."
"Justru di situ masalahnya, sayang."
Clover langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jika begini terus, bisa-bisa Mario akan membuatnya mati karena terlalu malu atau mungkin karena jantungan.
"Aku benar-benar ingin melarang kamu pergi tapi rasanya sangat egois."
Perkataan itu membuat Clover menyingkirkan tangannya dan menatap Mario sambil mengernyit.