Chapter 3

112 62 19
                                    

Akhirnya aku update juga...
Seperti biasa, mohon support dan bantu koreksi yaaa..

Trims

Happy Reading ;)

***

Berat untukku membuka mata pagi ini, rasanya aku tak punya tenaga walau hanya untuk mengais napas.

Selang oksigen masih menempel di hidungku, begitu pula dengan selang infus yang entah sejak kapan tertancap di tanganku. Perih sekali.

Kulihat sekelilingku, tak ada siapapun yang berjaga. Aahhh kurasa keluargaku sudah terbiasa dengan keadaanku yang begini jadi tak ada yang menjenguk. Harusnya tak terlalu kaget.

Hanya seorang perawat yang sedari tadi bolak-balik kamarku. Entah itu hanya untuk mengecek keadaan, atau hanya berusaha membujukku untuk makan dan segera menghabiskan obat yang ia bawa di nampannya.

Boro-boro untuk makan, hanya untuk mengedipkan matapun aku sangat lemah. Aku menggigil seharian ini.

"Dia belum makan apapun sama sekali?" suara pria itu membangunkanku dari tidur panjang.

"Dia bahkan tak membuka matanya seharian ini," jawab seorang wanita.

Kupaksakan untuk membuka mataku, kulihat Dokter Aron yang sedang berbicara dengan seorang perawat yang menjagaku seharian ini.

Dia menatapku sekilas, dalam keadaan selemah apapun kalau ditatap olehnya, jantungku tetap langsung berpacu.

Tak lama perawat itupun meninggalkan ruangan, tapi tidak dengan pria tampan itu. Dia malah datang menghampiriku.

"Cepatlah makan dan habiskan obatmu, selemah apapun dirimu, makanla!," ucapnya dengan nada yang lembut tapi terlihat dengan jelas itu adalah sebuah perintah yang tak bisa dibantah lagi.

"Suapi aku," celetukku. Seketika itu pula aku mengutuk dirikku sendiri yang dengan cerobohnya mengucapkan itu.

"Mmmm, lihatlah aku bahkan tak bisa mengangkat tanganku," jelasku dengan nada lemah dan di lemah-lemahkan.

Dokter Aron hanya menghela napasnya. "Buka mulutmu!" katanya dingin sambil menyodorkan sesendok bubur ke mulutku.

Sekuat apapun keinginanku untuk memuntahkannya, aku tetap memaksa untuk menelannya karena bubur ini berjalan dari tangan seorang malaikat tampan dihadapanku.

"Mmmm kurasa sudah cukup," kataku sambil memalingkan wajaku ke arah berlawanan setelah beberapa sendok bubur berhasil masuk ke dalam mulutku. Sungguh aku ingin memuntahkannya, rasa mual terus menusuk perut dan menggiring makanan yang baru saja kutelan untuk menuju kerongkongan. Aku menahannya sekuat tenaga.

"Kurasa kamu sudah sehat, terlihat dari caramu memalingkan wajah dengan kuatnya," sindirnya. Astaga kalimat sindiranpun tetap manis menyentuh telingaku.

Aaahh aku benar-benar sudah tergila-gila dengannya.

"Habiskan obat nya segera!" perintahnya. Sambil berlalu meninggalkan kamarku.

***

Hari ini aku sudah benar-benar merasa jauh lebih baik, yaa setidaknya hari ini aku sudah bisa banyak bergerak walau untuk berjalan aku masih sering merasa kelelahan.

Tak biasanya dokter Aron datang menemuiku pagi sekali. "Bagaimana keadaanmu? " tanyanya.

"Aku? Jauh lebih baik" jawabku singkat. Sebenarnya aku ingin banyak bicara, tapi saking gugupnya aku hanya sanggup menjawab sesingkat itu.

"Oke, baguslah," katanya sambil berlalu keluar kamarku. Aku menyela "Dok, bisakah kau temani aku sebentar? Aku kesepian," astaga aku tak bisa lagi mengontrol lidahku.

Dia hanya mengernyitkan dahi nya dan menjawab "Aku ada operasi hari ini"

"emmhh oke, lain kali saja," jawabku dengan memasang wajah kecewa. Dia sempat melihat ekspresiku, tapi dengan dinginnya diaberlalu meninggalkanku.

***

Sekali lagi, aku hanya menghabiskan hariku dengan membaca komik tanpa teman untuk mengobrol. Kaki ku masih sangat lemah untuk ku ajak berjalan.

Aku lumayan terkejut ketika tiba-tiba terdengar seseorang membuka pintu kamarku.

"Ini bukan waktunya perawat mengantarkan makanan" pikirku.

Kekagetanku bertambah, ketika kulihat seorang yang selalu kutunggu kehadirannya datang ke kamarku di waktu yang bukan seharusnya. Maksudku, ini bukan jadwalnya mengecek keadaanku.

"Kenapa kau terkejut? Bukankah kau memintaku untuk menemanimu" katanya sambil menatapku.

Dia benar-benar masih mengingat permintaanku beberapa hari yang lalu? Dia tampak sangat manis hari ini.

Seengga nya itulah yang kupikir, sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

"Itukan yang ingin kau dengar? Jangan berpikiran berlebih, aku hanya ingin numpang tidur disini. Operasi tadi malam terlalu melelahkan, " ungkapnya, dan seketika hatiku menciut lagi.

Dia berjalan menuju sofa yang ada di kamar rawatku. Biasanya sofa itu digunakan keluargaku untuk tidur ketika menemaniku.

Sejak kapan dia banyak berbicara kepadaku? Entahlah. Apapun alasannya. Aku tetap senang dia disampingku untuk beberapa jam kedepan.

"Jangan menggangguku, aku ingin tidur nyenyak," perintahnya.

Ada banyak pertanyaan dibenakku seperti kenapa dia tidak pulang dan tidur saja disana atau kenapa tidak tidur di ruangannya saja, dan malah tidur disini padahal kami tidak begitu dekat.

Kulihat matanya terpejam, dia tertidur dengan pulasnya. Operasi macam apa yang membuat malaikatku kelelahan?

Sayang, aku masih lemah untuk mendekat hanya untuk sekedar memberikan selimut. Aku hanya terpaku memandanginya. Senyum bahagiaku, tak pernah lepas dari wajahku.

Aku berharap waktu berhenti seketika itu juga.

***

Tetap bantu koreksi dan support aku.

Trims.

Singkat [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang