Berdekatan

42 3 0
                                    

“Gue nggak peduli Ze, gue mau rebut Deva” kata Oik mantap yang membuat Zeze sangat terkejut.

“Ik sadar!” kata Zeze yang masih sangat terkejut.

“Ze, Deva mungkin udah punya pacar. Tapi pacar Deva jauh. Mereka nggak pernah ketemu. Seperti kata pepatah ‘Yang setia akan kalah dengan yang selalu ada’. Dan gue, akan menjadi orang yang selalu ada buat Deva” kata Oik.

“Ik, udah ya. Sekarang mending loe istirahat dulu biar pikiran loe lebih jernih lagi” kata Zeze menasihati.

“Gue serius sama apa yang barusan gue bilang Ze. Tolong dukung gue Ze. Cuma Deva yang bisa buat gue lupa sama Ozy” kata Oik sambil menangis. Zeze memeluk Oik dan menenangkannya.

“Loe ngomong gini karna loe lagi emosi aja Ik. Loe tenangin diri loe dulu ya” pinta Zeze yang masih tak mengerti dengan jalan pikiran Oik. Saat Deva mulai datang di sekolah mereka dan mulai masuk ke ekskul fotografi, Zeze mulai menyukai sifat Deva yang humble dan perhatian. Zeze juga sempat berharap jika Deva bisa menjadi bagian dalam hidup Oik. Namun saat mengetahui Deva sudah memiliki seorang kekasih, Zeze mulai melupakan niatnya untuk mencomblangkan Oik dengan Deva. Namun kini saat Zeze hendak menghapus niatnya, malah Oik meminta dukungannya untuk mendekati Deva. Zeze tau betul kisah cinta Oik sebelumnya. Kisah cinta tragis yang terhalang oleh kisah orang tuanya dan Ozy. Kisah cinta tulus yang harus ia akhiri. Kini, saat sahabatnya mulai membuka hati. Apakah Zeze harus mendukungnya? Walau menurutnya, keputusan ini sangat salah. Mencintai kekasih orang adalah hal yang sangat jahat dan menyakitkan bagi orang yang dikhianati.

......

Minggu pagi ini, Ify habiskan dengan bersepeda keliling kompleks perumahan.

Minggu pagi ini, Ify habiskan dengan bersepeda keliling kompleks perumahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menghirup udara segar pagi ini dengan keceriaan. Setelah lelah berkeliling, Ify memutuskan untuk menghentikan sepedanya di sebuah taman kecil yang berada di dalam kompleks tempat tinggal Ify. Ify duduk di salah satu bangku taman. Dia menutup matanya dan menghirup nafas dalam. Dia sangat menikmati suasana pagi Kota Bandung. Selesai beristirahat, Ify menghampiri sepedanya dan mengendarainya. Ia bersepeda dengan menyanyi nyanyi kecil. Ia terhenti saat melihat loper koran dan seorang ibu sedang berdebat.

“Hati hati dong pak kalau ngelempar koran. Kena kepala saya ni” kata ibu tersebut dengan nada marah.

“Iya iya maaf ya bu. Mamang tidak sengaja” jawab loper koran tersebut dengan memelas.

“Maaf maaf. Makanya lain kali liat liat dulu” balas ibu itu.

“Punten bu, mang” sapa Ify saat berada di dekat ibu dan loper koran.

“Iya neng, mangga” balas mamang dengan senyum ramah.

“Ada apa ini teh. Kok pagi pagi udah berdebat?” tanya Ify kemudian.

“Ini neng, mamangnya nglemparin koran ke kepala bibi” jawab ibu itu yang menyebut dirinya dengan sebutan bibi.

“Maaf atuh bu” kata mamang tersebut.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang