Keluarga Uchiha akan mengadakan pesta perayaan 40 tahun usia pernikahan Mikoto dan Fugaku yang akan dihadiri para kolega Uchiha dan kerabat dekat. Acara tersebut akan berjalan selama tiga malam berturut-turut, dimulai malam pertama khusus untuk keluarga, dan malam kedua untuk kerabat dekat dan tetangga dan ketiga untuk para kolega kerja.
Mikoto dan Fugaku bahkan sudah satu minggu sebelum hari H pergi ke paviliun Uchiha, sementara Sasuke dan Sarada menyusul empat hari setelahnya, karena pria itu tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama.
Sarada cemberut sepanjang jalan. Ia pikir hanya ada dia dan papanya di dalam mobil ini, namun sebelum mereka bergerak menuju vila, papanya menyimpang dan menjemput Nenek Sihir yang sangat kegirangan duduk di samping kemudi bersama papanya, sementara Sarada disuruh pindah ke belakang dan duduk sendirian di sana. Ingin rasanya ia menggundul kepala Shion dengan gunting rumput biar kepalanya botak.
"Gerah," ucap Shion. Ia mengibaskan rambutnya dan memperlihatkan potongan lehernya yang putih dihias kalung berlian yang mahal.
"Nyalakan saja ACnya," sahut Sasuke seraya tetap fokus pada jalanan.
Sarada memutar mata. Ia memainkan gadgetnya dan berkirim pesan pada Boruto dan Mitsuki, menanyakan keberadaan mereka dan Sarada tersenyum tatkala mendapat balasan jika mereka sudah sampai di sana terlebih dahulu.
Gadis itu memejamkan mata, namun ia tidak akan tidur. Takut kecolongan sesuatu mengingat betapa agresifnya wanita licik itu jika melihat ada kesempatan sekecil apapun, dan Sarada tidak akan membiarkan wanita itu mendapatkan apapun yang dia mau.
Shion mencondongkan tubuhnya ke arah Sasuke. Ia melirik Sarada yang sedang tertidur di belakang dan dirinya merasa senang akhirnya cecunguk itu berhenti menatapnya dengan tatapan intimidasi sekaligus kesal.
Shion memegang pergelangan Sasuke yang kokoh dan keras. Ia merasakan urat yang menonjol di sana dan membayangkan bagaimana rasanya jika tangan itu menyentuh dan memeluknya. Pasti rasanya sangat nyaman.
"Sarada tertidur," ucapnya rendah.
Sasuke melirik dari spion tengah, dan ia hanya mengangguk, "Biarkan dia tidur. Perjalanan masih lama. Kalau kau ingin tidur juga, tidurlah."
"Tidak. Aku akan menemanimu."
Sasuke hanya tersenyum tipis dan mengusap kepala Shion dengan lembut.
Shion menidurkan kepalanya di bahu tegap Sasuke dan memeluk lengan pria itu.
Sarada mengintip melalui matanya yang sedikit terbuka. Ia melepasakan sepatu dan menaikkan kakinya menuju rambut Shion yang terurai panjang. Gadis itu mengapit ibu jari kakinya dan jari kaki yang lain setelah itu mangaitkannya pada rambut panjang Shion dan menariknya sehingga wanita itu meringis.
"Ada apa?" tanya Sasuke.
"Aku menduduki rambutku sendiri."
Sasuke mendengkus, "Ikat saja."
Shion mengangguk dan mengambil ikatan rambut di dalam tasnya, lalu mengikat rambutnya tanpa menyadari seringai Sarada di balik punggungnya.
Wanita itu meraba-raba rambutnya lalu ia alihkan pandangan ke arah Sasuke yang tampak santai dalam menyetir.
'Apa ini? Permen karet?'
Shion menatap Sasuke sekali lagi. Tadi pria itu mengusap kepalanya, tapi tidak mungkin, kan jika Sasuke yang menempelkan permen karet itu di rambutnya. Ia segera menoleh ke belakang dan masih mendapati Sarada memejamkan matanya.
'Anak itu benar-benar tidur atau pura-pura tidur?'
"Ada apa, Shion?"
Shion tersentak dari pemikirannya, "Ah, tidak apa-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin MAMA, bukan IBU (SasuSakuSara)
Short Story___cerita kesembilan___ Sarada adalah anak yang baik dan penurut, namun ketika Papanya mulai mengenalkan wanita lain sebagai kekasih kepadanya, jiwa berontaknya timbul secara perlahan. Ia menjadi gadis yang pembangkang dan tidak pernah mau bersikap...