Similar

721 119 245
                                    

Ceres menuruni tangga dengan tergesa, ia tak sabar dengan kejutan yang akan tercipta hari ini. "Pagi Misis!" sapa Ceres dengan senyuman yang merekah di bibirnya.

Misis yang sedang memakan rotinya menoleh menatap saudari kembarnya yang sudah siap untuk datang ke sekolah bersamanya. "Cocok banget pakai seragam sekolahan gua, kenapa ngga dari dulu aja masuknya?" tanya Misis sedikit meledek Ceres.

"Ledekin aja terus!" Tawa Misis memenuhi ruang makan hanya dengan melihat wajah Ceres yang ditekuk.

Kalau dilihat dari wajah mereka memang mirip tak bisa dibedakan, yang membedakan mereka adalah kacamata yang dipakai oleh Misis dan model rambut mereka. Rambut Ceres dipotong dengan model bob karena ia tak suka dengan rambut panjang yang akan mengganggunya saat turnamen bola basket dan rambut Misis dipotong dengan model segi yang menambahkan kesan dewasa pada dirinya.

"Di sekolah gua jangan buat ulah, awas aja sampai malu-maluin keluarga!" seru Misis dengan wajahnya yang ia buat segarang mungkin.

"Ngga janji." Misis sudah menduga jawaban Ceres akan seperti itu.

Penyebab Ceres tak keterima di sekolah yang sama dengan dirinya dulu adalah karena saudarinya ini memiliki banyak catatan kriminal saat kelas delapan. Menjaili teman sampai jera masuk sekolah bahkan guru saja ia jaili sampai guru tersebut memohon kepada pihak sekolah untuk memutasikan dirinya. Yang paling membekas adalah saat Ceres menginap semalam dalam jeruji besi yang dingin karena ketidak adilan yang ia dan tim basketnya dapatkan saat tidak memenangkan pertandingan karena kecurangan yang dilakukan oleh pihak panitia.

"Res? Gua serius!" Suara Misis naik satu oktaf tak bisa ia bendung rasa kekhawatiran yang ia rasakan.

"Hm," jawab Ceres acuh tak acuh.

"Orang tua kita lagi sibuk-sibuknya, jangan sampai saat mereka pulang dari perjalanan bisnis langsung ngamuk, ingat!" Ceres mengangguk pelan mengiyakan titah sang saudari yang lebih tua darinya beberapa menit.

"Buruan, gua manasin motor dulu. Jangan lupa bawa bekal, biar ngga boros." Misis memasukkan bekalnya ke dalam tas lalu berjalan menuju garasi.

"Ngapain mereka capek-capek kerja sampai ngga ngurusin kita kalau duitnya ngga kita buang-buang?" nyinyir Ceres pelan.

***

Kedatangan Ceres dan Misis secara berbarengan membuat warga SMA Kartini gempar dan bingung karena kedatangan dua Misis yang menjadi kebanggaan SMA Kartini untuk memenangkan lomba olimpiade sains dan beberapa lomba lainnya.

"Dasar norak!" komen Ceres membuat Misis yang mendengarnya tertawa.

"Kamu ngga ke ruang kepala sekolah?" tanya Misis yang bingung melihat Ceres yang santai mengikutinya.

"Udah kemarin," jawab Ceres sedikit tersenyum takut.

"Terus kata Beliau?" tanya Misis tak sabaran.

"Kemarin disuruh masuk ke kelas yang sama." Misis melotot tajam menatap saudarinya, Ceres menatap Misis sedikit takut, takut jika bola mata Misis yang melotot itu akan gelinding tiba-tiba.

"Terus kenapa ngga masuk?" tanya Misis yang tak mendapatkan jawaban dari Ceres.

"Nyoba trek cabut, hehe." Ceres cengengesan dan beberapa detik kemudian telinganya mendapatkan jeweran yang khas dari tangan Misis.

"Aw! Jangan ditarik!" teriak Ceres yang kesakitan karena seretan paksa dari Misis yang luar biasa menimbulkan bahan tawa SMA Kartini di pagi hari.

Misis tak menjawab tapi tak juga ia lepaskan jewerannya, biar jera! Kalau perlu dirinya siap menjewer telinga Ceres hingga bel pulang sekolah.

Saat tiba di depan kelas XI MIPA 1 Misis baru melepaskan jewerannya. "Seharusnya kepala sekolah manggil guru atau nganterin lu ke sini, kenapa?"

"Beliau bilang ada urusan mendadak, selain itu pas waktu Beliau nanya gua udah tahu kelas lu di mana atau belum gua jawabnya udah tahu. Akhirnya Beliau ngacir," jawab Ceres diakhiri dengan melebarkan kedua sudut bibirnya hingga gigi-giginya terlihat berderet.

"Lu baru pindah ke sini udah bohong aja, ngga takut jahanam hah?! Masuk cepet! Lu duduk samping Teru," titah Misis membuat Ceres mengangguk girang dan segera berlari menuju tempat Teru dan memeluk pemilik tempat tersebut.

"Teruku sayang ngga pulang-pulang, kangen berat gua! Sombong banget sih, Upil Kecoa!" Teru membalas pelukan Ceres dengan senang hati tak lupa kekehan yang membuat beberapa wanita tersihir dengan wajahnya.

"Alay," desis Misis melihat kedekatan mereka.

"Cemburu?" tanya Reno yang baru saja datang.

"Ngga. Teru sukanya sama Ceres dari dulu, udah kelihatan gitu tapi emang Ceresnya aja yang ngga peka-peka." Gelengan Misis yang tak percaya betapa setianya Teru menyukai Ceres.

"Gua juga suka sama lu, tapi ngga peka-peka. Kembar seiras kan lu berdua?"

***

Kebisingan yang diciptakan oleh cacing-cacing mereka yang sudah meminta asupan dari beberapa menit yang lalu membuat pengap kantin yang beratapkan seng tersebut.

"Mau mesen apa?" tanya Teru yang dibalas dengan angkatan bekal masing-masing yang dibawa oleh Ceres dan Misis secara bersamaan.

"Cari tempat gih, biar ngga ngemper." Misis dan Ceres langsung melaksanakan perintah Reno.

Setelah beberapa jam mereka menimba ilmu di kelas yang diisi oleh guru-guru kejam bin pelit nilai sukses membuat cacing-cacing di perut Ceres kelaparan. Bahkan dua potong roti yang menjadi bekalnya tak cukup untuknya. Ceres melirik Teru yang asik menyendok kuah bakso yang dicampur dengan setengah sendok sambal.

Teru yang merasa terganggu karena ulah Ceres yang membuat hatinya lagi-lagi tak karuan hanya dengan menatapnya, lebih tepatnya semangkok baksonya.

"Mau?" Teru menyodorkan baksonya yang sudah ia makan beberapa.

"Boleh?" tanya Ceres membuat Misis dan Teru menyemburkan tawanya.

"Biasanya juga ngga tahu malu," ucap Misis dan Teru lagi-lagi serempak.

Bibir Ceres langsung mengerucut, tampangnya saja memang yang sedikit tomboi dan tak bisa diatur tapi semua yang ada pada diri Ceres membuat orang-orang yang di sekitarnya terhibur dan menyayanginya. Bahkan seorang Teru Wirawarman bertekuk lutut kepadanya.

***

Missing You (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang