Bab VIII

5K 497 36
                                    

Bukannya jera, tapi Nenek Sihir itu semakin gencar mendekati papanya, dan sudah terang-terangan menantangnya. Sarada tidak bisa membiarkan ini terus terjadi. Ia harus melakukan sesuatu. Kuncinya adalah papanya sendiri, apa papa memang mencintai wanita itu atau tidak? Sarada harus mencari tahu.

Beruntung hari ini ia ikut dengan Karin ke kantor papanya, dan ternyata Shion ada di sana. Dasar wanita licik, tidak bisa datang ke rumah karena aksesnya sudah diblokir oleh Karin dan sekarang datang ke kantor, benar-benar!

Shion duduk dengan santai di kursi kerja papanya sedangkan Sasuke sedang di ruang rapat, dan Sarada bisa melihat bento di atas meja sang papa, pasti Nenek Sihir itu yang membawanya.

"Mau apa kau ke sini?" Sarada bersedekap dada.

Shion mendengkus. Ia tak mengacuhkan Sarada, dan mengibas rambutnya yang panjang dan mengkilap dengan anggun. Ia juga meniup-niup kukunya yang berpoles kutek ungu seperti warna matanya.

Sarada mendesah jengkel. Wanita itu benar-benar menyebalkan. Kalau saja badannya sudah lebih besar, ia akan menyeret wanita itu keluar dari sini, dan menendangnya jauh-jauh sampai ke segitiga bermuda dan tak kembali lagi selamanya.

Shion tiba-tiba bangkit dan berjalan ke arah Sarada. Ia sedikit membungkuk dan mencengkeram pipi gadis itu, "Hei anak kecil. Semakin besar usahamu memisahkanku dengan Sasuke-Kun, semakin besar pula usahaku mendekatinya. Asal kau tahu, aku tidak selemah wanita yang selama ini papamu kenalkan, aku tidak seperti mereka. Aku kuat dan tak mudah tumbang."

Sarada memutar matanya, ia terang-terangan melakukan itu di hadapan Shion agar wanita itu tahu betapa dirinya sangat tidak menyukainya.

"Asal kau tahu Nyonya kecentilan, papa akan selalu mengutamakan keinginanku di atas yang lainnya, jadi ... Jangan terlalu berharap karena kau mungkin akan nangis darah nantinya."

Shion memiringkan kepalanya seolah-olah ucapan Sarada adalah guyonan belaka, "Benarkah?" ia tersenyum miring.

Sarada mengangguk yakin, "Tentu saja!"

"Mari kita lihat," ucap wanita itu seraya melenggang pergi entah kemana, dan Sarada tidak ingin tahu ataupun mencari tahu tentang wanita itu selama itu tidak merugikannya.

Sarada mendekati meja sang papa dan membuka bento yang ia yakini adalah milik Shion. Gadis itu mengernyit tidak suka dengan isi bento tersebut. Berbagai macam lauk-pauk dan yang paling membuatnya mual adalah telur dadar benbentuk hati dan juga memo yang ditulis wanita itu dengan cap bibir di ujungnya. Serius! Isi perut Sarada ingin naik dan keluar, ini sangat konyol.

Sarada menuju bak sampah di ujung ruangan dan tidak mau repot-repot mengeluarkan isinya. Ia membuang sekaligus dengan wadahnya, dan tersenyum puas setelahnya.

Shion mengintip dari belakang pintu dan hanya tersenyum miring melihatnya.

__________________________________________________

Ini pertama kalinya bagi Sakura menginjakkan kaki di Akasuna Corporation, dan ia merasa sangat canggung karena banyak karyawan yang melirik ke arahnya dengan tatapan yang berbeda-beda, entahlah, dia tidak mengerti apa arti tatapan mereka.

Sakura bertemu dengan Deidara saat lelaki muda itu akan memasuki lift, dan Sakura langsung mencegatnya.

"Dei!"

Deidara sedikit terkejut melihat kedatangan Sakura yang tiba-tiba, namun ia langsung mengulas senyum bersahabat agar Sakura tak merasa curiga dengan gelagatnya.

"Sakura, ada apa?"

"Aku ingin bertemu kak-Saso. Apakah dia ada?"

Deidara tampak gelisah, namun sebisa mungkin ia tutupi dengan santai dan berwibawa seperti para petinggi, meskipun posisinya di perusahaan ini memang pada bagian yang bisa untuk dipamerkan, tapi Deidara tidak akan menyombongkan kedudukannya tersebut. Ia tetap nyaman dengan dirinya yang apa adanya.

Aku Ingin MAMA, bukan IBU (SasuSakuSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang