***
"Kenapa?"
"Ng... Antar aku ke klub aja deh Nat,"
Bianca baru saja bangun dari tidur singkatnya dan mereka masih berada dalam perjalanan pulang. Nathan melirik malas Bianca sekilas tanpa membalas ucapan Bianca.
"Dengar ga sih?"tanya Bianca sekali lagi untuk memastikan bahwa perkataannya mendapat respon.
"Apartemen kita berbeda arah dengan klub. Kalau kamu mau ke klub bisa naik taksi..."
Bianca menyebikkan bibirnya kesal pada Nathan. Lelaki itu memang tidak pernah membuatnya senang, selalu saja menyebalkan dan membuatnya marah.
"Yaudah deh pulang saja. Aku bisa naik motor nanti,"gumam Bianca pelan. Ia kembali bersandar pada jok seraya memandangi luar jendela yang sepertinya mulai mendung."Perasaan jaraknya tidak terlalu jauh dengan apartemen, kenapa bisa lama sekali sampainya..."
"Saat kamu tidur, aku berhenti di salah satu restoran untuk makan siang yang tertunda."
Bianca tanpa sadar memegangi perutnya. Ia juga lapar tetapi kenapa dengan kejamnya Nathan tidak membangunkannya? Makan siang yang tertunda?shit! Padahal sedari pagi mereka bersama dan seharusnya Nathan mengerti bahwa Bianca juga belum makan siang.
"Kamu sengaja makan siang saat aku tidur ya?"
"Tidak,"
"Kejam sekali, ish."
"Bagaimana bisa aku kejam? Memangnya aku berbuat salah padamu?"tanya Nathan bingung. Kenapa Bianca ini mudah sekali marah padanya? Ia bersedia memberi tumpangan pulang, marah. Sebelum tidur, marah. sesudah tidur, marah. tidak diantar ke klub, marah. Gadis pemarah! Bagaimana bisa Raihan tahan dengan gadis pemarah ini?
"Kamu tidak memiliki perasaan! Kamu sama sekali tidak memikirkan ku, Nathan!"rengek Bianca seraya melirik tajam Nathan yang semakin bingung dibuatnya.
Nathan menghela napas panjang, ia menepikan mobilnya ke jalan lalu berhenti."Apa salahku kali ini?"
"Aku juga belum makan siang! Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku tau kamu tidak suka padaku tetapi jika masalah makan kamu tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Jika aku mati kamu akan masuk penjara karena membiarkanku kelaparan."
"Et... Tunggu, tunggu... Kamu lapar? Bilang saja dari awal. Aku sempat memesankan makanan untuk kamu bi,"ucap Nathan seraya melepaskan sabuk pengaman kemudian mengambil sekotak pizza berukuran sedang yang berada di jok belakang lalu ia berikan kepada Bianca.
Senyum Bianca langsung muncul ketika melihat kotak pizza sudah ada di depannya lantas ia membuka kotak pizza dan matanya berbinar. Pizza kesukaannya. Bianca menoleh ke arah Nathan yang sedang memandangnya dengan kernyitan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone✔
Fanfiction"Tidak ada lagi yang tersisa diantara kita. Aku menyadari bahwa semuanya tidak akan lagi sama seperti sebelumnya-saat dimana perpisahan diantara kita belum sesakit ini." ⓒ Volbestik