"Kapan kamu berangkat ke Amerika?"
"Nanti malam,"
Bianca dan Raihan sedang melakukan rutinitas yang sudah terjadi selama seminggu sejak terakhir kali raihan mengatakan bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama dengan bianca. Sejak saat itu, raihan lebih sering menginap di apartemen bianca. Sarapan bersama kemudian masing-masing sibuk bekerja lalu setelah itu mereka bertemu kembali saat malam tiba tetapi bianca selalu tidur lebih dulu jika raihan sedang melakukan syuting sampai larut malam.
"Take care, jangan lupa jaga kesehatanmu..."ucap raihan dengan tersenyum kemudian mengusap kepala bianca dengan perhatian sementara bianca hanya tersenyum mengangguk singkat.
Bianca beranjak dari duduknya lalu membawa dua piring yang baru saja selesai mereka berdua gunakan,tetapi raihan menahannya"Biar aku saja."
"Tidak usah rai, kamu sudah memasak dan aku yang akan mencucinya."
Raihan pun mengalah, ia mengangguk mengijinkan bianca mencuci piring.
Bianca dan raihan memutuskan untuk menyembunyikan hubungan mereka dari publik termasuk orang tua mereka. Sebenarnya bukan menyembunyikan, tetapi mereka tidak memberitahu. Orang tua mereka hanya mengira bahwa mereka sekedar dekat saja seperti biasa.
Setelah kepergian bianca untuk mencuci piring yang letaknya berada tak jauh dari meja makan, tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Suasana menjadi hening.
"Kamu selesai syuting jam berapa?"tanya bianca setelah menyelesaikan cuci piringnya sedangkan raihan masih duduk di meja makan memandang punggung bianca.
"Jam dua pagi,"
"Sayang sekali ini pertemuan kita yang terakhir."
Raihan menghela napas, ia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati bianca yang sedang mengelap tangannya yang basah. Langkahnya terhenti tepat di belajang bianca.
"Jangan terlalu berusaha keras jika membuatmu sulit."
"Tenang saja rai, tidak ada yang sulit. Ada nathan yang mengerjakan pekerjaan yang berat, dia juga bisa membantuku. Proyek aku dengannya akan menjadi proyek skala besar di sana."
"Tidak, bukan itu. Maksudku tentang kita."
Bianca menghentikan kegiatannya, ia terdiam sebelum akhirnya berbalik badan dan berhadapan dengan raihan tepat di depannya.
"Kamu yang merasa sulit?"
"Kenapa kamu malah bertanya padaku?"
Bianca mendengus memandang datar raihan yang selalu menanyakan hal-hal yang tidak perlu dijawab. Dia pikir dia mengetahui segalanya yang bianca pikirkan dan rasakan tetapi raihan hanyalah lelaki sok mengetahui segalanya.
Raihan menghela napas, ia memajukan badannya kemudian menumpukan kedua tangannya ke meja dapur yang berada di belakang bianca.
"Lagi! lagi! kamu menghela napas lagi. Apakah kamu merasa lelah bersamaku?"tanya bianca dengan kesal. Dia lelah mengira-ngira sepanjang waktu apakah raihan benar-benar memiliki rasa yang sama dengannya atau tidak karena tidak ada perlakuan yang berbeda yang raihan lakukan padanya setelah hubungan mereka semakin pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone✔
Fanfic"Tidak ada lagi yang tersisa diantara kita. Aku menyadari bahwa semuanya tidak akan lagi sama seperti sebelumnya-saat dimana perpisahan diantara kita belum sesakit ini." ⓒ Volbestik