"Salah kerajaan Padjajaran."
Tubuh Ava mematung saat Hayam Wuruk mengatakan semua itu dengan mata yang berkilat penuh amarah. Tidak, Hayam Wuruk terlihat murka dan penuh dendam. "Jika saja Padjajaran menuruti perjanjian yang telah ditandatangani sendiri oleh Linggabuana semua ini tak akan terjadi. Aku tidak akan membunuh para penghianat itu."
Tangan Ava mengepal, menahan lonjakan perasaan. Bahkan ini hanya awal perkataan Hayam Wuruk.
***
''Ap..a yang---sebenarnya perjanjian apa yang telah Padjajaran dan Majapahit tandatangani?" Ava tergagap. Memotong perkataan Hayam Wuruk.
Senyum kecil muncul dibibir Hayam Wuruk. Matanya memandang jauh kedepan. Menerawang. "Kesepakatan tentang kehidupan gadis yang paling berharga dalam hidupku." Mata Ava kembali berkaca-kaca.
Siapa gadis beruntung yang berhasil memiliki hati dari orang yang disukainya? Rasanya hati Ava mendapat pukulan yang begitu tepat dan sangat fatal.
"Kamu tahu ketika malam perayaan hari lahir ayahmu itu." Hayam Wuruk menjeda sejenak hanya untuk menatap mata gadis itu dengan penuh kerinduan.
"Setelah bertemu denganmu. Aku bertemu dengan Linggabuana diruangan pribadinya." Tatapan Hayam Wuruk menerawang, mengingat kembali awal dari semua penghianatan yang diterimanya.
Malam itu, setelah menemani Ava dikolam teratai, Hayam Wuruk sengaja menemui Linggabuana diruangan pribadinya. Mereka duduk berhadapan dikursi yang dibatasi oleh meja.
"Ada apa yang Mulia Raja Majapahit yang agung ini menemui Raja yang sudah tua secara pribadi seperti ini? Adakah sesuatu yang begitu penting?" Linggabuana bertanya dengan nada tenang, tapi tidak dengan hatinya yang mendadak menjadi resah.
Hayam Wuruk, bukanlah nama dan wajah baru bagi Linggabuana. Dengan segala kecerdasa, kebijakan, kelicikan, dan kekuasaannya membuat namanya disegani dan ditakuti oleh raja-raja yang lain, termasuk dirinya yang masih memiliki ikatan saudara jauh.
"Rajanegara ingin memiliki Lavana Laksmi anak Sribadungga dari pelayan yang selama ini Sribadungga biarkan hidup dalam keterbatasan tanpa kasih sayang." Ujar Hayam Wuruk penuh tekad. Ekspresi wajahnya sangat tenang berbanding terbalik dengan Linggabuana yang nyaris saja mati karena serangan jantung mendadak.
Hayam Wuruk meminum tehnya dengan elegan. Sebelah alisnya terangkat dengan senyum miring yang tersamarkan dengan baik oleh gelas teh itu menyadari ekspresi Linggabuana yang seperti baru saja mendapat sengatan petir disiang bolong. "Apa yang Rajasanegara maksud? Badungga tidak---"
"Sribadungga Linggabuana..." Hayam Wuruk memotong perkataan Linggabuana. Meletakan kembali gelas itu ke meja. Kepalanya menggeleng tak percaya. "Rajasanegara tidak sebodoh itu untuk tidak tahu dosa Sribadungga dimasa silam."
"Rajasanegara hanya meminta Sribadungga memberikan Ava pada Raja ini. sebagai kompensasi Rajasanegara akan membuka kerjasama dengan Padjajaran disemua bidang. Bukankah itu cukup setimpal?" Lagi Linggabuana dibuat mematung. Inikah namanya dosa pembawa surga?
"Apa yang akan Rajasanegara lakukan pada gadis itu? Menjadikannya gundik?" Tangan Hayam Wuruk yang memutari gelas langsung mencengkeramnya dengan erat. Berani sekali pria itu merendahkan putrinya sendiri?
"Permaisuri. Rajasanegara akan menjadikannya permaisuri." Mata Hayam Wuruk memedar tajam dan berbahaya. Seolah memberitahu agar Linggabuana tak memancing emosinya lebih jauh lagi.
Setelah kesepakan itu tercapai Hayam Wuruk pergi meninggalkan sendirian Linggabuana yang tengah termenung.
Dibawah samarnya cahaya dipa, seorang berdiri dengan wajah marahnya. Berjalan tergesa memasuki ruangan Linggabuana.
"Ayahanda!"
***
4 Maret 2019
Hallo, hallo, hai!
Hehe lama tak jumpa. Bagaimana kabar kalian? Um berhubung hari ini aku akan melaksanakan USBN, aku minta do'a kalian agar USBN BERJALAN DENGAN LANCAR DAN HASILNYA MEMUASKAN. AMINN. Dan untuk kalian apapun yang sedang kalian tekuni saat ini sukses selalu. Nah karena hal tersebut juga maaf banget upnya pasti tambah telat. Tapi jika ada waktu senggang (mumet karena belajar mulu) aku akan up:)) see u next time👋👋👋
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)
Fantasy"Bisakah kamu menunjukan rupamu?" "Tidak." "Tidak sekarang." "Kenapa?" "Karena aku tak ingin." Ketika ketidakadilan dan kesengsaraan menjerat hidup Lavana Laksmi yang bahkan harus rela menjadi pelayan di kerajaan Padjajaran---kerajaan Ayahnya sendir...