Saudara Tiri

56 12 10
                                    

"Kamu baru pulang?" sapa seseorang dari belakang, tangannya menepuk bahu anaknya dari belakang, sedikit menganggu hobi yang sudah menjadi kegiatan anak itu selama bertahun-tahun, menatap sendu sang rembulan.

Kepalanya menoleh menatap calon ibu tirinya. Walaupun kegiatannya sedikit terganggu, tak ayal ia mengangguk. "Sepertinya anak Bunda baru kembali dari taman," ujar Bintang, netranya melihat keberadaan Misis dan Ceres yang tengah berjalan santai.

Yuni mengikuti pandangan Bintang. "Kamu membuntuti mereka?" tanya Yuni dengan nada menginterogasi.

Ia mengedikkan kedua bahunya, lalu tertawa. "Memangnya aku kurang kerjaan?"

"Kenapa kamu ke rumah kemarin?"

"Iseng."

"Ka--"

"Bunda! Bunda di mana? Dengan siapa?!" teriak Ceres dengan nada tembang lagu kangen band.

"Semalam berbuat apa," lanjut Misis dengan intonasi suara yang tak jauh berbeda.

"Bundanya di sini nih!" sambar Bintang membuat Yuni kaget bukan main.

Ceres dan Misis langsung celingak-celinguk, mencari keberadaan asal suara tersebut.

"Di atas sini!" teriak Bintang yang sudah membuat suar gaduh di balkon kamarnya.

Yuni menarik ujung baju Bintang. "Berani jahilin Bunda ya sekarang," gemas Yuni memandang anaknya dengan pelototan tajam.

Bintang tersenyum manis, bersiap mengambil langkah seribu. "Ampun Bunda," ujarnya sembari meninggalkan balkon kamarnya menuju pintu utama agar Ceres dan Misis yang sedari tadi memencet bel rumah tak membuat tetangganya mengamuk.

"Elu yang nyulik bunda gua?!" Tudingan Ceres membuat dahinya mengerut bingung.

Baru saja ia membukakan pintu rumahnya, dan dirinya sudah mendapatkan tuduhan penculikan?

"Tuh kan gua bilang juga apa, hidup cowok ini tuh enggak bener. Beraninya nyulik bunda," sewot Ceres yang sudah menerobos masuk ke rumah orang lain.

"Res, enggak sopan." Misis mencoba menahan Ceres, tetapi anak itu sudah keburu emosi.

Ceres membalikkan badannya, menatap Bintang galak. "Elu guna-guna apa emak gua hah?!"

"Atau jangan-jangan, elu pengabdi setan yang menjelma jadi manusia terus bisikin emak gua berbuat yang enggak-enggak?!" Tudingan Ceres semakin terdengar absurd di telinga Bintang. Mengapa cewek yang berada di hadapannya ini sampai membawa-bawa salah satu film Joko Anwar?

"Tunggu se--"

"Apanya yang mesti ditunggu?" potong Ceres dengan emosi yang meledak-ledak.

"Kamu teriak-teriak kayak gitu enggak haus?" tanya Bintang mencoba menjadi tuan rumah yang baik.

Ceres menatap Misis. Lihat, dia tengah melawak. Gua ngomel panjang lebar dan dia berusaha untuk menyambut kita dengan baik.

Misis tersenyum simpul. Dia hanya berusaha mengikuti sunah Rasulullah, memuliakan tamu.

Ceres geleng-geleng kepala, tak percaya bahwa saat ini Misis tengah melawak.

Ceres mengalihkan pandangannya, dahinya mengernyit bingung saat tak menemukan keberadaan Bintang. "Lihat, cowok itu benar-benar tidak ada Misis. Dugaan aku tepat bukan? Bahwa dia pengabdi setan, buktinya saat ini dia bisa menghilang."

"Konsep pengabdi setan tidak seperti itu, kalau kamu mau tahu," ujar Bintang sembari membawakan dua gelas yang berisi sirup dingin.

Kepalanya mengangguk-angguk seolah paham. "Jadi kamu benar-benar mengerti konsep sebenarnya pengabdi setan?" tanya Ceres dengan tatapan mengejek.

"Bisa kita hentikan pembahasan film Joko Anwar?"

"Tunggu sebentar, Misis. Gua harus cari tahu Bintang ini seperti apa."

Bintang menghela napasnya jengah, cewek yang sedang adu bacot dengannya benar-benar unik dan menjengkelkan. "Aku manusia, sama seperti kalian. Bedanya, jenis kelaminku cowok dan mungkin umur kita sebaya," jelas Bintang.

"Bukan yang seperti itu."

"Lalu?"

"Bisakah kalian berhenti?" interupsi Yuni yang baru saja turun dari tangga.

"Bunda!" Ceres seketika menghampiri Yuni dan memeluknya erat.

"Manja," cibir Bintang.

"Bilang aja iri, enggak pernah dipeluk bunda kan?" Bintang yang mendengat itu langsung terdiam, sorot mata dan auranya sirna.

"Ceres," ujar Yuni dengan nada mempringatkan.

"Kenapa? Memangnya Ceres salah ngomong?" tanya Ceres dengan polosnya.

"Kalimat elu itu enggak sopan dan menyinggung orang lain." Misis menepuk bahu Bintang, seolah-olah memberikan menenangkannya.

Yuni mengangguk setuju atas ucapan Misis. "Kita semua punya batas yang enggak diketahui orang lain, tetapi enggak bisa dilanggar."

"Maaf," cicit Ceres membuat Bintang menatapnya.

"Tulus?"

Ceres mengangguk. "Sangat tulus, maafin juga atas tuduhan gua yang enggak-enggak."

"Dan, makasih atas minumannya," lanjut Ceres membuat Bintang mengangguk.

"Ceres, Misis, kenalin ini Bintang--anak Bunda, kalian harus akur, jangan kayak tadi, bisa-bisa rumah rubuh gara-gara kalian debat terus," canda Yuni diakhiri kekehan kecil.

"Calon suami Bunda mana?" tanya Ceres yang lagi-lagi norma kesopanannya tak dipakai.

Misis menatap kembarannya jengah, berbeda dengan Bintang yang sudah menulikan pendengarannya, tak ingin hatinya kembali sakit hati atas ucapan Ceres.

Dahinya mengerut bingung. Apakah dirinya salah lagi?

"Kalian dari taman? Udah makan malam?" tanya Yuni mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung.

"Udah, cuman mau makan bareng, boleh?" tanya Ceres.

"Enggak," jawab Bintang yang sudah terlanjur kesal.

"Gua nanya bunda, bukan elu."

"Yang punya rumah aku, hak aku buat mengizinkan kamu untuk makan di sini."

"Ini rumah orang tua lu kali, emang anak seumuran lu udah berpenghasilan?" tanya Ceres meremehkan.

Lagi-lagi sikap kekanakan mereka keluar, Yuni melipir ke dapur menyiapkan makan malam dan Misis sudah asik dengan telepon genggamnya. Pura-pura menulikan pendengaran mereka adalah cara terbaik untuk tidak darah tinggi.

"Wah, kamu meremehkanku?" Bintang menatap takjub cewek di hadapannya.

"Jelaslah, kehidupan yang lu jalanin itu suram semua. Gimana bisa dapat duit? Lu keliling gitu?"

"Emangnya aku babi."

Ceres terbahak. "Yang ngatain lu babi siapa? Keliling itu bisa juga ngamen," kilah Ceres dengan senyum liciknya.

"Kalian bicara lagi, pisau sama garpu yang Bunda pegang bisa melayang," ancam Yuni tangan kanannya memegang pisau dan tangan kirinya memegang garpu, tak lupa kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum mengancam.

***

Missing You (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang