Chapter 12

59 15 13
                                    

Malam ini menghibur hari sengit yang kumiliki.
Bahkan ketika kegelapan sudah terlelap.
Menghembuskan ku ratusan kali.
Karena kamu dalam kesakitan.

Aku sebuah sudut,  bagian dari hidupmu.
Teman dari emosi mu,
dan kadang-kadang keluarga

Pada waktu-waktu ketika kamu ingin beristirahat.
Ketika kamu dimakamkan di bawah kesepian.
Bahkan saat kamu sedang bersama.

Ketika kamu mabuk dengan kenangan,
dan mengajak seseorang
Saat itulah aku menjadi musikmu.

-Song Request_Lee Sora ft. Suga (BTS)-

***

"Dok,  katakan bahwa kamu mencintaiku!"

Entah jawaban apa yang sebenarnya ku nanti, bahkan aku tak mengharapkan dirinya mengucapkan kata menyakitkan itu.  Tapi, entah bagaimana pertanyaan itu bisa keluar dari mulutku.

Benar seperti dugaanku,  dia hanya mematung.  Diam dengan mulut yang terkunci rapat,  tak ada satu katapun yang keluar.  Dia hanya menggenggam tanganku semakin erat.

Meski aku tak mengharapkan dia mengatakannya, tetap saja itu terasa mengiris hatiku, perih sekali. Bagaimana tidak, jika dia terus diam sama saja dengan dia membenarkan semua yang memenuhi pikiranku saat ini.

"Apa hanya dengan kalimat itu,  aku bisa mengembalikan kepercayaanmu?" katanya setelah melihatku meneteskan air mata.

Aku hanya diam, tenggelam dalam emosiku.

Entah,  aku juga tak tahu.  Rasa percaya ini telah hancur tak berbentuk.

***

Sudah seminggu ini aku terbaring tak berdaya, di setiap malamnya aku hanya ditemani oleh Ibuku.

Ayah?  Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku memakluminya,  bagaimanapun keberadaanku di RS ini, semakin menambah beban financialnya.

Tubuhku menolak semua makanan yang mencoba masuk.  Berat badanku terus menurun setiap harinya. Tubuhku semakin ringan saja.

Sementara itu, Dr.  Aron masih saja berusaha melunturkan kebencianku.

Seperti hari ini,  dia terus menjagaku ketika aku tertidur.  Entah sudah berapa hari dia tidak pulang untuk tidur di rumahnya.  Karena setiap malam dia pasti akan ada disampingku.

Setiap tengah malam,  aku pasti terbangun. Banyak hal yang mengganggu tidurku, pikiran dan tubuhku menolak untuk beristirahat.

"Dok,  bisa bicara sebentar, " kudengar suara Ayah mengintrupsi. Aku memang masih terjaga,  hanya saja aku tak mampu membuka mata.

"Terima kasih karena selalu disisinya.  Padahal permintaanku waktu itu tak harus kau wujudkan sejauh ini, Dokter hanya harus menemaninya jika memang ada waktu saja,  sekali lagi terima kasih. "

Apa?  Permintaan apa Ayah? Jangan katakan bahwa Ayah penulis skenarionya.

Ya Tuhan,  kenapa harus setragis ini? Kenapa kau harus memberitahuku sekarang? Kenapa tak biarkan semua fakta ini terkubur saja bersama diriku nantinya? Aku tak ingin tahu mengenai semua ini.

"Tidak pak,  aku senang bisa menemaninya.  Dia mengingatkanku pada seseorang yang tidak sanggup ku selamatkan dimasa lalu. Setidaknya aku ingin membuatnya bahagia, dan menebus kesalahanku. Dia cukup mampu untuk menutupi luka yang kumiliki selama ini." ungkapnya dengan nada yang terdengar tulus.

Singkat [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang