Bab III

5.9K 553 55
                                    

"Ayo turun!"

Sakura mendelik ke arah Sarada yang tidak mau melepaskan seat beltnya. Gadis itu tetap bertahan di dalam mobil sambil bersedekap dada, membuat emosi Sakura memuncak menghadapi kekeras kepalaan gadis itu.

"Kuhitung sampai tiga, jika kau tidak mau turun juga aku akan ...,"

"Baiklah, aku akan turun asal kau mengantarku sampai ke hadapan papaku."

Sakura memutar bola matanya jengah. Apalagi sih maunya anak ini? Bikin repot dan menyebalkan. Kalau saja bukan anak manusia sudah dia korbankan seperti hewan Qurban. Nanti, dagingnya akan diberikan pada orang yang membutuhkan, hitung-hitung menambah timbangan amal baiknya ketika bertemu Sang Pencipta nanti.

"Baiklah! Ayo!" Sakura berjalan lebih dulu. Meninggalkan Sarada yang mengejarnya dengan berlari kecil.

Wanita itu sampai di depan resepsionis dan mengatakan sesuatu, "Bisakah aku menitipkan anak ay-, ah maksudku anak CEO perusahaan ini di sini? Dan katakan pada ayahnya untuk menjemputnya segera."

Wanita yang diketahui sebagai resepsionis itu menatap Sarada dan Sakura bergantian. Ia menilik Sarada yang berada di balik punggung Sakura sedang menyilangkan tangan. Ia mengamati gerakan mulut bocah itu yang seakan memintanya untuk menolak permintaan wanita di depannya. Ia mengangguk mengerti.

"Maaf, Nona. Bos saya sedikit galak, jadi ... Saya rasa sebaiknya Anda yang mengantarnya sendiri ke atas. Ruangannya ada di lantai 15, lantai terakhir."

Sakura mengernyit tidak suka. Ia sudah terlalu banyak melanggar aturan Sasori. Ini sudah keterlaluan, lalu, bagaimana jika kakaknya mengetahui masalah ini? Sakura tidak mau dikurung bagai rapunzel di istana yang tidak bermenara.

"Tolonglah ... Aku sedang sibuk."

"Maaf, Nona."

Sakura mendengkus, "Baiklah. Ayo Sarada!" ia menarik tangan Sarada sedikit kencang, melampiaskan kekesalannya. Dia pikir dirinya tak tau, jika Sarada berkomplotan dengan wanita resepsionis itu di belakangnya. Awas saja, jika sampai kejadian ini terulang lagi, ia akan membalas perbuatan mereka.

Eh, apa kau berharap datang ke sini lagi, Sakura?

Sakura tersentak dalam pemikirannya sendiri. Ia menggeleng dan merapalkan doa dan juga mantra penolak bala, agar dirinya tidak ditakdirkan untuk datang ke tempat ini lagi, dari auranya saja Sakura sudah merasakan hawa negatif dari raja iblis yang menguasai tempat ini(?)

Karin menunduk seraya memeriksa beberapa berkas yang harus ditandatangani Sasuke sesegera mungkin. Ia tidak sempat menceknya ketika waktu meeting hampir tiba dan ia punya janji dengan seseorang.

Karin menyipitkan matanya, entah ia bermimpi atau ini nyata. Ia melihat siluet pink yang menggandeng tangan si kecil Sarada yang sudah membuatnya ketar-ketir mencari bocah atraktif itu.

Karin megap-megap bagai ikan yang diletakkan di atas tanah kering dan disinari terik matahari. Ia perlu air. Tidak. Ia perlu oksigen karena ia bukan ikan.

Wanita itu memegang dadanya dan merasakan denyut jantungnya yang berdebar sangat kencang, "Ka-Kau ... Sa-Sa-Saku ...."

Brukk!!!

Wanita itu sukses menghebohkan seluruh devisi begitu melihat tubuhnya yang tergeletak mengenaskan di tengah-tengah lorong yang menuju ruangan petinggi, yakni Uchiha Sasuke.

Sakura dan Sarada hanya bisa berpandangan dan merasa kebingungan. Apakah wajahnya seburuk itu hingga wanita itu pingsan hanya karena melihatnya? Padahal banyak pria yang mengatakan jika dirinya itu cantik.

Aku Ingin MAMA, bukan IBU (SasuSakuSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang