I'm back🙋🏻
Kemungkinan 2-3 chapter lagi Clover akan tamat😊Menurut kalian, gimana sih cerita ini??
Yang pasti aku senang karena cerita ini gaada unsur dewasanya sama sekali🤗 rasanya berbagi cerita yang tidak dilarang itu memiliki kebanggaan tersendiri, itu berarti kalian suka dengan ceritanya bukan dengan adegan dewasanya😄
Anw, enjoy and happy reading💙
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Sorry for the typos.***
"Mungkin aku akan mulai menganggapmu tidak hanya sebagai adikku saja."
Walau sudah tiga hari berlalu, kata-kata Mario masih terus terngiang di telinga Clover hingga membuat wajahnya selalu merona tanpa mengenal tempat.
Dari kata-kata itu, apakah artinya ia sudah menjadi pacar Mario atau belum? Kata-kata yang mengisyaratkan hal itu namun ia tidak yakin karena Mario tidak mungkin beralih menyukainya dalam waktu sesingkat itu kan?
Sambil berpikir keras, ia mencoba menggambar sebuah sketsa desain di kertas gambarnya. Jika sedang banyak pikiran, gadis itu memang sering melampiaskannya pada menggambar desain sebuah ruangan.
Ia menyukai bagaimana sebuah ruangan tertata dengan rapi dan indah. Membuat dirinya merasa tenang sekaligus senang.
Karena terlalu serius, Clover bahkan tidak sadar jika Mario sudah masuk ke dalam kamarnya dan sedang memperhatikannya diam-diam.
"Kenapa tidak diberikan warna?"
Pensil yang tadinya berada di genggaman Clover langsung melayang entah kemana. Gadis itu menutup bukunya dengan panik kemudian tersenyum salah tingkah sambil menatap Mario.
"Hai, kak." Clover bangkit berdiri lalu berjalan secepat mungkin ke arah nakas untuk meletakkan bukunya.
Tidak mau kalah, Mario mengekori gadis itu dengan gemas. Ia berpura-pura ingin merebut buku gambar itu untuk menggoda Clover. "Aku sudah pernah melihat gambarmu, kenapa masih harus malu?"
Sontak saja Clover mendelik sebal dengan pipi yang merona. Ia mencoba menghindari pria itu hingga jadilah mereka berkeliling kamar, yang satu mengejar dan yang satu lagi menghindar.
Rasanya ia ingin Mario kembali seperti dulu saja agar jantungnya tidak berdetak secara berlebihan setiap saat seperti ini lagi. Menghadapi Mario yang dingin lebih mudah dibandingkan menghadapi Mario yang jahil.
"Seharusnya hanya Kak Chels yang boleh tau. Kakak saja yang curang!" seru Clover dengan bibir mengerucut.
"Kamu meletakkannya begitu saja, jadi bukan salahku."
"Tapi—"
Clover memekik dengan mata terbelalak saat sebelah kakinya terantuk pinggiran meja. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir saja jatuh jika saja Mario tidak menahannya.
Mario menarik tangan gadis itu namun karena ia juga tidak siap, akhirnya ia ikut kehilangan keseimbangannya. Ia memutar dan mendekap tubuh gadis itu agar dirinya yang lebih dulu bertubrukan dengan lantai beralaskan karpet.
Tanpa sengaja, bibir mereka ikut membentur satu sama lain. Hanya sekilas, tapi mereka berdua sama-sama tau apa yang terjadi.
Clover langsung mengembunyikan kepalanya pada bahu lebar Mario. Tubuhnya terdiam kaku. Wajahnya panas dan merah padam. Ia lebih memilih jatuh sendirian daripada mengalami kejadian memalukan ini.
"Kamu ... baik-baik saja?" tanya Mario setelah beberapa saat terdiam pada posisi itu. Kedua tangannya masih berada di punggung mungil Clover.
Gadis itu menganggukan kepalanya dengan perlahan. Bagaimana caranya kabur di situasi seperti ini? Bahkan mereka masih berada di posisi tiduran dan saling memeluk secwra tidak langsung.
![](https://img.wattpad.com/cover/170534190-288-k890720.jpg)