Enjoy and happy reading💙
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Sorry for the typos.***
-Satu bulan setelah kepergian Clover-
"Permisi Pak Mario, ini ada tambahan berkas dari Pak Andrew."
"Pak, Bapak Andrew meminta bapak untuk memimpin rapat."
"Pak, Pak Andrew ingin bapak menemui investor."
"Pak Mario, Bapak diminta lembur oleh Pak Andrew."
Mario memijat keningnya dengan frustasi. Bukannya semakin sedikit, pekerjaannya malah selalu menumpuk.
Andrew benar-benar tidak memberinya kesempatan untuk bersantai. Pria itu memang tidak menghukum Mario dengan kekerasan tapi Andrew menghukumnya dengan cara melimpahkan seluruh pekerjaan padanya.
Baru satu bulan tapi rasanya sudah seperti setahun, ia benar-benar merindukan Clover.
Mario menghela napas panjang sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada layar komputer di hadapannya.
Sebenarnya ia perlu berterima kasih juga pada Andrew, karena mungkin jika ia tidak dibuat sibuk. Ia akan depresi karena ingin menyusul Clover ke California.
Ia hanya perlu lebih bersabar lagi sampai waktunya tiba. Sebentar lagi...
Mario mencoba menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat agar bisa pulang dan melakukan video call di rumah dengan gadisnya.
***
-Dua bulan setelah kepergian Clover-
"Permisi, Pak." Sekretaris Mario masuk dan meringis ketika melihat wajah atasannya yang terlihat ... berantakan.
Mata merah, kantung mata hitam dan menggembung, rambut yang berantakan, pipi tirus, tidak cukuran dan baju kusut.
Jeanie yakin pria itu pasti tidak pulang ke rumah dan lembur semalaman. Seperti biasanya.
"Pak Andrew meminta—"
Perkataannya terhenti ketika Mario langsung mendorong beberapa tumpuk berkas di mejanya. "Sudah selesai."
"Lalu untuk kerja sama per—"
"Sudah di tanda tangani dan pihak sana juga sudah menyetujuinya," potong Mario lagi tanpa menatap sekretarisnya sama sekali. Jari-jarinya terus bergerak lindah di atas keyboard dengan pandangan yang terus tertuju pada layar.
"Be-berkas—"
"Sudah saya letakkan di meja Pak Andrew."
Jeanie mengangguk paham sambil menelan ludahnya. "Ka-kalau begitu saya permisi dulu, Pak."
Gadis itu keluar ruangan Mario dengan tergesa. Entah sejak kapan atasannya jadi menyeramkan. Bukan menyeramkan dalam artian sadis dan galak. Tapi menyeramkan karena semua pekerjaan dilakukan semua oleh pria itu.
Bahkan pekerjaannya juga ikut dikerjakan oleh Mario.
ponselnya berdering. Mengalunkan nada dering yang ia pasang untuk seseorang.
Mario dengan sigap langsung meraih dan mengangkat teleponnya. "Halo, Clo."
"Halo, Kak Lio."
Tanpa sadar, wajah Mario yang tadinya kusut berubah menjadi cerah saat mendengar suara merdu gadisnya.
"Kamu di mana? Ramai sekali kedengarannya."
Clover terdiam sejenak,nseperti gadis itu pergi menjauhi kerumunan karena tiba-tiba suasana menjadi sepi. "Uhm ... Aku di rumah temanku untuk mengerjakan tugas kelompok. Karena sekarang sedang istirahat jadi aku menelepon kakak."