Ava berbaring diatas tikarnya. Dia belum terlelap. Matanya masih menatap langit-langit kamarnya dengan senyum tanpa putus. Ingatannya melayang kembali mengingat ia sekarang mempunyai seseorang yang mau bercengkrama dengannya. Andai saja Gara---panggilan Ava untuk Rajasanegara---mau menunjukan wujudnya didepannya pasti Ava akan sangat senang. Ya meski sekarangpun senang, setidaknya dia telah mengetahui namanya. Itu sudah lebih dari cukup.
Tangannya membenarkan jubah yang dia gunakan sebagai selimut. Rasa hangatnya terasa sangat menyenangkan. Ava menundukan kepalanya mengamati jubah itu dengan seksama. Senyumnya kembali tersungging. Ava sangat berterimakasih karena ada yang meninggalkan jubah ini. Sepertinya ketika bertemu Gara nanti ia harus mengucapannya dengan benar.
Ava yakin Gara yang menyelimutinya ketika tidur. Memang siapa yang peduli lagi padanya? Lagipula jubah ini ada setelah kemunculan pria itu. Mungkin saat ini Ava hanya mengetahui nama, dan jenis kelamin Gara saja, tapi Ava yakin lambat-laun ia juga akan mengetahui semua tentang pria itu.
"Gara!" Ava memanggilnya dengan lirih dan penuh akan pemujaan. Tanpa mengetahui jika panggilannya sampai pada seseorang yang tengah beristirahat dikamar tamu istana.
🍋🍋🍋
Hayam Wuruk yang baru saja masuk kekamarnya, telinganya yang memang tajam itu seolah berdiri saat merasakan suara yang amat dikenalinya memanggilnya dengan lirih.
"Gara!" Mata Hayam Wuruk terpejam, mencoba mendengar kembali apa yang akan gadis itu katakan karena memanggilnya.
"Gara!" Hayam Wuruk menahan napas saat suara Ava berubah menjadi begitu lembut.
"Kamu dimana? Apa jika aku memanggilmu, kamu akan datang?"
Mata Hayam Wuruk terbuka dengan sempurna, menyorot tajam, tubuhnya berubah menjadi transparan, dan bertranspormasi dengan cepat kekamar Ava, melalui jendela kamar gadis itu yang tak tertutup dengan sempurna.
Ava yang masih terjaga langsung berjengkit kaget hingga langsung terduduk saat merasakan angin malam berembus untuk beberapa saat sebelum Hayam Wuruk menutup jendela itu rapat-rapat.
"Aku sudah disini Ava. Ada apa?" Hayam Wuruk duduk disamping Ava, yang tengah menampakan cengiran lebarnya.
"Kamu datang?" Ujarnya antusias sembari bertepuk tangan dengan heboh.
"Ya."
"Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan keluar dari penjara ini."
***
19 Desember 2018
Yang mulai kesulitan menyusun kata.
Biru
KAMU SEDANG MEMBACA
Didhelikake ing Padjajaran (Selesai)
Fantasía"Bisakah kamu menunjukan rupamu?" "Tidak." "Tidak sekarang." "Kenapa?" "Karena aku tak ingin." Ketika ketidakadilan dan kesengsaraan menjerat hidup Lavana Laksmi yang bahkan harus rela menjadi pelayan di kerajaan Padjajaran---kerajaan Ayahnya sendir...