Part 20 - Permohonan

4.3K 407 18
                                    

"Maafkan perkataanku yang menyakiti perasaanmu. Sungguh aku tak ingin menuduhmu. Aku hanya...Gara kamu pasti tahu keadaanlah yang membuatku berpikir begitu." Ava memeluk tubuh Hayam Wuruk dengan erat. Isaknya terdengar dengan jelas. Airmatanya menjelaskan jika gadis itu benar-benar menyesali perbuatannya yang telah mencurigai Hayam Wuruk.

Dengan senang hati Hayam Wuruk membalas pelukan Ava. Senyum manis muncul dibibirnya, membuatnya semakin mempesona. "Ava jadilah permaisuri Majapahit. Temani aku memimpin kerajaan besar itu."

"Aku hanya seorang pelayan. Tidak pantas untuk mendampingi orang sehebat dirimu. Aku ini rendah dan hina. Aku---" Hayam Wuruk melepas pelukannya, meremas bahu Ava dan menatap tajam mata gadis itu. Sungguh Hayam Wuruk tak setuju dengan perkataannya.

"Jangan merendahkan dirimu seperti itu. Itu membuatku murka. Kamu sangat berharga. Tidak ada yang boleh mengatakan hal seperti itu sekalipun itu dirimu sendiri." Tegas Hayam Wuruk yang membuat matanya berkaca-kaca. Ava benar-benar merasa berharga dan itu hanya ia rasakan hanya ketika dia sedang bersama Hayam Wuruk.

Begitu berartikah hadirnya untuk penguasa ini? Apakah pata Dewa telah lelah memberinya penderitaan dan luka hingga akhirnya kini memberinya kebahagiaan yang selama ini Ava dambakan.

Tapi jangan biarkan hati Ava yang mengambil alih. Biarkanlah logikanya yang mengendaliakan kini. Hayam Wuruk mungkin dengan segala kerendahan hati meminta Ava untuk menjadi permaisurinya. Tapi, apakah anggota kerajaan Majapahit yang lain akan menyetujuinya? Bagaimana juga dengan pejabat istana? Dan yang terpenting bagaimana dengan rakyat yang tak mungkin rela Raja yang mereka agungkan selama ini didampingi gadis sepertinya.

Memiliki dan berdiri di samping Hayam Wuruk adalah angan memeluk bulan yang tak mungkin bisa ia lakukan. "Jangan risau akan apapun Ava. Selama aku ada semua akan baik-baik saja." Hayam Wuruk bisa dengan mudah menebak apa yang tengah Ava pikirkan. Karena ketika mereka telah tersingkron oleh satu perasaan sama yang berjalan selaras maka akan mudah bagimu untuk menemak apa yang orang lain pikirkan.

Ava membalikan badannya, berjalan sedikit menjauhi Hayam Wuruk. "Bagaimana aku bisa tenang Gara? Statusku di sini hanya pelayan, sedangkan kamu seorang Raja. Sungguh aku tak mengkhawatirkan akan terjadi apa dengan diriku ini. Tapi aku khawatir akan apa yang akan terjadi padamu nanti saat aku menuetujui keputusan besar ini." Ava berdiri membelakangi Hayam Wuruk, tak ingin kembali memperlihatkan dirinya yang rapuh dengan segala ketidakberdayaannya.

Hayam Wuruk tersenyum samar. Memandang punggung gadis itu dengan penuh pemujaan. Ah betapa manis gadisnya saat tengah mengkhawatirkan keadaannya. Bukankah itu tidak perlu dipikirkan? Hayam Wuruk sudah lebih dari mampu hanya untuk menempatkan dan mempertahankan Ava disisinya. Ingatlah dia penguasa yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun.

"Dengarkan aku Ava. Tidak akan ada yang bisa membuatku berada dalam bahaya. Tubuh ini lebih dari cukup untuk memlindungi semuanya. Jangan mengulur jika itu dengan hal-hal seperti ini." Hayam Wuruk masih ditempatnya berdiri saat melontarkan kalimatnya.

"Aku tidak pernah memohon sebelum ini. Tapi kini aku akan melakukannya jika memang bisa membuatmu untuk berbalik kearahku." Hayam Wuruk menekuk sebelah kakinya. Kepalanya ia tundukan dengan dalam. Hayam Wuruk rela menjatuhkan harga dirinya yang telah ia jaga selama 23 tahun hidupnya hanya agar gadis itu menerimanya.

"Biarkan aku menjadikanmu sebagai milikku, Ava."









***


15 Maret 2019

Sampai bertemu dihari yang sangat menegangkan bagi ku (23 Maret)👋👋👋👋

Biru

Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang