Three🍀

13.4K 1.6K 108
                                    

Enjoy and happy reading ya💙
Jangan lupa tinggalkan jejaknya😚

Sorry for the typos.

***

Mario melepas kaca matanya kemudian memijat pelipisnya yang terasa pening. Ia menghela napas lelah ketika teringat sesi mengajarnya semalam.

Untuk pertama kalinya Mario bisa seemosi itu pada seorang perempuan. Ia benar-benar tidak menyangka jika Clover... separah itu.

Sangat berbeda dengan Kayla yang memang sangat pintar dan rajin. Bahkan juga mandiri dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi tidak apa-apa karena untungnya kakaknya mau menaikan bayarannya. Setidaknya jerih payah dan kepala pusingnya dapat terbayarkan.

Sebenarnya bukannya gajinya di perusahaan ini tidak cukup, hanya saja ia menyukai perasaan puas saat mendapat hasil dari jerih payahnya. Ia merasa berhasil dan dapat mencari uang sendiri.

Hari ini sebelum ia kembali berpusing-pusing ria dengan Clover, ia akan membelikan beberapa hadiah dulu untuk Kayla dan anaknya. Rasanya sudah lama Mario tidak bertemu dan bermain dengan mereka. Kebetulan juga suami wanita itu sedang dinas ke luar kota.

Sekarang ia harus menyelesaikan seluruh pekerjaannya agar bisa keluar secepatnya dan bertemu dengan Kayla.

***

"Arrgghh!"

Clover mengacak rambut ikal panjangnya itu hingga tidak berbentuk. Ia merasa stress dan kantung matanya menghitam karena terus-terusan di marahi sekaligus diberikan tugas oleh guru barunya itu. Tugas sebanyak lima puluh soal yang harus selesai sore ini.

Tentu saja ia tidak punya waktu hari ini karena harus sekolah sampai siang menjelas sore hari yang akhirnya harus ia kerjakan semalaman.

Ternyata Kak Lio lebih iblis daripada Kak Andrew.

Gadis itu bergidik ngeri karena harus entah sampai kapan terus-terusan menghabiskan waktu untuk belajar dengannya.

"Clo, kamu kenapa?" Giselle mengerutkan keningnya ketika melihat teman sekelasnya itu menggila tanpa sebab. Untung saja mereka duduk di barisan paling belakang hingga tidak ada lagi yang menyadari ketidakwarasan Clover.

"Mati aku, G. Aku terancam punah!" Gadis itu membentur-benturkan kepalanya pada meja walau tidak keras. Ia tidak ingin otaknya semakin tidak bekerja. "Guru baruku seperti iblis! Lebih parah dari Kak Andrew!"

"Jika kau terancam punah, aku akan sangat bersyukur." Bukannya prihatin, temannya itu malah menambah kekesalan Clover. "Tapi apakah guru barumu tampan? Lebih tampan dari Kak Andrew? Siapa tau kapan-kapan aku juga bisa ikut belajar dengan kalian kan."

Gadis itu berdecih dengan jijik saat Giselle mengerling padanya. "Hm, lumayan. Tadinya badan Kak Lio kurus dan tidak berbentuk tapi entah sejak kapan sekarang sudah mulai berotot. Wajahnya bisa dibilang tampan tapi ekspresinya datar dan terkadang sinis. Dia juga memakai kaca mata sejak dulu walau sepertinya tidak tebal. Tipe kutu buku yang kelihatan rajin belajar menurutku. Tapi tetap lebih tampan kakakku. "

Giselle mendongakkan kepalanya, matanya menerawang seperti sedang membayangkan gambaran tentang guru baru Clover yang ia deskripsikan." Itu berarti Kak Lio itu tidak semustahil Kak Andrew untuk jadi pacarku, kan? Mungkin aku bisa mendekatinya."

Sontak saja Clover langsung meringis ketika mendengarnya. "Coba saja, tapi sepertinya tidak bisa. Kak Lio hanya pernah sekali pacaran, itu pun hanya sebulan. Aku curiga dia sama seperti Kak Andrew." Ia mendekatkan wajahnya pada kuping temannya.

"Jeruk makan jeruk," bisik gadis itu dengan ekspresi jijik.

"Aku yakin kalau aunty Valerie mendengarnya, kamu bisa habis, Clo." Giselle berdecak dan menatap teman sebangkunya itu dengan malas. Bukan sekali dua kali ia mendengar Clover mengolok kakaknya sendiri.

C L O V E R✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang