Mentari mulai menampakan diri. Lewat celah-celah vertilasi diatas jendela sinarnya masuk. Seorang gadis masih meringkuk dengan nyaman. Wajahnya begitu damai, tak menyadari jika pagi telah menyapa. Hanya lengguhan pelan yang terdengar, sebelum Ava kembali menarik jubah yang sempat merosot---sampai lehernya.
Berkat Hayam Wuruk yang membawanya keluar istana Ava bisa tidur nyenyak, apalagi pemuda itu mau membawanya berkeliling pada siang hari lain kali. Ava lupa akan kewajibannya sebagai seorang pelayan, yang membuat tidurnya tak terganggu. Gadis itu tak menyadari langkah kaki yang semakin mendekati tempatnya berada.
Brak
Pintu kamarnya dibuka dengan kencang, hanya menyebabkan Ava bergumam pelan, tanpa mau repot-repot membuka matanya. Tak merasakan asap mengepul yang mengkungkung seorang wanita cantik yang baru saja masuk tanpa tandeng-aling. Udara didalam ruangan 3×3 m itu mendadak panas dan sesak.
Dayang yang berjalan dibelakang Putri Pitaloka itu menunduk takut ikut kena imbasnya jua.
"Bawakan air." Dayang itu mengangguk patuh, pergi secepat kilat. Lalu kembali dengan cawan berisi air.Putri Pitaloka menerimanya dengan cepat. Berjalan menghampiri gadis yang masih bergelung dengan nyaman didunianya.
Byur
Dengan sekali hentakan, air dalam cawan itu tumpah kewajah Ava. Gadis itu membuka matanya dengan terkejut. Matanya mengercap dengan cepat. Lidahnya terasa sulit untuk mengucap kata. Putri Pitaloka didepannya menatapnya bak predator menatap mangsanya. Kedua tangannya bersedekap, matanya menatap Ava penuh dengan kemarahan, keangkuhan, dan curiga.
Ava langsung berdiri, menunduk dihadapan Putri Pitaloka, "Put---putri..." Ava mendadak gagap, kedua tangannya mulai meremas dengan gelisah. Atmosfir dalam ruangan itu benar-benar membuatnya sesak.
Putri Pitaloka mengabaikannya. Putri cantik itu lebih memilih berjalan kearah jubah merah polos yang sudah mencuri perhatiannya sejak tadi. Ava membulatkan matanya saat Putri Pitaloka menganggkat jubah itu, membawa kedepannya.
Putri itu mengamati dengan baik. Mencoba mencari sesuatu dari jubah itu. "Apa ini? Darimana kamu memilikinya?" Nadanya penuh dengan penekanan. Apalagi saat dia menyadari ada lambang kerajaan Majapahit. Lambang itu kecil, dan terletak dibagian belakang kerah.
Ava tampak shock saat mengetahuinya. Mengapa ia tak sadar selama ini?
***
26 Desember 2018
Maaf baru up. Aku lagi sakit dan minum obat yang super duper pahit itu membuat moodku buruk.
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)
Fantasia"Bisakah kamu menunjukan rupamu?" "Tidak." "Tidak sekarang." "Kenapa?" "Karena aku tak ingin." Ketika ketidakadilan dan kesengsaraan menjerat hidup Lavana Laksmi yang bahkan harus rela menjadi pelayan di kerajaan Padjajaran---kerajaan Ayahnya sendir...