Gelisah Hati

49 3 0
                                    

Langkah Ify terhenti oleh mobil yang mengerem tepat disampingnya. Ify semakin takut dan tubuhnya mulai kaku tak bisa bergerak. Air matanya tak lagi bisa ia bendung. Ify tak berani menoleh. Pikiran Ify mulai memikirkan berbagai hal negatif, ia hampir berpikiran untuk teriak dan lari, namun rencananya terurungkan saat kaca mobil dibuka dan terdengar suara seseorang yang ia kenal dari dalam mobil. Ify menoleh dan mengetahui jika orang tersebut adalah Ozy. "Masuk! Gue anter loe!" teriak Ozy. Ify yang sudah ketakutan, langsung masuk ke mobil Ozy. Ify menghapus air matanya yang sempat mengalir akibat rasa takut yang ia rasakan. Ozy yang melihat hal itu menjadi merasa bersalah. Ozy menyerahkan sebuah sapu tangan ke Ify.

"Sorry ya gue ngrepotin loe" kata Ify sambil menerima sapu tangan yang Ozy berikan.

"Sorry juga ya udah cuek dan nggak care sama loe" balas Ozy.

"Kalau bis disini, terakhir lewat sampai jam 18.00 WIB aja" kata Ozy memberi informasi.

"Kok loe nggak ngasih tau gue sih?" tanya Ify marah.

"Loe juga nggak nanya" balas Ozy.

"Gimana gue mau nanya? Loe selalu diemin gue" jawab Ify kesal yang membuat Ozy terdiam.

"Loe bisa ngomong dan ngobrol sama Zahra, Obiet, Kiki, tapi loe nggak bisa ngobrol sama gue. Gue udah berusaha deket sama loe. Berusaha deketin loe. Ngajak loe ngobrol. Tanya hal hal yang sebenernya gue udah tau jawabannya. Sok akrab sama loe, tapi respon loe negatif terus ke gue. Gue nggak pengen gangguin loe Zy, gue cuma pengen temenan sama loe" kata Ify yang mengutarakan isi hatinya. Ozy melihat Ify yang sedang memandang ke luar jendela. Ozy terdiam dan pikirannya penuh. Ia mendengar ketulusan dari kalimat kalimat Ify. Suasana menjadi hening.

"Pinjem HP loe, biar gue cariin di maps jalan ke rumah gue" kata Ify kemudian. Ozy menyerahkan HPnya dan membiarkan Ify melakukan yang ia mau. Selesai mencari alamat rumahnya, Ify kembali menyerahkan HP ke Ozy. Sisa perjalanan mereka habiskan dalam keheningan dan kebekuan. Waktu berlalu, dan kini mereka sudah sampai di depan rumah Ify.

"Thanks ya Zy. Sorry ya tadi gue bicara ngelantur. By the way gue bawa dulu ya sapu tangan loe. Kalau udah gue cuci ntar gue balikin" kata Ify yang lalu keluar dari mobil Ozy. Ozy ikut keluar dari mobilnya.

"Fy" panggil Ozy. Ify menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ozy. Ozy mendekati Ify.

"Maafin sikap gue selama ini ya? Gue emang susah deket sama orang, tapi nggak seharusnya gue bersikap kelewatan sama loe. Maafin gue ya udah nyakitin hati loe" kata Ozy tulus. Ify menatap Ozy tak percaya.

"Temenan?" kata Ozy dengan menyerahkan tangannya untuk bersalaman.

"Loe selalu bilang kalau kita udah temenan, tapi besok loe balik lagi ngeselin dan nyuekin gue" kata Ify mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Sekarang gue janji" kata Ozy.

"Janji?" tanya Ify yang disambut senyuman dan anggukan oleh Ozy.

"Oke kita temenan" kata Ify kembali ceria. Ozy sangat berterima kasih karna rasa bersalahnya kini terhapuskan.

"Hmm tapi gue masih badmood nih gara gara loe. Dan kesalahan loe tu banyak banget jadi...gue nggak bisa secara cuma cuma buat maafin loe" kata Ify sambil sok berfikir. Ozy bingung dengan apa yang Ify lakukan.

"Gue pengen...loe temenin gue jalan jalan seharian besok? Gimana? Gampangkan?" kata Ify memberi syarat. Ozy mengernyitkan dahinya?

"Katanya loe mau jadi temen gue? Tapi jalan bareng aja nggak mau" kata Ify yang mengerti makna dari ekspresi Ozy.

"Tuh kan...loe balik lagi bungkam seribu bahasa. Kalau loe nolak tawaran gue, ya loe ngomong nggak bisa dan kasih alasannya, jangan diem aja" kata Ify kesal dan beranjak meninggalkan Ozy.

"Loe ati ati pulangnya" kata Ify sebelum benar benar meninggalkan Ozy. Ozy lalu masuk ke mobilnya dan pergi dari rumah Ify. Ify mendengus kesal mendengar kepergian mobil Ozy. Baginya, Ozy memang tak akan bisa berubah seperti yang Ify bayangkan. Sepanjang perjalanan Ozy memikirkan semua kata kata Ify. Ozy bingung, apa dia harus mengiyakan tawaran Ify atau menolaknya. Bagi Ozy, jalan berdua dengan Ify merupakan hal yang aneh. Selama putus dengan Oik, Ozy sangat menutup diri dari wanita dan tak pernah lagi mau jalan jalan dengan wanita, meskipun itu temannya seperti Zahra.

......

Kesibukan menghampiri ke empat siswa yang akan mengikuti perlombaan fotografi. Malam nanti mereka akan berangkat dari Bali ke Jogja. Mereka menyiapkan semua peralatan foto yang akan digunakan. Mereka mengemasi barangnya masing masing.

"Gimana Ko? Udah semua?" tanya Zeze pada Riko yang menghandle tentang kamera dan perlengkapannya.

"Udah semua" jawab Riko dengan anggukan mantap.

"Kostumnya nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Riko pada Zeze yang bertugas menyiapkan kostum dan perlengkapan untuk model.

"Udah sih kayaknya, semoga aja nggak ada yang ketinggalan" jawab Zeze.

"Loe santai amat Dev, emang udah ready?" tanya Zeze penasaran melihat Deva yang petentang petenteng.

"Udah dong" jawab Deva sombong. Zeze mengdengus mendengar jawaban Deva.

"Loe kenapa sih Ik? Mondar mandir mulu kaya setrikaan" tanya Deva pada Oik yang terlihat gelisah.

"Oik emang selalu kaya gitu Dev kalau mau lomba. Grogi" sambar Zeze.

"Ah elah santai aja kali. Kan masih besok shootingnya" kata Deva menenangkan.

Selesai mengemasi barang barangnya. Mereka berpamitan pada keluarganya dan berangkat ke bandara.
Di dalam mobil Oik terus menutup matanya dan menggenggam tangan Zeze erat. Deva yang melirik ke arah Oik merasa aneh melihat tingkah Oik yang seperti ketakutan.

"Udah Ik, santai aja. Kan loe udah sering photoshoot. Konsep kita juga udah mateng, kita juga udah tau bakal nglakuin apa aja disana. Jadi santai aja" kata Deva mencoba menenangkan Oik. Oik tak bergeming. Ekspresinya masih tetap sama. Zeze dan Riko hanya diam menyaksikan adegan Oik dan Deva. 30 menit berlalu, sampailah mereka di bandara. Oik sudah merasa lebih baik dan sudah bisa tersenyum. Deva senang melihat perubahan Oik. Masih ada waktu 20 menit sebelum pesawat mereka berangkat. Deva memainkan HPnya dan pergi meninggalkan ketiga temannya.

"Mau kemana Dev?" tanya Zeze saat melihat Deva beranjak pergi.

"Telfon bentar ya?" jawab Deva yang langsung diiyakan oleh anggukan Riko. Deva pergi tak jauh dari ketiga temannya.

"Assalamualaikum" salam seseorang yang mengangkat telepon Deva.

"Waalaikumsalam Bby, kamu lagi apa?" jawab Deva.

"Lagi nonton TV sama Khalif" balas Ify.

"Kamu lagi apa?" tanya Ify.

"Lagi kangen sama kamu" jawab Deva dengan senyum yang sangat lebar dan bahagia. Oikpun yang sedari tadi memperhatikan Deva dapat melihat aura kebahagiaan yang terpancar dari senyum Deva.

Bersambung...

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang