20 menit berlalu dan sampailah mobil Debo di parkiran sekolah. Saat Ify keluar mobil, terdapat sepasang mata yang terkejut akan kedatangannya. Siapa lagi pemilik mata tersebut jika bukan Shilla. Sudah menjadi kebiasaan Shilla tiap paginya untuk menunggu mobil Debo datang. Biasanya dia akan berlari menghampiri Debo, namun kali ini keadaannya berbeda. Debo yang biasanya datang seorang diri, kini datang berdua dengan seorang wanita yang belum lama ia kenal. Sejak pertemuannya dengan Ify, Shilla sudah merasa tidak senang. Kesan pertamanya mengenal Ify sangat ingin ia hapuskan. Dia menjadi sangat geram dengan tingkah Ify yang semakin menjadi jadi.
“Ni anak bener bener harus dikasih pelajaran ya?” pikir Shilla.
Ify yang baru saja keluar dari mobil, melihat sosok Ozy yang baru selesai memarkirkan mobilnya.
“Deb, makasih ya tumpangannya” kata Ify cepat yang lalu pergi meninggalkan Debo untuk menghampiri Ozy. Debo terus mengekor kepergian Ify. Debo sedikit kecewa melihat Ify pergi cepat meninggalkannya hanya untuk bertemu dengan Ozy.
Ify berlari mendekati Ozy dan menghadang Ozy. Ozy yang jalannya dihentikan oleh Ify terkejut dan menatap Ify dengan datar. Ify balas menatap Ozy dengan penuh kemarahan. Ozy tak ingin ambil pusing dengan tatapan Ify dan berniat melanjutkan jalannya. Namun, lagi lagi Ify menghadang langkah Ozy. Ozy melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.25 WIB yang berarti 5 menit lagi bel akan berbunyi. Ozy dan Ify masih belum membuka suara.“Kenapa lagi?” tanya Ozy akhirnya yang sudah tidak betah dengan keadaan ini.
“Kenapa lagi kenapa lagi! Loe tu nggak merasa bersalah ya?” tanya Ify murka.
“Kan yang penting loe udah dapet tebengan dan selamat sampai sekarang bisa masuk sekolah lagi” kata Ozy datar yang mengerti maksud dari kekesalan Ify pagi ini.
“Pokoknya pulang sekolah nanti gue bareng loe!” kata Ify memaksa. Hari ini hari Sabtu yang berarti ekskul musik akan melaksanakan latihan dan menjadikan Ify pulang lebih sore. Jadi ada alasan Ify untuk pulang bareng Ozy. Ozy kesal dengan jalan pikiran Ify yang terus mengganggunya.
“Berhenti gangguin gue!” kata Ozy didekat telinga Ify dan langsung meninggalkan Ify yang membeku dengan kalimat yang keluar dari mulut Ozy.
“Hah? Ganggu? Jadi selama ini dia nganggep gue gangguin dia?” dengus Ify tak percaya dengan ucapan Ozy.
“Argh...!!!” kesal Ify sambil mengacak acak rambutnya. Dengan penuh kekesalan, Ify menuju ruang kelasnya. Bel pun berbunyi semenit setelah ia sampai di kelas. Kejadian di parkiran tadi masih terngiang ngiang di pikiran Ify, membuatnya tidak fokus pada pelajaran pertama pagi itu. Selama pelajaran, Ify hanya mengikuti dengan sisa sisa konsentrasi yang ia miliki.
“Anak anak...ibu akan memberikan tugas individu kepada kalian” kata Bu Winda kala jam pelajaran mulai berakhir.
“Yah bu...tugas terus” kata anak anak menggerutu.
“Tugasnya gampang saja. Masing masing anak membuat artikel tentang kegiatan di sekolah ini. Ibu akan membagikan tema untuk tugas yang akan kalian liput. Absen 1-5 temanya yaitu sejarah SMA 05 Bandung, absen 6-10 tentang desain sekolah, absen 11-15 tentang laboratorium yang dimiliki sekolah, absen 16-20 tentang fasilitas sekolah, absen 21-25 tentang kejuangan yang diterapkan disekolah, absen 26-30 tentang bulan bahasa, dan absen 31-35 tentang ekskul sekolah beserta event dan prestasinya. Bagaimana ada pertanyaan?” tanya Bu Winda.
“Jangan individu dong bu! Banyak banget itu. Masa kita harus meliput semua ekskul sendiri?” kata Sivia.
“Untuk tema desain, laboratorium, fasilitas dan ekskul sekolah yang banyak bagiannya, maka kelima siswa yang mendapat tema tersebut bisa membaginya” lanjut Bu Winda.
“Maksudnya gimana bu?” tanya Septiyan.
“Baik ibu contohkan. Siapa yang mendapat bagian meliput ekskul?” tanya Bu Winda. Kelima siswa yang mendapat bagian itu mengacungkan tangannya. Kelima orang itu ialah Goldi, Shilla, Sivia, Septiyan dan Ify.
“Nah masing masing kalian hanya meliput satu ekskul saja. Misalnya Goldi membuat artikel tentang ekskul musik, Shilla tentang ekskul drama, Sivia ekskul pramuka, Septiyan ekskul basket dan Ify ekskul jurnalistik. Bagaimana? Mengerti semuanya?” tanya Bu Winda memastikan. Kini semua siswa sudah tau tugas mereka.
“Dikumpulkan hari apa bu?” tanya Sivia lagi.
“Untuk pengumpulannya hari sabtu minggu depan. Ada yang ingin ditanyakan lagi?” jelas Bu Winda.
“Sudah cukup bu” jawab serentak dari siswa kelas IPS 4 tersebut. Bu Winda tersenyum dan meninggalkan kelas. Sepeninggal Bu Winda dari kelas, Debo menghampiri Sivia, Ify, Septiyan dan Shilla.
“Jadi mau gimana nih pembagiannya?” tanya Goldi.
“Gue basket” jawab Shilla cepat.
“Enak aja. Gue juga mau basket Shil kalau boleh milih mah!” kata Septiyan tak mau kalah. Shilla dan Septiyan memiliki alasan yang kuat untuk memilih basket. Shilla ingin basket agar bisa menghabiskan waktu seminggu ini dengan Debo, sedangkan Septiyan memilih basket karna dia merupakan anggota tim basket yang sudah tau seluk beluk basket SMA ini sehingga memudahkannya untuk menulis artikel.
“Udah udah jangan ribut, gimana kalau kita pake undian aja buat nentuinnya?” kata Goldi memberi solusi. Ify dan Sivia mengangguk sedangkan Shilla masih ingin tetap mendapat bagian basket.
“Gimana Shil? Yan?” tanya Goldi lagi.
“Yaudah oke, biar lebih adil” jawab Septiyan menyetujui usul Goldi.
“Loe Shil?” tanya Goldi pada Shilla yang masih diam tak memberi jawaban. Shilla mengangguk berat. Setelah semua anggota menyetujui, dibuatlah kertas undian yang tertulis nama ekskul sekolah dan kemudian undian dimulai. Kini masing masing dari mereka telah memiliki satu kertas undian. Semua merasa santai dengan hasil yang mereka dapat, namun tidak dengan Shilla. Ia sangat deg deg an dan tak kuasa membuka kertas miliknya. Shilla menunggu kertas dari keempat temannya untuk mengetahui tulisan di kertas yang ia dapatkan. Yang pertama membuka kertas undian ialah Goldi yang mendapatkan ekskul musik, kemudian dilanjutkan Septiyan yang mendapat ekskul pramuka dan Sivia yang mendapat ekskul jurnalistik.tersisa undian milik Ify dan Shilla. Saat ini peluang Shilla mendapat ekskul basket 50%. Dia senang akan hasilnya sejauh ini, namun disisi lain dia juga kesal mengapa harus selalu dengan Ify bersaing. Kini Ify dan Shilla memutuskan untuk membuka kertasnya bersama sama. Dan hasil akhirnya Shilla mendapat tugas meliput ekskul drama. Shilla sangat marah dengan hasil tersebut dan pergi meninggalkan kelas. Ify yang melihat kejadian ini segera menyusul Shilla. Dilihatnya Shilla sedang duduk di kursi dekat lapangan. Ify mendekatinya dan duduk disamping Shilla. Shilla menyadari kehadiran Ify dan melirik Ify.
“Kenapa sih loe pengen banget dapet ekskul basket?” tanya Ify mengawali perbincangan. Shilla diam tak menjawab pertanyaan Ify.
“Karna ada Debo ya?” tanya Ify. Shilla yang tak suka dengan Ify memutuskan untuk meninggalkan Ify.
“Loe kenapa sih benci banget kayaknya sama gue?” tanya Ify yang tak tahan dengan sikap Shilla. Shilla meringis mendengar pertanyaan Ify.
“Tanya sama diri loe sendiri!” jawab Shilla penuh emosi dan melanjutkan jalannya.
“Loe nggak perlu cemburu sama gue! Gue nggak ada apa apa sama Debo” kata Ify yang berdiri dari duduknya. Pernyataan Ify tadi berhasil membuat Shilla kembali berhenti dan memandang Ify.
“Loe cuma ngabisin energi loe buat ngebenci gue Shil. Gue udah punya pacar. Gue juga nggak suka sama Debo” kata Ify mencoba meyakinkan Shilla. Shilla hanya menatap Ify dan masih belum mempercayai omongan Ify.
“Loe mau tukeran tugas?” tanya Ify kemudian yang membuat Shilla terkejut.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Believe
ФанфикKalian yang sabar yaaa nunggu ceritanya. Jangan lupa vote dan like juga komen cerita ini yaa. Terimakasih 💖