Arthit duduk di kamarnya memikirkan banyak hal di kepalanya, semakin ia memaksa untuk meyakinkan dirinya bahwa ia sungguh benar terlempar jauh ke masa depan ia semakin tidak percaya.
Di tambah lagi ia melihat Kong menyogok penjaga toko itu dengan uang kertas yang biasanya digunakan oleh orang mati, lalu di dalam toko ia mendengar alunan musik yang aneh, namun ia tidak melihat ada pemain musik.
"Apakah sebenarnya aku sudah mati?!" Tanya Arthit pada dirinya sendiri. "Ini surga...apa neraka?" tetapi yang tidak ia mengerti, bayangan surga dan neraka di dalam khayalan sama sekali berbeda.
Ia mencoba menganalisa segala sesuatu yang ia lihat dan alami. Banyak hal dan benda yang ajaib dan aneh di dunia ini, dan semuanya tidak dapat di jelaskan dengan logika.
Ia teringat penampilan orang – orang yang ia temui di jalan, para wanita berjalan hanya mengenakan pakaian dalam, dengan gaya rambut dan mata yang beraneka warna, ia juga sulit membedakan pria dan wanita dari cara berpakaian mereka.
Ada juga yang berjalan sambil menutupi matanya, ada yang berjalan sambil berbicara sendiri, ada yang hanya berdiri di atas batu dan bergerak sendiri seperti terbang.
Selain itu ia juga melihat pria dan wanita berjalan bergandengan tangan, berpelukan bahkan berciuman di tempat umum, seolah – olah moral manusia telah rusak, ini pasti neraka, pikirnya.
Selama ini Arthit mencoba belajar menerima semua ini dan tidak menanyakan apapun, namun kali ini rasa penasarannya membangkitkan perasaan berontak di dalam dirinya, ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan dimana ini.
Arthit memandang jam dinding sejenak, selama ini ia menaruh perhatian padanya, dan menyadari jarum pada benda bundar itu berputar teratur dan berdetak tanpa berhenti, meskipun ia tidak tau fungsinya, namun ia menyadari pada formasi tertentu seseorang akan masuk dan mengantarkan makanan untuknya.
Arthit berjalan keluar kamarnya, ingin mencari paman Liu, namun ia tidak sengaja melihat Kong berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan double door yang selama ini selalu tertutup rapat.
Meskipun ia tidak pernah masuk ke dalam kamar Kong, namun ia tau ruangan itu bukan kamarnya, rasa penasaran Arthit pun muncul seketika dan memutuskan untuk mengikutinya, untuk menanyakan apa yang terjadi terakhir kali mereka mabuk, karena begitu sadar, ia sudah berbaring di atas kasurnya, dan telah berganti pakaian tanpa ada sedikit bayangan pun dalam ingatannya.
Arthit berdiri mematung di depan kamar cukup lama, berpikir apakah sebaiknya ia masuk atau tidak.
Tiba – tiba Arthit menyadari ada seseorang yang datang, spontan ia segera membuka pintu dan masuk.
Setibanya di dalam, ia dikagetkan oleh suara benda berat yang jatuh ke lantai, dan berbalik perlahan membayangkan Kong pasti sedang melototinya dengan tatapan berapi - api.
Namun saat ia berbalik, ia memang melihat Kong sedang duduk di atas ranjang, memandang ke arahnya dengan ekspresi kaget, namun Arthit juga menyadari bahwa pria itu sedang meneteskan air mata, terdapat sebuah buku besar di lantai di depannya.
Arthit menyapu pandangannya ke sekeliling ruangan sekilas sebelum kembali ke Kong.
Kong segera menyeka air matanya dan memungut kembali album foto dari lantai, lalu menarik nafas dalam mencoba untuk tenang sebelum bersuara.
"Mau apa kau masuk kemari? Mencuri?" tuding Kong to the point.
"Ha?!" seru Arthit kaget dan tidak percaya. "B-bukan!!! Aku hanya..." ia kebingungan lalu segera mengalihkan pembicaraan. "Kau kenapa? Kenapa kau menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND - ENG) - Ancient Love, The Present Time - The End
Historical FictionPairing : Kongpop/Arthit Genre : History/Time Travel (IND) Sinopsis : Kongpop lahir di keluarga arkeolog, ayah dan kakaknya mengalami kecelakaan saat melakukan ekspedisi bersamaan ditemukannya sebuah mummy yang terperangkap di dalam es selama ribua...