prolog

3K 222 10
                                    

.

.

.

.

.

__________

"sudah saatnya" bisik sebuah suara.
Sang penguasa memasangkan kancing coat hitam panjang yang dia kenakan. Rambutnya yang dulunya berwarna gelap sudah berubah keperakan, dan raut wajahnya mencerminkan kekuasaan seumur hidup dan kecerdasan luar biasa.

"ucapkan selamat tinggal untuk kedua orang tuamu manis" ujar penguasa terhormat dengan suaranya lembut namun mematikan. Adakalanya suara itu akan berubah menjadi geraman yang begitu menakutkan, melebihi mimpi terburukmu sekalipun.

"aku bersumpah, kau akan mendapatkan segala karmamu nanti, cuih"
Sang penguasa tersulut amarah karna remaja laki-laki lima belas tahun dihadapanya ini meludah tepat diwajahnya.

"kalian tunggu apa lagi, pecahkan kepala mereka dengan timah panas kalian, cepat!"

Terhitung ada lima pengawal bertopeng yang berjalan cepat ke ruangan di sebelah remaja itu di sekap. Tidak lama terdengar beberapa kali tembakan, dan sebelumnya sang ayah bersuara lantang di balik tembok pembatas.

"HARAMKAN DIA BESERTA DARAH DAGINGNYA MENYENTUHMU LUHAN, AYAH DAN IBU MENGAWASIMU, KAMI MENCINTAIMU!"

door
door
door
door

"TIDAAAAK!"

Luhan tertunduk berlinangan air mata dalam diam. Kedua orang tuanya begitu rela menukar dirinya dengan nyawa mereka.

Bisnis, kekuasaan dan perjodohan, adalah dalang dari keterpurukanya, semata wayang dari keluarga pebisnis yang kaya raya, membuat Luhan banyak menjadi incaran para rival bisnis keluarganya, karna dia istimewa dengan rupa yang tidak pernah berkhianat, meski baru saja lima belas tahun, dia cerdas bahkan melebihi dari pria yang baru saja menghilangkan nyawa ayah dan ibunya.

"kau sudah tahu betapa kejamnya dunia ini Luhan, jika saja kau mau bekerja sama denganku, mungkin saat ini ayah dan ibumu sedang menikmati liburanya di China sana"

Luhan masih menunduk, hatinya sakit dan otaknya mulai panas, terdengar deru langkah kaki memasuki ruangan penyekapan dirinya.

"ayah?"

Luhan mendecis, dia tahu siapa itu, siapa lagi kalau bukan anak sang pembunuh yang akan dijodohkan denganya, Luhan terjebak dalam makan malam yang membosankan dan berakhir di ruangan ini dengan tanganya yang terikat kebelakang dan matanya yang tertutup kain beludru berwarna merah menyala, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih.

"kau datang terlambat nak"

"salahkan saja sopir sialanmu itu, lalu diakah orangnya?"

"sangat keras kepala dan kau tahu, dia baru saja meludahi wajah tampan ayahmu ini, kau jangan khawatir anak muda, dia sebatang kara sekarang, aku mengambil alih semua kekayaannya, dan kau tidak perlu lagi menjadi umpan " ujar sang penguasa.

"apa selanjutnya?"tanya sang anak.
"singkirkan dia, tugas pertamamu jika kau ingin menjadi seperti ayah"

Luhan berontak dan berusaha bangkit. Hannya dirinya dan pria muda sekitar 20 tahun di rungan ini. Sang ketua mafia beserta pengawalnya pergi entah kemana, Luhan tidak peduli.

"turut berduka atas kematian orang tuamu"

"persetan dengan simpatimu!"

Luhan bergidik ketika dia merasakan deru nafas seseorang meniup daun telinganya. Kesenyapan yang mencekam merasuki dirinya.

Benaknya mulai mengingat kembali akan peringatan menyeramkan yang diterimanya ketika beberapa pria bertopeng menyeretnya begitu saja dari bilik toilet restoran.

Ancaman konsekuensi mengerikan seandainya dia menolak dijodohkan, maka nyawa kedua orangtuanya yang menjadi taruhan, dan itu sudah terjadi tujuh menit yang lalu, dan ancaman yang lebih mengerikannya lagi rasanya akan menimpanya sebentar lagi.

"menyetujui berarti terikat, menolak berarti terancam seumur hidup, Willis lebih kejam dari ayahnya bocah!,lehermu akan digorok dari telinga ke telinga, isi perutmu akan dikelurkan bahkan saat kau bernafas, jantungmu direnggut keluar dan akan menjadi santapan hewan buas di hutan sana"

"kau gemetaran?apa kau baik-baik saja?"

Luhan mengangkat kepalanya, dapat dia rasakan sentuhan jemari menelusuri wajahnya, Luhan benci jika dia berakhir menjadi korban anak sang mafia.

"buka matamu, kau tidak pantas mendapatkan ini"

Hal pertama yang Luhan lihat adalah sepasang sepatu sneaker dan Luhan sudah lama menginginkan sepatu itu. Dibawanya arah pandangnya ke atas.

Sejenak dia merasa seakan paru-parunya menyesak, dan jatungnya mulai berdentang liar. Astaga, aku akan mati! Lalu secepat kemunculannya, perasaan itu menghilang.

Kehangatan yang menyenangkan mulai mengaliri seluruh tubuhnya. Luhan mengembuskan nafasnya, tersenyum dalam hati ketika memandangi lelaki bermata hitam yang memakai topeng itu, hanya sepasang mata itu yang terlihat dari wajahnya, yang dengan tololnya telah membiarkan dia mencium bibir perawanya, membawanya ketingkat dimana ucapan terakhir ayahnya sebelum kematianya, menjadi bumerang baginya.

sebentar lagi kau akan kehilangan semua yang paling berharga bagimu-Willis

.

.

.

.

.





Hai yeorobun...
masih dengan otp yang tidak akan tergantikan, aku ngasih cerita bergendre mafia gitu.

Masih prolog memang, jika berkenan aku akan melanjutkan cerita ini gak tahu sampai kapan.

Untuk cerita yang masih hiatus sabar, ide kadang suka ilang timbul gitu, jadi bad mood akunya.

Tembus 20 vote, aku usahain part awalnya segera.

Terimakasih atas perhatiannya.

10 maret 2019


mistake and love "HunHan" endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang