Chapter 7

85 50 28
                                    

***

Hari ini aku sedang berada di halaman RS,  aku sudah tak lagi bisa berjalan sendirian.  Aku hanya bisa duduk di atas kursi roda,  dengan seorang perawat di belakangku yang bertugas mendorong kursi roda.

Hari ini cukup cerah,  waktu yang tepat untuk menikmati keindahan bunga disini. 

Aku menatap ke atap gedung, biasanya jam segini aku akan berdiri disana.  Aku merindukan terpaan angin disana.  Rindu melihat betapa indahnya langit sore. 

Kulihat beberapa orang sedang berlarian di taman,  mereka seperti sedang saling menghibur.  Kuperhatikan seragam mereka sama denganku, keadaan yang lainnya pun terlihat sama. Tapi perbedaanya mereka bisa saling bercengkrama, ada teman dan keluarga yang bisa diajak bicara.

Lama aku memperhatikan mereka. Hingga ada sebuah tangan yang menepuk pundakku.

"Kau ingin berlarian juga?" tanya si pria yang menepuk pundakku.

Aku tak menjawab, tapi hanya menoleh ke arahnya. Dia melemparkan senyum hangatnya. Manis sekali, aku bisa terkena serangan diabetes mendadak, dengan begitu kematian dengan senang hati datang menghampiri dengan secepat kilat.

"Sudah, kita kembali ke kamar, kau sudah terlalu lama disini," ajaknya, sambil mendorong kursi rodaku.

Memang setelah beberapa hari dia selalu menemaniku,  hubungan kami jadi lumayan dekat dan lebih banyak bicara.

Dari obrolanku beberapa hari lalu,  aku mengetahui beberapa fakta mengenainya.

Ternyata Dr.  Aron adalah sepupu dari Dr.  Tata, dan dia termasuk dokter muda yang berbakat. Dia dulu sekolah di Harvard University, sejak usia 17 tahun. Dia memang ikut kelas akselerasi. Gila, otaknya macam apa coba.

Mengenai pertemuan pertama kita di di atap itu, katanya dia memang sudah direncanakan pindah tugas kesini dan mulai mengurus kepindahannya, tapi sayang dia 'tak ingat denganku yang pernah berpapasan di atap waktu itu.

***


Setelah sampai di kamar rawatku,  Dr.  Aron berjalan kehadapanku lalu di mengulurkan kedua lengannya untuk kuraih dan membantuku berjalan menuju ranjang. Posisi kami hampir terlihat seperti seorang ayah yang siap menggendong gadis kecilnya,  hanya saja posisi tangannya lah yang berbeda, kami saling berpegangan.

"Berdirilah perlahan," perintah nya.

Aku sudah siap mengangkat tubuhku dari kursi roda ini,  tapi naas aku terlalu lemah untuk bisa berdiri hingga sedetik setelah kakiku menyentuh lantai aku langsung abruk.  Dengan sigap Dr.  Aron menangkapku,  otomatis posisi kami jadi saling berpelukan.

Astaga,  jantung ku berulah lagi, dia berpacu dengan cepatnya seperti sedang berada di pacuan kuda. 

"Semoga Dr. Aron mendadak tuli sesaat, agar detak jantung ini tak sampai ke telinganya," gumamku dalam hati.

Masih sibuk dengan pemikiranku,  Dr.  Aron tiba-tiba menggendongku menuju ke tempat tidur,  reflek aku mengalungkan tanganku dilehernya karena takut terjatuh.

Alamak,  maut benar-benar suka sekali mempermainkanku,  sekarang jantungku akan segera keluar dari tempatnya. 

Aroma parfumnya menelusuri indra penciumanku, wanginya sanggup membiusku kedalam khayalan yang lebih liar.

Karena posisiku kini sedang di gendong Dr.  Aron,  sehingga kepalaku sedikit mendongak ke atas hingga topi yang selama ini menutupi rambutku jatuh ke lantai.

Kini terlihatlah rambutku yang tinggal beberapa helai,  sangat tipis.  Aku lalu menyelusupkan wajahku ke dada Dr.  Aron karena merasa malu dengan keadaanku sekarang,  aku menahan isakanku didalamnya.

Singkat [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang