Ketukan sepatu menggema di koridor perusahaan yang pagi ini tampak lengang dan damai. Sang penguasa dengan wajah tampan namun datarnya berjalan dengan langkah tegas dan sedikit ditekan, diikuti sang asisten yang sejak tadi menunduk karena merasa tertekan dengan aura hitam Sang Raja Iblis yang bersembunyi di balik wajah rupawan.
Karin bertanya-tanya apa kiranya yang membuat wajah bosnya itu terlipat tiga dan tampak menyeramkan? Namun ia hanya bisa mengulum pertanyaan tersebut tanpa berani mengatakannya langsung, karena bisa saja Sasuke melemparnya dari ketinggian 300 meter di gedung ini.
Sasuke membuka ruangannya dan membanting pintu tepat di hadapan Karin.
"Aww!!" Karin mengusap jidatnya yang sedikit terantuk, "Bos sialan. Sengaja apa?" desisnya pelan. Ia masih sayang nyawa, lalu Wanita muda itu membuka pintu dengan pelan dan rasa was-was seperti sedang berada di persidangan. Seakan sinar laser yang timbul dari bola mata si Bos dapat membelah kepalanya hingga berkeping-keping, dan Karin hanya mampu menelan ludahnya yang terasa tersendat di tenggorokan.
"Kenapa kau ikut masuk?" tanya Sasuke sinis.
Karin mengangkat map yang sejak tadi ia peluk. Ia berjalan dengan ragu dan meletakkan di atas meja Sasuke.
"Hanya ingin menyerahkan ini Pak Bos. Saya permisi," ucap Karin seraya sedikit membungkuk dan berbalik pergi untuk meninggalkan Sasuke yang sedang PMS.
"Tunggu!" jegat pria itu sambil menatap tajam asistennya.
"Ya?" Karin kembali menghadap pria duda beranak satu itu.
Sasuke tampak terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu, "Caritahu tentang keluarga Akasuna dalam 5 tahun belakangan ini. Aku ingin segera!"
Karin melotot sempurna. Ia berjalan mendekat dan menggebrak meja kerja Sasuke, melupakan sopan santun kepada atasan, "Kau pikir mudah?" teriaknya kencang, "keluarga Akasuna sangat sulit didekati, apalagi membobol sistem keamanan mereka. Rasanya sangat sulit mencari informasi secuilpun!"
Sasuke tampak tak peduli. Ia masih menatap tajam ke arah wanita merah itu, "Aku tidak mau tahu. Kau harus mencari informasi sekecil apapun!"
"Suruh orang lain saja!" bentak Karin. Enak saja Sasuke menyuruhnya seperti itu. Memangnya dia jongosnya apa? Karin tidak sudi disuruh-suruh dengan cara tidak ada manis-manisnya sama sekali. Dia itu wanita, dan wanita itu ingin disayang.
Wanita merah itu mendelik tajam menatap Sang Raja Iblis yang tak kalah menyeramkan dengan tampang datarnya sedatar bata pembangunan(?)
Karin berkali-kali menghela nafas memberi sugesti agar dirinya mampu bersabar menghadapi orang macam Sasuke. Ia menutup pintu dengan kencang dan keluar dari ruangan Bos besar tanpa tata krama yang biasa selalu melekat padanya.
Sasuke mengangkat satu alisnya heran. Ia menggeleng. Hanya Karin bawahan yang berani bersikap kurang ajar padanya, kalau tidak ingat jasa wanita itu, mungkin Sasuke sudah menggantungnya di alun-alun kota.
______________________________________
Suasana kafe hari ini tampak sepi dikarenakan gerimis yang mengguyur sejak pagi. Mengakibatkan rasa malas kemana-mana timbul pada diri setiap orang. Sakura beserta pegawai kafe lainnya tampak bersantai sambil menikmati secangkir kopi hangat di suhu udara yang lumayan rendah membuat kulit meremang kedinginan.
Ino sibuk memotong buah-buahan yang akan ia jadikan topping untuk kue yang baru saja ia buat. Ia berkutat dengan pisau buah seraya terkadang mencuri pandang pada sahabat merah mudanya yang tampak lebih pendiam dari biasanya.
"Ehem!" Ino berdeham demi memancing obrolan.
Sakura meliriknya sekilas sebelum kembali memandang larutan coklat yang bertabur di atas kopi hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Ingin MAMA, bukan IBU (SasuSakuSara)
Short Story___cerita kesembilan___ Sarada adalah anak yang baik dan penurut, namun ketika Papanya mulai mengenalkan wanita lain sebagai kekasih kepadanya, jiwa berontaknya timbul secara perlahan. Ia menjadi gadis yang pembangkang dan tidak pernah mau bersikap...