Chapter 9

73 38 35
                                    

Hi!  Aku kembali.  Cepet banget ya?  Hehe.  Lagi semangat aja nulisnya.  Apalagi kalau ada yg voment makin semangat.

Lagi ada imajinasi aja buat ceritanya,  takut keburu lupa kalau gak di tulis.

Oiya jangan lupa selalu Support aku ya.  Bantu koreksi juga. 

Happy reading :D

***

Sudah seminggu berlalu sejak kedatangan Dr. Myra ke kamarku. Selama seminggu itu pula aku menekan rasa penasaranku mengenai apa yang dimaksud Dr. Myra waktu itu.

Bohong jika aku tidak penasaran,  aku penasaran berat.  Hanya saja aku mencoba menekannya dengan alasan rasa suka ku pada Dr.  Aron.  Sebisa mungkin aku harus bertarung dengan rasa penasaranku, aku ingin percaya padanya, hanya padanya. Aku tak ingin melanggar janjiku.

Hari ini aku ada janji dengan Dr.  Aron.  Dia berjanji akan mengajakku berkeliling RS.  Aku sudah lama 'tak keluar kamar,  penat rasanya.

"Kau sudah siap? " katanya dengan tatapan yang sanggup menggetarkan hati.

"Let's go," kataku singkat.  Aku sudah siap dengan kursi rodaku.

Tak banyak yang harus kuperhatikan jika sedang berkencan dengannya.  Bajuku sudah pasti itu-itu saja,  yaaa baju khas pasien rumah sakit. Aku juga 'tak perlu menghabiskan banyak waktu hanya untuk menata rambut,  aku hanya tinggal memakai topi hitam kesayanganku, dengan sedikit polesan lipstick pink untuk menutupi warna putih pucat disana.  Dengan hanya bermodalkan itupun,  aku sudah siap berkencan dengannya.

Tak ada pensil alis, tak ada goresan eyeliner, tak ada blush on di pipi kanan dan kiriku.

Aku kehilangan banyak hal yang biasanya gadis remaja seusiaku rasakan,  terutama ketika berkencan.

Setelah berkeliling cukup jauh, aku meminta Dr.  Aron membawaku ke taman.  Aku rindu suasana langit sore disana,  walau sebenarnya aku lebih rindu langit sore di atap gedung.

"Oppa,  duduklah disini," kataku sambil menepuk sebuah bangku yang berada tepat disamping kanan kursiku. Dia hanya menurut.

Mataku menatap lurus dengan pandangan kosong.  Ada begitu banyak yang harus ku pikirkan,  tapi tak satupun yang benar-benar berhasil ku pikirkan.

"Ada masalah? " tanyanya dengan suara lembut.  Aku hanya menggeleng.  Aku tak pandai menyembunyikan rahasia,  jadi lebih baik aku tak banyak bicara.

"Hey,  tatap Oppa mu ini," katanya sambil menarik lembut kedua tanganku,  membuatku harus berbalik dan menatapnya.

Oppa kumohon jangan lakukan ini,  jangan menatapku seperti ini,  semakin dalam oppa menatapku,  semakin aku bingung harus menyembunyikan rasa penasaranku ini seperti apa. 

"Katakan!" perintah itu disampaikan dengan halus namun terasa tegas.

Aku menunduk merasakan panas dimataku,  penglihatanku mengabur karena ada air yang menggenang di kelopak mataku.

Ketika ku menunduk, aku menemukan sesuatu yang selama ini kuhindari. Jari manis Oppa ku.

Aku melihatnya dengan jelas, sekeras apapun aku mengelak aku sudah terlanjur melihatnya. Karena kini kedua tangannya sedang menggenggam tanganku.

Aku menemukan jari manis kanan oppaku ternyata sudah diisi oleh sebuah borgol kecil tanda pengikat.

Sejak kapan?  Sejak kapan benda itu melingkar disana?  Jangan katakan bahwa itu sudah disana sejak lama.

Singkat [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang