Part 4 - Ayah, Maaf Kelahiran Ku menjadi Noda bagi Mu

4.2K 547 5
                                    

"Antarkan ini ke kamar Yang Mulia Raja." Ava hanya dapat mengangguk patuh ketika kepala pelayan memerintahkannya untuk mengantarkan sarapan kekamar Ayahnya.

Ava membawa makanan itu dengan hati-hati. Langkahnya pelan namun tegas. Beberapa pelayan juga sama sibuk dengannya. Ketika sampai didepan pintu berwarna coklat yang tinggi dengan ukiran kujang itu Ava menyampaikan niatnya pada salah satu kasim.

Ava masuk dengan kepala menunduk. Meletakan semua yang ia bawa pada meja yang baru saja ditata oleh salah satu kasim. Bola mata Ava memedar mengamati keadaan kamar Raja. Hingga matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata pria yang tengah berjalan kearahnya. Pria paruh baya yang sangat ia hormati. Pria yang harusnya ia panggil ayah. Dimana seharusnya ia bisa bermanja seperti yang sering anak perempuan lakukan pada ayahnya.

Tapi Ava ingat dia hanya buah kesalahan. Dan tidak ada yang menginginkan kehadirannya. Tak ada yang menyukainya. Semua orang benci dan jijik padanya.

Ava meremas kedua tangannya saat menyadari tatapan intens dari Linggabuana. "Pergilah." Dada Ava serasa mencelos. Hanya satu kata itu yang selalu ayahnya katakan ketika Ava mendapat tugas untuk mengantar sarapan. Memangnya apa yang ia harapkan?

Dasar Ava bodoh.

Ava membungkukan badannya, kemudian mundur dan berbalik pergi. Gadis itu tidak menyadari bahwa Linggabuana...ayahnya itu menyorot kepergiannya dengan tatapan sendu.

Seberapa hinapun kelahiran Ava, itu karena kesalahannya, yang dulu jatuh cinta pada salah satu Dayang istana, yang saat ini telah meninggal dunia setelah melahirkan Ava. Sebagai seorang ayah, harusnya ia bisa melindungi anak gadisnya, apalagi dengan posisinya sebagai raja. Tapi itulah penghalangnya. Karena sampai kapanpun anak pelayan akan tetap menjadi pelayan.

Ayah akan menjagamu dari jauh, nak. Maaf selama ini tidak bisa memperlakukanmu seperti Pitaloka.

Ava mengusap air mata yang lagi-lagi lolos setelah melihat ayahnya. Mereka berdiri begitu dekat. Tapi tetap saja ada tembok tinggi yang menghalangi. Status mereka berbeda. Raja dan Pelayan.

Ayah, maaf kelahiranku menjadi noda bagimu.

Ava berlari mencari tempat sepi tuk melepas sedikit beban yang selama ini dia tanggung.

***

17 Desember 2018

Biru

Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang