Nine🍀

10.6K 1.4K 159
                                    

Enjoy and happy reading📖
Jangan lupa tinggalkan jejak🤗
Sorry for the typos.

***

Entah hanya perasaan Clover atau bukan, tapi sudah beberapa hari ini Mario terlihat lebih hangat dari biasanya. Pria itu mulai membuka dirinya, lebih sabar dan baik padanya.

"Kak, besok kita belajar Geografi ya."

Mario menganggukan kepalanya sambil memeriksa soal Bahasa Inggris yang dikerjakan oleh Clover. Ia mencoret dan membetulkan bagian yang salah kemudian memberi nilai akhir dari seluruh jawaban benar yang dikerjakan gadis itu.

"Delapan puluh tujuh?" tanya Clover dengan riang setelah mengintip nilai yang diberikan kakaknya itu. Ia bersorak riang.

"Kalau begini caranya, lama-lama aku bisa membuka les bimbingan belajar sendiri," ujar Mario bangga. Bayangkan saja, ia sudah membuat nilai Clover yang tadinya tidak pernah mencapai enam puluh menjadi delapan puluh tujuh!

Dan jangan lupakan nilai ulangan matematika gadis itu yang mendapat nilai sembilan puluh. Luar biasa, bukan?

"Terima kasih, Kak Lio!" Gadis itu mengecup pipi Mario dengan girang. Tidak bermaksud apa-apa sebenarnya, tapi tanpa ia sadari, tubuh Mario menegang kaku. Mario merasakan perasaan tidak enak mengenai kecupan itu.

"Jadi kamu sudah menguasai Matematika, Olah Raga, Sosiologi, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Hanya tersisa Geografi?"

"Yap!"

Mario menganggukkan kepalanya kemudian meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. "Kalau begitu hari ini selesai, kita istirahat saja."

Lagi, Clover bersorak dengan girang. Bahkan lebih bahagia dari sebelumnya. Ia tidak perlu belajar sampai malam dan itu merupakan sebuah anugerah.

"Aku ke toilet sebentar ya, kak," izin gadis itu sambil berdiri kemudian berlalu dari hadapan Mario.

Mario ikut berdiri. Ia berjalan di sekitar kamar bernuansa hijau itu untuk meregangkan kakinya yang akhir-akhir ini terlalu sering ditekuk saat duduk.

Pria itu meraih sebuah buku di atas nakas dan membukanya. Ia terkesima saat melihat gambar-gambar yang ada di dalamnya. Selama ini ia baru tau jika Clover mahir menggambar, bahkan sangat mahir.

Gadis itu menggambar desain ruangan, desain rumah, gedung sekolah, taman rumah gadis itu, taman sekolah dan...

Gambar terakhir membuatnya termangu. Ini gambar dirinya, kan?

Di bawahnya terdapat sebuah kalimat dan tanda tangan Clover serta gambar hati kecil di pinggirnya.

I try so hard to not but my heart keep beating for you♥️ - Clover

"Hah!!" Dengan sigap Clover meraih buku gambarnya dan menyembunyikan di belakang tubuhnya. "Kakak sedang apa??"

"Itu..."

"Ma-Mama Valerie minta kita turun untuk makan. Kakak duluan saja."

"Gambar itu..."

"Ayo kak, nanti Mama Vale marah." Clover menarik tangan pria itu, membawanya ke depan pintu. Gadis itu membuka pintu kemudian cepat-cepat mendorong tubuh jangkung Mario.

Setelah menutup pintu, Clover menyandarkan tubuhnya sambil mendekap buku gambar miliknya. Kenapa ia bisa melupakan buku gambar ini? Padahal biasanya Clover selalu berhati-hati hingga tidak ada yang mengetahui tentang hobinya ini.

"Semoga saja Kak Lio tidak melihat itu," gumamnya dengan penuh rasa cemas. Lebih baik pria itu tidak tau dibanding hubungannya akan kembali memburuk dengan Mario.

***

Selama makan malam, Clover mencoba bertingkah senormal mungkin walau gagal. Aktingnya terlalu berlebihan hingga ia menumpahkan air di gelasnya, menjatuhkan sendoknya bahkan menumpahkan saos ke taplak meja. Terlebih lagi ia menyadari tatapan aneh yang diberikan Mario padanya.

"Aduh, Pa, Ma, aku ngantuk banget. Karena hari ini jadwal belajarnya sudah selesai, aku tidur dulu ya."

Gadis itu langsung berdiri dan akan beranjak namun suara bariton milik Mario menghentikannya.

"Aku ingin bicara sebentar denganmu dulu, Clo," cegah Mario dengan nada menuntut. Sekarang atau nanti, ia harus memberi tau pada gadis itu.

Akhirnya mau tidak mau Clover pun mengabulkan keinginan pria itu. Setelah pamit, mereka pun menuju halaman belakang yang sepi untuk bicara.

Willy menatap istrinya dengan curiga. "Sepertinya aku pernah lihat adegan mirip seperti tadi."

Sontak saja istri cantiknya itu tertawa pelan. Ia menyetujui perkataan Willy. "Aku juga. Sepertinya semua anak gadis kita tertarik pada anak Roy dan Anna ya."

Pria itu menghela napas kemudian mengecup pelipis Valerie. "Asal jangan kamu yang tertarik."

"Tapi kalau dilihat-lihat Roy juga tidak kalah tampan. Ototnya itu..." Valerie berdecak kagum saat mengingat tubuh berotot Roy yang memang lebih besar dari Willy.

Sontak saja suaminya itu langsung melotot tidak terima. Diraihnya lengan istrinya kemudian ia tarik untuk berdiri. "Biar aku tunjukan otot-otot yang lebih bagus darinya di kamar. Aku akan memastikan kamu berteriak dengan puas, sayang."

Wajah Valerie langsung merah padam. Untung saja tidak ada siapa pun di ruang makan selain mereka sehingga tidak ada yang mendengar perkataan memalukan suaminya.

***

"Tadi aku tidak sengaja melihat buku gambarmu," kata Mario terus terang. Ia harus meluruskan hal ini secepatnya.

"Itu bukan punyaku, kak. Temanku, Giselle, yang menitipkannya padaku. Jadi itu punya dia," jelas Clover dengan gugup. Matanya melirik ke sana kemari dengan takut, ia tidak siap mendengar kalimat yang sudah bisa ia prediksi. Ia pasti ditolak!

Mario mendengus ketika mendengar kalimat penuh kebohongan itu. "Aku melihat gambar wajahku, dengan tulisan dan tanda tanganmu."

Bagai tersambar petir, tubuh Clover langsung menegang kaku. Nyawanya seperti akan melayang meninggalkan tubuhnya. Mario melihat gambarnya!

"Aku tidak peduli jika orang lain yang merasakannya, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu merasakannya, Clo."

Kalimat itu membuat Clover mengernyit bingung. "Maksud kakak?"

"Aku mencintai wanita lain dan tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu," jelas Mario lagi. Wajahnya begitu serius sehingga Clover tidak bisa menemukan sedikit pun kebohongan di sana.

Ia tau pasti akan ditolak tapi ia tidak tau jika Mario sudah mencintai wanita lain. Dan rasanya lebih menyakitkan dibandingkan hanya ditolak biasa.

"Jadi hilangkan perasaan kamu apa pun yang terjadi. Aku memberitahumu karena tidak ingin kamu terluka, Clo. Biar bagaimana pun kamu sudah kuanggap sebagai adikku sendiri."

Hancur sudah. Bahkan Clover tidak dapat mengeluarkan air matanya karena terlalu terkejut.

Ia ditolak, diberitahu jika Mario sudah mencintai wanita lain dan hanya dianggap sebagai adik di waktu yang bersamaan. Tolong katakan jika ini hanya mimpi.

"Maafkan aku."

Lalu setelahnya, Mario langsung pergi meninggalkannya sendiri. Terdiam memandang rerumputan yang menjadi saksi bisu patah hatinya. Bukan hanya patah, tapi juga hancur menjadi remah-remah.

--TBC--
21 Maret 2019

C L O V E R✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang