Whisper

171 9 2
                                    

Aku hari ini sangat kelelahan, setelah belajar seharian dan ekskul yang sangat menyita waktu, aku akhirnya bisa pulang. Jarak dari sekolah ke rumah tidak begitu jauh, sehingga tidak perlu memakai sepeda motor apalagi mobil. Berjalan kaki sudah cukup, terkadang bila aku agak malas, maka aku akan memakai sepeda saja. Biasanya aku pulang bersama temanku Angga, namun hari ini dia tidak ada ekskul sehingga dia pulang lebih dulu daripada aku.

Hari semakin mendung, jadi aku mempercepat langkahku.

Kanan, kiri, kanan, kiri.

Aku terus-terusan memandang langkah kakiku sendiri. Ini sudah menjadi kebiasaanku. Entah mengapa terasa agak aneh ketika melihat kakiku bergerak berjalan, seolah-olah kaki kita punya kemauan sendiri untuk bergerak padahal sejatinya kita yang menggerakkan.

Brukkk.

Karena pandanganku fokus ke bawah, aku tidak sadar ada seseorang di depanku, sehingga aku menabraknya.

"M-maaf aku tidak sengaja." Aku melihat orang yang aku tabrak tadi. Dia terjatuh ke tanah namun pandangannya ke arah langit dan ekspresinya seperti orang yang terpana. Bukan hanya orang yang aku tabrak, tapi hampir seluruh orang di sekitar juga memandang ke arah langit. Aku pun penasaran apa yang membuat mereka seperti itu. Lalu aku memandang ke langit.

Itu bukanlah pemandangan yang biasanya kau lihat setiap hari.

Benda itu menutupi cahaya matahari seutuhnya, membuat hari menjadi agak mendung yang aku kira tadi karena mau hujan. Tidak mungkin ini gerhana matahari, sebab fenomena itu sudah lewat beberapa minggu yang lalu. Aku seperti orang-orang di sekitarku, sama halnya tidak mengetahui benda apa itu.

Ping!!

Ping!!

HP ku berbunyi dengan keras menandakan ada pesan masuk, aku merogohnya dari dalam tasku dan kulihat banyaknya pesan dari grup Line kelasku. Sangat heboh, kebanyakan dari teman-temanku kebingungan, ada juga yang membuatnya seperti bahan candaan dan ada yang ketakutan. Kemunculannya hanya ada di wilayah Asia. Namun beritanya sudah mendunia.

HP ku berdering kali ini.

Aku melihat siapa yang meneleponku.

Ternyata adalah ibuku, lalu aku mengangkatnya.

"Assalamualaikum. Ikhsan, kamu di mana nak." Aku bisa mendengar nada khawatir dari ibuku.

"Waalaikumsalam. Ikhsan lagi di jalan bu, sebentar lagi mau pulang."

"Ayo cepat pulang nak, Ibu khawatir kalau terjadi apa-apa."

"Iya bu."

Ibuku menutup panggilan dan aku bergegas berjalan melewati orang-orang yang keheranan. Kebanyakan dari mereka mengabadikan momen ini dengan kamera HP mereka. Mungkin mereka layaknya aku belum mengetahui kalau momen ini tidak perlu diabadikan, karena momen ini adalah hal yang terakhir kali kita lihat untuk selamanya di Bumi ini.

══════════════════════════════

Aku sudah di rumah dan telah melepas baju seragamku, sekarang aku menyantap makan siang yang agak telat di meja makan sambil menonton acara berita yang sejak tadi memberitakan tentang fenomena yang masih belum dipahami ini. Ayahku masih berada di kantornya, biasanya Ayah pulang malam, tadi Ibu telah menelepon Ayah dan beliau memberitahukan kalau dia baik-baik saja juga berkata jangan terlalu khawatir. Sekarang yang ada di rumah adalah Ibu, Aku dan Kakak ku yang sudah kuliah.

Hampir seluruh saluran televisi memberitakannya. Beberapa kamera mencoba untuk menzoom ke arah benda bulat itu. Tapi yang terlihat hanyalah bayangan yang tidak terlalu jelas, bila benar ini hanyalah gerhana matahari. Maka ini gerhana matahari terlama yang pernah kualami.

A Bed Time StoriesWhere stories live. Discover now