Sarada dan Izuki berjalan di depan untuk memimpin jalan menuju ruangan terlarang yang ada di rumah utama keluarga Uchiha, sementara Izuka memberengut masam dengan perasaan was-wasnya, takut mereka akan dipergoki dan dimarahi.
"Se-Sebaiknya batalkan saja rencana kalian,"
Sarada menggeleng dan tetap mengikuti setiap langkah Izuki. pemuda itu memasukkan kunci cadangan dan membuka daun pintu dengan pelan agar derit kayu tersebut tidak terdengar sampai ke lantai bawah.
Izuka menahan nafas begitu Sarada dan saudara kembarnya melangkah memasuki ruangan yang sangat terlarang untuk penghuni mansion ini.
tubuhnya panas dingin dan telapak tangannya berkeringat. ia menoleh kesana-kemari untuk memastikan bahwa keadaan di sekitarnya aman terkendali. Izuka memasuki ruangan dan menemukan dua anak manusia berlainan jenis itu sedang mencari-cari sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk atas segala pertanyaan Sarada selama ini.
Izuki mendekati meja kerja yang tampak bersih dari tumpukan dokumen, karena ruangan ini tidak diperlukan lagi selain untuk menyimpan berkas penting dan sesuatu yang tidak patut dipublikasikan.
"Apa yang kau temukan, Izuki?"
Pemuda itu tampak masih mencari-cari sesuatu di dalam laci di antara tumpukan kertas-kertas yang berdebu karena sudah lama tak tersentuh.
Sarada mengintip dari balik bahu Izuki, sementara Izuka berjaga di belakang daun pintu.
"Aku pernah beberapa kali memasuki ruangan ini dan aku pernah melihat sosok wanita yang menurutku tidak asing."
Sarada dan Izuka tampak antusias mengintip kegiatan Izuki membongkar laci meja kerja Sasuke yang sudah lama tidak dipergunakan. Mereka mengerumbungi, tampak penasaran dengan sosok yang disebutkan Izuki.
"Nah!" Izuki berseru dengan sebelah tangan mengangkat tabloid.
Izuka langsung membekap mulut saudaranya, "Pelankan suramu, bodoh!"
Izuki hanya nyengir dengan santainya, lalu ia menyerahkan tabloid tersebut pada Sarada, yang diterima gadis itu dengan rasa gundah dan gelisah. Entah kenapa ia merasa gugup menerimanya, seperti akan ada sesuatu yang tidak baik setelahnya.
"Baca saja, daripada penasaran," saran pemuda itu. Ia kembali mencari-cari sesuatu di dalam ruangan tersebut, merasa aman karena di sana tidak hanya ada dirinya, tetapi ada saudari dan sepupunya, jadi, jika dia dimarahi karena ketahuan, setidaknya ia tidak sendirian.
Sarada membalik tabloid dan membaca bagian sampul depan. Ia menulusuri setiap kalimat yang tercetak tebal di atas sana dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
Haruno Sakura, Putri dari pasangan Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki tertangkap basah sedang bersama kekasih gelapnya di sebuah hotel pinggiran kota.
Sarada membaca deretan kalimat tersebut dengan nafas terengah. Matanya berembun mengumpulkan tetesan air di sudut mata. Ia siap menangis namun sebisa mungkin ia tahan. Gadis itu membuka tabloid yang lain sehingga semuanya semakin jelas. Benar dugaannya, wanita yang diberitakan itu berkaitan dengan dirinya dan papanya.
Sasuke Uchiha telah mengonfirmasi berita tentang perselingkuhan tunangannya, yakni, Haruno Sakura, dan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan pada 17 Maret akan datang terancam batal.
Gadis itu meremas tabloid di tangannya sehingga tampak kusut. Ia memejamkan mata guna meredam rasa panas yang mulai menjalari dadanya dan sesak di paru-paru membuatnya terasa sulit meraup oksigen.
Ia kembali mengambil tabloid yang lain dan membawa ke depan wajahnya dengan tangan bergetar.
Sasuke Uchiha tidak mau mengakui bahwa anak yang dikandung Sakura adalah anaknya.
Sarada bernafas lewat mulutnya. Ia berkali-kali mencoba menguatkan dirinya dan meyakinkan bahwa itu tidak benar.
Sakura Haruno dinyatakan meninggal dalam insiden kecelakaan tunggal tersebut, namun putrinya selamat dan diasuh oleh keluarga Uchiha.
Gadis itu sudah tak mampu untuk membaca apapun lagi yang ditunjukkan tabloid lainnya. Baginya itu sudah cukup menjadi bukti tentang siapa dirinya, dan siapa ibunya, namun siapa ayahnya sebenarnya? Sekejam itukah mama yang selama ini ia rindukan dan banggakan? Ia menyesali semuanya, menyesali perbuatan mamanya dan ia merasa benci jika itu semua adalah benar.
Sarada pergi begitu saja dengan satu tabloid yang masih berada di tangannya. Ia menuruni tangga dengan berlari dan berderai air mata menuju ruang keluarga yang tampak ramai oleh suara orang-orang yang dikenalnya, dan juga ... Si Nenek Sihir. Sarada melupakan keberadaannya sejenak karena ada yang lebih penting daripada mengurusi perempuan licik satu itu.
"Papa!" gadis itu melempar tabloid ke atas meja kaca, dan beruntungnya tidak mengenai gelas-gelas kopi di atas sana, "Apa ini?"
Sasuke membelalakkan bola matanya. Ia menatap Sarada dengan sorot bingung sekaligus terkejut, "Darimana kau dapatkan ini?" pria itu segera berdiri berniat mendekati sang Putri, namun Sarada malah memundurkan tubuhnya.
Semua anggota keluarga Uchiha terdiam menyaksikan hal tersebut, karena mereka tau jika semua ini tidak akan berakhir baik. Berbeda dengan wanita berambut pirang yang sekarang tampak antusias ingin mengetahui apa isi dari tabloid tersebut.
Si kembar berdiri di ujung tangga begitu mendapat pelototan dari sang ibu. Mereka tau jika yang mereka lakukan adalah salah, tapi mereka hanya ingin membantu Sarada, bukan menyakitinya.
"Sara, kau salah paham, sayang ...."
Sasuke kembali mencoba untuk mendekat, namun Sarada kembali menjauh. Air mata telah menggenang di sudut-sudut mata hitamnya dan siap tumpah tatkala ia memandang sorot mata papanya yang seolah terluka.
Apakah papanya terluka karena mama?
Apakah mama penyebab mereka merasakan kehampaan selama ini?
Jika mamanya adalah Sakura, lantas, kenapa Sakura seolah tak mengenalnya?
Jika memang Sakura telah mati, lalu siapa wanita yang selama beberapa hari ini menyedot perhatiannya?
Sarada berlari memasuki kamarnya mengabaikan tatapan khawatir semua orang, dan mengabaikan seringai seseorang dari arah belakang papanya. Wanita itu tampak senang. Ia mengirim pesan pada orang kepercayaannya untuk mencari tahu semuanya.
"Akan kubuat dia membencimu dan berpaling memilihku," gumamnya dalam hati.
Shion sadar betul, jika ia ingin mendapatkan Sasuke, ia harus mengambil hati Sarada, tapi gadis itu begitu sulit didekati dan sekarang jalan untuk mengambil simpatik anak itu terbuka lebar. Tinggal menyusun skenario sebagus mungkin dan sealami mungkin, dan buat Sarada memilihnya, maka Sasuke tidak akan bisa berkutik. Karena Sarada adalah prioritas utamanya. Tidak peduli siapapun sosok Sakura itu, entah Sakura masa lalu atau Sakura yang lain, ia tidak peduli, karena mulai sekarang dirinya akan fokus untuk mendoktrin Sarada dan menanamkan kebencian di hati gadis itu.
______________________________________
Tbc
Ini, nih konfliknya yaa... Kalau gak gitu gak seru donk. Tdk semudah itu Sasuke dekat kembali dengan mama Saku. Mesti melewati ujian dulu, kan? Kayak aku nih yang lagi pusing mau menghadapi ujian. Ya udah deh. Segitu dulu, maaf pendek, yg penting update. Wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin MAMA, bukan IBU (SasuSakuSara)
Short Story___cerita kesembilan___ Sarada adalah anak yang baik dan penurut, namun ketika Papanya mulai mengenalkan wanita lain sebagai kekasih kepadanya, jiwa berontaknya timbul secara perlahan. Ia menjadi gadis yang pembangkang dan tidak pernah mau bersikap...