Mercy

303 96 153
                                    

Teru masih menyukai Ceres hingga sekarang, beberapa tahun yang lalu ia pernah menyatakan perasaannya di depan Ceres. Tetapi Ceres menolaknya. Ia masih ingat kejadian itu, kejadian yang membuat ia patah hati untuk pertama kalinya.

Kebisingan yang tercipta oleh anak-anak yang berlarian ke sana ke mari sembari dikejar oleh ibunya tak membuat niat Teru yang sudah ia rencanakan berubah. Foodcourt yang biasa dikunjungi oleh Ceres, Misis, dan Teru mungkin akan menjadi tempat bersejarah bagi Teru dan Ceres yang saat ini memikirkan sesuatu yang berbeda.

"Res?" panggil Teru dengan wajah seriusnya.

Ceres yang sedang melilitkan mie godok yang ia pesan langsung menaruh sumpit yang ia pegang. "Kenapa?"

"Mau ngga jadi pacar gua?" Alis Ceres bertaut bingung mendengar ucapan Teru yang tak pernah ia bayangkan.

"Mungkin kalau lu bilang bahwa lu suka sama Misis gua percaya. Jangan bilang lu lagi latihan nembak dia?"

Teru menghela napasnya sedikit kesal mendengar ucapan Ceres yang tak ada hubungannya dengan ajakan yang baru saja ia ucapkan.

"Gua sukanya sama lu, Res. Gua jadi pendengar, jadi pundak, dan tempat bersandar karena gua yang selalu nyaman di dekat lu." Ceres mengukirkan senyuman di bibirnya membuat Teru memikirkan bahwa jawaban yang akan Ceres katakan adalah pertanda baik untuknya.

"Nyaman yang lu rasain karena kita senasib. Kita sama-sama saling kesepian dan saling membutuhkan untuk mengisi kekosongan yang kita miliki. Gua ngga suka kalau rasa suka yang lu bilang ke gua cuman karena rasa kasihan."

"Res? Apa lu ngga bisa ngelihat perasaan tulus yang gua punya?"

"Gua harap besok kita tetap kayak sekarang ya? Makasih udah jadi pundak dan pendengar yang baik hari ini," ucap Ceres bangkit dari duduknya dan meninggalkan Teru yang termangu bersama mie godok yang sudah dingin.

Rasa ini akan masih tetap sama
Tak akan pernah berganti
Walau tahun berganti
Aku akan tetap di sini
Aku berjanji...

***

Ceres menggiring Misis setelah selesai berlatih untuk persiapan lomba matematika yang akan diadakan beberapa pekan lagi. Sesuai arahan Reno, Ceres dan Misis sudah tiba di lapangan sekolah tepat waktu.

Suara ledakan balon membuat Misis membalikkan badannya dan tak menemukan keberadaan orang iseng yang membuat jantungnya sedikit berdegup lebih cepat.

"Hai Misis!" Suara toa yang berasal dari podium kepala sekolah berpidato saat upacara langsung disusul beberapa ledakan balon yang meletus.

Beberapa detik setelah ledakan balon tersebut berhenti, Reno merangkai kata-kata yang pas untuk menyatakan perasaannya.

Ia menatap wajah Misis yang saat ini bibirnya menahan senyumnya, "Kamu hitung ledakan balon tersebut? Ada dua puluh balon yang meletus, tanggal dua puluh bulan keenam adalah hari dimana kita pertama kali bertemu di lapangan ini. Sudah setahun yang lalu, perempuan dengan rambut dikuncir kuda yang senyumannya mampu menimbulkan percikan api yang membakar hatiku," ucap Reno yang masih setia berdiri di atas podium tanpa kehausan setelah berteriak-teriak seperti Tarzan.

"Banyak bacot, intinya apaan sih?!" tanya Misis merusak suasana romantis yang diciptakan oleh Reno.

Reno tertawa, ia sudah menduga bahwa Misis sangat risih dengan kealayan yang ia ciptakan. "Jadi pacarku yuk!" Ajakan Reno membuat beberapa teman-teman Reno, Teru, dan Misis yang bersembunyi langsung keluar dari tempatnya dan menimbulkan kericuhan yang memekakkan telinga.

"Terima! Terima! Terima!" teriak mereka serempak termasuk Ceres.

"Kamu maksa, oke!" jawab Misis yang langsung dihadiahi pelukan dari Reno yang langsung bergegas turun dari podium.

"Alay!" desis Misis saat dirinya berada dalam pelukan Reno.

"I know. Tapi suka kan?" bisik Reno sedikit menggodanya.

"Yang ada enek, Ren!" seru Misis berusaha melepaskan pelukannya karena tak enak dilihat oleh teman-temannya.

"Makasih ya buat bantuannya, Ibu Negara bahagia nih katanya!" teriak Reno yang dihadiahi cubitan kecil di pinggangnya.

"Huuu!" Sorakan jomblo dari teman-temannya yang tak kuasa mendengar gombalan jayus Reno.

"Kita kapan?" bisik Teru yang sedaritadi berada di sebelah Ceres.

"Apanya yang kapan?" tanya Ceres tak paham.

"Jadiannya. Kayak mereka," jawab Teru membuat senyum bahagia Ceres lenyap entah kemana.

"Gua masih ngga nyangka, kalau waktu itu lu serius. Cinta itu datang dan pergi, jangan biarin diri lu kayak burung dalam sangkar, pergi segan, menetap pun tersiksa." Ceres berlalu meninggalkan Teru dengan luka yang baru, padahal ia pernah merasakan kesakitan ini tetapi lukanya lagi-lagi menganga lebar menatap kepergian Ceres.

***

Beberapa hari setelah kejadian romantis yang diciptakan oleh Reno masih menjadi topik hangat untuk dibicarakan oleh warga SMA Kartini. Bukan hanya karena berita jadian mereka saja yang mereka bicarakan, tetapi juga tentang Misis yang entah mengapa tak pernah lagi kelihatan jalan berdua bersama Reno walau hanya sekedar pergi ke kantin.

Bukannya Reno cemburu dengan buku-buku yang selalu ditenteng oleh Misis tetapi ia juga ingin lebih banyak mempunyai waktu dengan perempuan yang beberapa hari lalu menjadi pacarnya.

Bahkan ajakan Reno untuk makan bersama selalu ditolak mentah-mentah oleh Misis, ia memang tak kesepian tetapi ia juga butuh perhatian lebih dari Misis.

"Muka ditekuk mulu udah kayak kanebo lagi diperes," komen Ceres mendaratkan bokongnya di bangku kantin.

"Misis gila-gilaan banget belajarnya, gua jadi ngga ada yang belai," curhat Reno.

"Jangan ngomong yang aneh-aneh gua lagi makan, terus?" tanya Ceres berusaha menjadi pendengar yang baik.

"Gua ajak dia makan karena takut sakit, dia tolak mentah-mentah. Bahkan sampai gosip bahwa kita udah putus aja udah mulai bertebaran dari mulut ke mulut."

"Terus lu maunya gimana? Lu rela kalau misalnya sesuatu yang berharga hilang begitu aja gara-gara kecemburuan lu sama rumus-rumus matematika?"

"Enggak! Jangan doa yang aneh-aneh lu!"

"Ya udah sabar aja. Gua tahu ucapan ini udah sering lu dengar, lu cuman punya dua tangan dan ngga akan pernah bisa nutup semua mulut-mulut mereka yang ngga ada remnya. Jadi tugas lu cuman nutup kedua telinga lu supaya mereka ngga berhasil ngusik kehidupan lu ya lebih baik," nasehati Ceres diakhiri dengan suapan terakhir baksonya

***

Missing You (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang