Sinar matahari pagi mulai memasuki celah-celah jendela yang tersingkap, membuat gadis itu menggeliat. Merasa tidurnya telah terganggu oleh kehadiran sang mentari. Meliana mengangkat tangannya di udara, mencoba meregangkan otot-ototnya. Melirik sebentar jam di nakasnya, sudah menunjukkan pukul 06.30 sontak, pemandangan itu langsung membuat Meliana membelalak mata tak percaya. Kenapa orangtuanya tidak membangunkan, ia bisa telat jika begini. Dan Sabil, apakah gadis itu sudah berangkat dan meninggalkannya?
Pertemuan semalam berlangsung hingga pukul 22.00 perbincangan panjang mereka terhenti oleh teguran sang pegawai restoran yang menyatakan bahwa restoran itu harus tutup segera. Tentunya rasa rindu belum tersampaikan secara penuh, namun tak apa masih ada lain hari dan kata tante Nesya rumah mereka hampir berdekatan, entah di mananya. Ia akan cari tau nanti.
"Kenapa Ibu gak ngebangunin Ana," ucap Meliana begitu sampai di lantai bawah, gadis itu mengelus dada saat melihat Sabil ternyata masih berada di rumahnya sambil memakan lolipop.
"Ibu sudah ketuk pintu kamar kamu berkali-kali, tapi gak ada jawaban." Mila kembali memasuki dapur, setelah mengambilkan minum untuk Sabil.
"Ana kecapean Bu."
"GC deh!! udah mau telat kita. Kalo masih lama gua tinggal." Sabil meminum air di hadapannya. Menunggu Meliana membuat tenaga dan kuota-nya terkikis.
"Eh iya sabar," kata Meliana. "Ibu lemparin sepatu Ana, kemaren Ana taro di dapur."
Tak berapa lama sepasang sepatu mendarat dengan mulus di meja, membuat Sabil terlonjak kaget melihatnya. Untung ia sedang berada di rumah orang, kalo ini rumahnya sudah pasti Sabil tak segan-segan nyerocos panjang lebar di depan wajah Meliana yang sedari tadi menampilkan sederet gigi putihnya.
Untunglah jalanan pagi ini bersahabat dengan keduanya, sehingga mereka tidak terlambat, walaupun mendapat teguran dari guru yang berjaga di gerbang. Rajin sekali bukan guru di SMK TERPUT 2.
<<<<<>>>>>
Farhan terus saja menjahili teman sekelasnya. Peraturan tidak boleh membawa ponsel salah satu alasan cowok tinggi itu melakukan segala kejahilan. Sebagai pelampiasan rasa gabut.
"FARHAN!! KENAPA BUKU GUA, LU CORET-CORET!" teriakan melengking itu membuat satu kelas menutup kuping. Tak kuasa mendengarnya.
"Tadi PR lu masih ada yang kosong, karena gua baik hati jadinya gua kerjain."
"Gua nulis PR di depan, kenapa coretannya ada di tengah. Apalagi ini bacaanya." Gadis dengan rambut hitam yang dibiarkan terurai itu mencoba membaca tulisan Farhan yang seperti tulisan ceker ayam. "Ja-ngan ga-la-k-galak n-anti gua tam-bah gak suk-a," eja Gadis itu. Membaca tulisan Farhan seakan-akan kembali ke masa SD, di mana masih mencoba belajar membaca dengan baik.
"Gua juga ogah suka sama biang kerok kaya lu. Benerin dulu nih tulisan biar bisa di baca baru gegayaan buat suka-suka'an sama cewek."
"Nanti kalo gua punya cewek lu cemburu lagi," sahut Farhan di iringi tawa renyahnya.
"AMIT-AMIT GUA CEMBURU SAMA LU!!"
"Berantem mulu, gak bosen lu berdua!" suara Fadli terdengar, mencoba menengahi keduanya. "Kalo sama gua mau gak?" lanjutnya membuat tawa Farhan pecah. Temannya itu memang so bijak namun, ujung-ujungnya juga hanya membual semata.
"Ogah!"
"Sabar kawan, ini ujian untuk cowok ganteng semacam kita." Farhan menepuk pundak Fadli ketika sudah mulai duduk seperti semula.
"Cape emang kalo di takdirkan punya muka ganteng," jawab Fadli dengan menampakkan wajah ingin menangis.
"Gimana perkembangan lu sama doi?" Fadli mengalihkan topik pembicaraan. Jujur, Fadli masih kepo tentang cewek yang di ceritakan Farhan beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATU [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🍒🍒🍒🍒 Meliana membenci Farhan bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Farhan yang notabennya adalah kapten basket paling di gemari seantero sekolah, tidak lantas membuat Melian...