Rumah Farhan nampak ramai dengan beberapa peserta ekskul yang nantinya akan mengikuti turnamen basket, kegiatan itu tinggal menghitung hari namun, persiapan yang dilakukan belum seratus persen sempurna. Jadi, hari ini Farhan meminta semua agar berlatih di rumahnya untuk menyempurnakan latihan.
"Semua udah pada ijin ke ortu kan? Gua gak mau disalahin gara-gara kalian belum pada minta ijin."
"Udah," jawab semua peserta serempak.
Kini mereka sedang berbaris di lapangan basket rumah Farhan, ditemani sinar jingga yang mulai padam sediki demi sedikit, diganti dengan langit malam bertabur bintang yang indah.
"Kenapa pa Reza gak pernah ngajar?" tanya seorang cowok berkulit sawo matang dengan rambut yang dibuat seperti model tren orang Korea.
Farhan menatap lekat cowok itu, tatapannya datar. "pa Reza lagi sakit, jadi beberapa hari ke depan gua yang ngegantiin."
Cowok tinggi itu bersikap lebih tegas ketika sedang latihan tak ada candaan jika waktunya tidak tepat, namun suasana yang tercipta tak sekaku jika sedang pelajaran produktif tentunya.
"Kita mulai aja latihannya, kalo udah Isya istirahat dulu."
Setelah menyelesaikan kalimatnya itu semua peserta berhamburan menuju tempat latihan mereka masing-masing. Peserta cowok memakai sebagian lapangan sedangkan sebagian lainnya di pakai oleh peserta cewek.
"Gua nunggu di dalem lagi apa di sini aja?"
"Di sini aja, gua gak mau lu kenapa-napa kalo nunggu di dalem. Apalagi masalahnya gara-gara sepatu," celetuk Sabil yang sukses membuat raut wajah Meliana menjadi cemberut.
"Bodo!!." Meliana sangat malas melihat reaksi yang ditunjukkan Sahabatnya itu jika sedang membicarakan perihal sepatu itu. "Oh iya, nanti tanya ke Farhan. Udah janji loh."
"Iya Ana, nanti gua tanyain, udah ah gua mau latihan dulu." Sabil langsung berlari menuju kerumunan peserta cewek di lapangan dan Meliana segera duduk di kursi yang telah tersedia.
Rasa bosan mulai menyelimuti Meliana yang sudah menunggu hampir setengah jam, hanya duduk. Terkadang membuka ponselnya tapi, tak ada notifikasi yang berguna, memandang latihan basket pun rasanya tak seru, sebab ia tidak menyukai permainan bola besar itu.
Satu ide muncul di benaknya, langkah kakinya yang kecil mulai mengarahkan untuk memasuki area dalam rumah. Seperti rumah itu adalah rumah miliknya yang dapat bebas ia keluar masuk sesuka hatinya.
Setelah sampai ke tempat tujuannya, ia langsung membuka lemari paling bawah, memastikan lebih detail mengenai sepatu yang waktu itu.
"Kenapa gak ada?! Perasaan kemaren liatnya di lemari ini." Meliana semakin bingung setelah melihat isi lemari yang kosong, tak ada sepasang sepatu maupun benda lainnya. Mengapa rumah Farhan sangat aneh?
Meliana segera keluar dari dapur, berjalan menuju setiap ruangan rumah itu. Tujuannya sekarang hanya ingin memastikan kebenaran tentang sepatu itu. Kesempatan tak akan datang dua kali bukan? dan ini adalah waktunya. Kakinya mulai memasuki area ruang tamu, mencari di setiap sisi ruangan besar dengan desain minimalist itu. Tapi, hasilnya nihil, tanda-tanda sepatu itu seperti lenyap dimakan bumi.
Lantai satu sudah Meliana jajaki, tinggal lantai dua. Tapi, rasa canggung dan takut menyelimutinya sekarang. Sepertinya di lantai dua tak ada tanda-tanda kehidupan, bagaimana ia berani kesana. Semua lampu di lantai dua mati, hanya ada beberapa lampu di luar ruangan yang menyala, apakah Farhan pelit akan listrik atau tak mau tagihannya membengkak hanya karena semua lampu dihidupkan?
Cuma naik ke atas, nyalain lampu terus cari, batin Meliana, mencoba menguatkan tekat yang dirasanya mulai menciut. Dengan langkah lambat namun pasti Meliana mulai mendaratkan kakinya di tangga, menaiki anak tangga satu demi satu sebelum akhirnya sampai di anak tangga paling atas. Kakinya sudah mulai gemetar kini, tubuhnya seperti tidak bertenaga ditambah melihat kegelapan disetiap ruangan, semakin membuat hawa horor di sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATU [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🍒🍒🍒🍒 Meliana membenci Farhan bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Farhan yang notabennya adalah kapten basket paling di gemari seantero sekolah, tidak lantas membuat Melian...