Semoga suka ya, happy reading📖
Jangan lupa tinggalkan jejak🤗
Sorry for the typos.***
"Jadi?"
Saat ini Mario dan Clover sedang bersampingan di sebuah kursi taman di rumah sakit. Mereka sedang menunggu anak Kayla yang bernama Jevan, masih ingin bermain sebentar lagi dengan nenek dan teman barunya.
"Jadi apanya?" tanya Mario, seolah tidak mengerti yang dimaksud oleh Clover.
"Kakak mencintai wanita yang sudah memiliki suami?"
Pria itu berdeham untuk mengiyakan pertanyaan gadis di sampingnya. Ia menatap rerumputan luas tempat para pasien, suster atau dokter bercengkrama, beristirahat atau menghirup udara segar untuk melepas penat.
"Apa ... Kak Kayla juga tau tentang perasaan kakak? Kak Kayla membalasnya?"
"Tidak, aku tidak pernah memberitahukan perasaanku. Hanya kamu dan Andrew yang tau. Tapi sepertinya Dominic juga tau. Dulu."
Clover menganggukkan kepalanya. Jadi Mario juga memiliki perasaan yang bertepuk sebelah tangan, sama seperti dirinya. Bedanya, pria itu tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk bersama Kayla.
"Bagaimana kalau kakak berusaha melupakan Kak Kayla? Aku akan membantu sebisaku." usul Clover tiba-tiba.
"Melupakannya? Aku dan Kayla bersahabat, aku berjanji akan melindunginya jadi sampai kapan pun aku tidak akan melupakannya."
"Bukan melupakan yang benar-benar melupakan, kak." Clover menghela napas panjang sebelum menjelaskan maksud perkataannya. "Kakak bisa melindungi dan menyayangi Kak Kayla sebagai sahabat. Bukan sebagai ... seorang wanita. Yang harus kakak lakukan adalah melupakan perasaan kakak. Itu yang terbaik untuk kalian berdua."
Pria itu termenung, memikirkan perkataan adik dari sahabatnya itu. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk menghilangkan perasaannya pada Kayla.
"Kak Lio harus mencobanya. Kakak perlu bergerak maju. Move on, kak. Apalagi Kak Dominic juga pernah tau tentang perasaan kakak."
"Tapi aku tidak tau caranya."
"Bagaimana jika aku ajari caranya? Jadi kakak membantu aku belajar pelajaran sekolah dan aku membantu kakak untuk move on."
Mario menoleh dan kembali terdiam untuk memikirkan penawaran dari gadis di sampingnya. Ia berpikir sambil bertatapan dengan mata beriris hijau milik Clover.
"Baiklah, tapi aku tidak menjamin ini akan berhasil. Biar bagaimana pun, aku sudah mencintai Kayla selama kurang lebih dua belas tahun."
Sontak saja Clover langsung terbelalak kemudian menepuk keningnya. "Oh iya, aku lupa kalau kakak sudah tua."
"Apa?" Mario melotot tidak terima namun bibir bawahnya sedikit berkedut menahan tawa. "Biar tua begini, kamu juga suka padaku kan."
Sekarang gantian Clover yang melotot dengan wajah merah merona. Ia mengalihkan pandangannya dengan salah tingkah sambil berdeham untuk menetralisir rasa malunya.
Melihat wajah merona itu, Mario tersenyum tipis. Sangat tipis sampai tidak terlihat sama sekali. Untuk pertama kalinya ia melihat wajah merona Clover yang nenurutnya sangat lucu dan manis.
"Jadi kakak mau atau tidak?"
"Jadi kamu mengalihkan pembicaraan?"
"Aku serius, kak!"
Dengan gemas yang sudah tidak tertahankan, Mario pun mengacak rambut gadis itu. Rasanya sudah lama ia tidak sesantai ini dengan seseorang, apalagi sampai menceritakan masalah yang sedang ia hadapi.