(IND) Chapter Eighteen

859 103 14
                                    

Pada hari Minggu pagi, seperti biasa, jika tidak ada jadwal, Kong akan pergi ke ruang belajarnya setelah sarapan dan menikmati akhir pekan sendirian di dunianya sendiri, menuang imajinasi dari kepalanya ke atas canvas.

Ia sangat suka melukis sejak kecil, dan keluarganya mengetahui hal itu dan sepenuhnya mendukung impian dan kehidupan yang ia pilih, mereka tidak pernah memaksanya untuk ikut campur dalam bisnis keluarga.

Kong selalu dimanja oleh orang tuanya, terutama ibunya yang selalu memperlakukannya seperti bayi. Jadi ia berpikir, mustahil kalau orang tuanya bukan orang tua kandungnya.

Pagi itu, Kong berdiri di depan lemari menatap foto keluarganya sebelum mulai melukis.

"Apakah kau merindukan mereka?" Tiba-tiba Arthit mengejutkannya dari belakang.

"Aku akan merindukan mereka selamanya..."

"Kau tidak akan."

"Apakah kau akan mengatakan, waktu akan membuatku melupakan mereka?"

"Tidak..." jawab Arthit. "Kau tidak akan merindukan mereka selamanya, tapi hanya kadang-kadang..."

Kong terkejut dengan ucapan Arthit dan mengangkat alisnya. "Bukankah itu sama? Kadang - kadang... tetapi seumur hidup.... "

"Orang-orang selalu berpikir bahwa mereka tidak bisa hidup tanpa orang yang mereka cintai, pada kenyataannya, ketika orang yang mereka cintai masih ada, mereka tidak terlalu memperhatikan mereka, dan mereka mulai merindukan mereka, begitu mereka telah tiada, tidakkah menurutmu itu konyol?"

"Ah, kau benar sekali." Kong tercengang seketika, lalu memikirkan sesuatu. "Kau tidak punya orang yang sangat kau perhatikan di masa lalu? Apakah kau tidak merindukan seseorang dalam hidupmu?" Tanyanya pada Arthit.

"Aku tidak pernah perduli pada apa pun...hanya setia kepada Yang Mulia..." jawab Arthit. "Dan aku merindukan pedangku..."

Kong memutar matanya malas, dan mengubah topik pembicaraan.

"By the way, apa yang dilakukan oleh mata-mata? Siapa yang kau mata-matai?"

Arthit menatapnya tajam beberapa saat sebelum menceritakan kisahnya. "Aku dibesarkan di Istana Wei Yang sampai usia 14, lalu Yang Mulia memerintahkanku mengikuti Panglima Cao Cao. Jadi, aku pun pergi ke medan perang sejak saat itu dan tidak pernah kembali ke istana lagi. "

"Maksudmu, kau memata-matai Cao Cao atau membantunya?"

Arthit mengangguk. "Aku tidak bodoh, Cao Cao mencoba mempengaruhi Yang Mulia dan berpura-pura melindunginya, pada kenyataannya, dia hanya mengendalikan dan memanipulasi Yang Mulia untuk mewujudkan mimpinya sendiri untuk menyatukan dunia di bawah komando dan pemerintahannya."

"Apakah Yang Mulia tahu tentang ini?"

"Tentu saja, karena itu ia mengirimku untuk memata-matai Cao Cao..."

"Jadi apa yang kau lakukan?"

"Suati hari, aku bergabung dalam Konspirasi Cheng Dong dan Liu Bei untuk membunuh Cao Cao, tetapi gagal..."

"Biar kutebak, kemudian Cao Cao ingin membunuhmu karena telah mengkhianatinya?"

"Tidak, justru dia lebih memercayaiku daripada sebelumnya, karena aku menyembunyikan ekor rubahku dengan sempurna..." tutur Arthit bangga. "Setelah Liu Bei membebaskan dirinya dari kendali Cao Cao, membangun pasukan, menjadi panglima perang, serta menyatakan perang melawan Cao Cao, aku lalu menawarkan diri untuk menjadi mata - matanya, dan diam-diam membantu Liu Bei untuk memenangkan pertempuran demi pertempuran melawan pasukan Cao Cao..."

(IND - ENG) -  Ancient Love, The Present Time - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang