Kak lagi ngapain?" Tanya Ratna. Aku tak menyadari kapan dia masuk kamarku, tau-tau sudah duduk di tepi ranjangku.
"Nganggur sih, lagi lihat-lihat foto jaman SMA." Jawabku yang masih fokus pada layar laptop.
"Lihat voli yuk!"
"Di mana?"
"Lapangan deket situ. Dari pada nggak ngapa-ngapain kan? Ayolah!!" Awalnya aku tak begitu tertarik dengan ajakan Ratna, karena dia terus memaksa akhirnya aku menyerah untuk mencari alasan.
Setiap sabtu dan minggu sore lapangan di perumahan Budeku ini digunakan untuk Voli. Dari kalangan anak muda sampai orang dewasa ikut berpartisipasi. Selama aku di Jember, aku belum pernah ke lapangan ini atau bahkan melihat orang bermain voli. Menurutku tidak ada menariknya. Namun yang mengherankan di sini juga banyak anak kecil dan beberapa bapak-bapak yang turut meramaikan posisi penonton.
"Ngapain sih Na nonton ginian?"
"Iya gapapa kak. Seru aja."
Seru apanya?
Jujur aku tidak terlalu suka berada di keramaian. Apalagi di sini kaum laki-laki yang mendominasi. Aku cukup risih dan tidak nyaman. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah mencoba mencari-cari objek yang bisa menarik perhatianku. Tetapi pada akhirnya aku hanyalah menemukan bosan.
"Kak mau es tebu?" Tawar Ratna. Aku menimbang-nimbang sebentar.
"Hmm. Mau deh." Ratna yang semula fokus memperhatikan ke tengah lapangan kini sudah melesat untuk membeli es tebu di seberang jalan.
Dalam rangka membunuh kebosanan, karena tak ada pilihan lain, aku mencoba memerhatikan dengan serius permainan voli yang sedang berlangsung dihadapanku. Bola terus berpindah dari tangan ke tangan. Aku mulai menikmati permainan dan fokus pada bola.
Aku pasti akan tertarik dengan permainan voli jika aku bisa. Sayangnya aku benar-benar payah dalam permainan ini. Saat pelajaran olahraga, praktik passing bawah aku selalu mendapatkan nilai paling rendah dari nilai praktik-praktik yang lain. Sebenarnya aku memang tidak begitu unggul di bidang olahraga, apalagi saat kelas sebelas pernah sakit tipes dan beberapa kali tidak ikut olahraga di lapangan. Waktu itu tubuhku ringkih sekali memang.
Perhatianku yang semula fokus pada bola kini beralih pada salah seorang pemain yang sepertinya telah memutuskan untuk mengakhiri permainannya dan berjalan ke arahku. Aku minyipitkan kedua mata, dia cukup familiar. Aku tidak bisa memastikan dengan jelas karena aku tidak mengenakan kacamata. Namun semakin dekat langkahnya aku dapat mengenali lelaki yang mengenakan kaos oblong hitam bergambar tengkorak dan celana selutut itu.
"Kok di sini?" Seperti biasa, aku selalu diserang gugup ketika lelaki ini menyapaku.
"Iya, Mas. Nemenin Ratna." Jawabku singkat dengan seulas senyum yang entah dia sadari atau tidak.
"Tumben banget."
"Hmm. Iya."
Hening beberapa saat. Inginku mengajukan pertanyaan karena sepertinya Mas Gusti menungguku untuk memulai pembicaraan. Tetapi aku tidak tahu apa yang akan kutanyakan.
"Ratna mana?"
"Beli es tebu. Kayaknya rame, jadi lama." Aku mengambil nafas. "Mas Gusti sering Voli di sini?"
"Enggak juga. Kebenaran hari ini pas free."
"Ohh gitu. Udah mau pulang Mas?"
"Iya. Masih nungguin Yoga."
Hening lagi.
"Gimana sekarang?" Aku mencoba mencerna pertanyaan Mas Gusti.
"Kuliahmu." Sambungnya seolah paham bahwa aku sedang berpikir keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/179078104-288-k803506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
Novela JuvenilTerdampar di Jember bukanlah pilihan Alila. Ia tak pernah bercita-cita masuk Fakultas Pertanian, apalagi berangan akan terjun di antara liat untuk mengetahui asam dan basa tanah. Pilihannya untuk mengejar gelar S1 di sana seringkali membuatnya menye...