***
"Hai,"
Sapaan itu tidak direspon oleh Bianca. Gadis itu hanya duduk dan mengamati lelaki tampan di depannya itu dengan diam.
"Bagaimana kabarmu?"
Lagi-lagi bianca tidak menjawabnya, gadis itu menghela napas lalu membuang pandangannya keluar jendela. Pikirannya tidak bisa dibohongi, ia sedang tidak berada di tempatnya. Bianca masih memikirkan nathan dan merasa bersalah pada lelaki itu.
Setelah mengetahui bahwa nathan pindah apartemen, ia langsung menghubungi lelaki itu tetapi nomor yang dituju berada di luar jangkauan kemudian ia beralih menghubungi Nathalie, ibu nathan, barangkali mengetahui anakanya itu pindah kemana. Tetapi nathalie ternyata juga tidak mengetahuinya dan ia tidak bisa menghubungi nathan juga karena ternyata nathan sedang melakukan kunjungan kerjasama ke Singapore.
"Ada masalah apa?"tanya david pada bianca yang sedang menampakan ekspresi wajah gusar. David sangat mengenal bianca, benar saja bianca sama sekali tidak berubah.
"Aku tidak bisa menghubungi seseorang,"balas bianca dengan helaan napas.
"Kamu melakukan kesalahan padanya?"
Bianca mengangguk pelan,"Sepertinya begitu."
"Dia tidak berniat mengabaikan panggilanmu, tenang lah. Aku yakin ia akan segera menghubungimu kembali. Kamu percaya pada kata-kataku kan?"
Bianca menoleh ke arah david yang tersenyum. David yang ia kenal dulu adalah seseorang yang selalu ia jadikan tempat untuk bergantung. David adalah orang yang dapat diandalkan dan semua perkataannya akan menjadi nyata. Entah kenapa lelaki itu seperti peramal dimatanya dulu. Tetapi...
"Kamu sangat tahu aku tidak mudah mempercayai seseorang yang sudah pernah membohongiku."
"Maafkan aku,"ucap david dengan penuh penyesalan.
Bianca tertawa hambar,"Bahkan permintaan maafmu sekarang, aku tidak mempercayainya."
"Bagaimana caranya agar kamu bisa percaya padaku?"tanya david dengan wajah putus asa.
"Aku tidak tau,"
"Kamu tidak menanyakan alasan kenapa aku pergi?"tanya david seraya mencari mata bianca yang menghindarinya. David memegang dagu bianca untuk dihadapkan ke arahnya hingga mata mereka bertemu,"Aku pergi untuk memperjuangkanmu bi."
"Perjuangan?"Bianca tertawa hambar,"How can i believe it? Apa menurutmu aku cuma lelucon?"
"No! Bi, jangan berpikiran seperti itu kumohon..."pinta david.
Bianca melepaskan tangan david yang ada di dagunya tetapi kemudian lelaki itu menahan tangan bianca yang ingin dilepas lalu menggenggamnya.
"Ok, let me know..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone✔
Fanfiction"Tidak ada lagi yang tersisa diantara kita. Aku menyadari bahwa semuanya tidak akan lagi sama seperti sebelumnya-saat dimana perpisahan diantara kita belum sesakit ini." ⓒ Volbestik