EPILOG

86 8 4
                                    

Hampir satu bulan hubungan Farhan dan Meliana terjalin, banyak moment berharga yang diciptakan keduanya. Seakan-akan tak ingin melewatkan sedetik pun moment saat mereka bersama. Hingga Meliana sengaja membuat album khusus foto-foto mereka, beserta kalimat yang menggambarkan tentang kejadian dalam foto tersebut.

Sepeti halnya sore ini, Meliana terus meminta foto bersama Farhan di pekarangan tempat mereka dulu menikmati senja bersama dan sekarang kejadian itu terulang.

"Ahan mau kemana? Kebiasaan ninggalin," teriak Meliana yang langsung mematikkan ponselnya dan mengejar Farhan.

"Lagian dari tadi foto mulu, nanti hp lu bisa kena diabetes gara-gara isinya foto gua semua." Farhan memberhentikkan jalannya didepan tukang ice cream yang kebetulan sedang lewat.

"Mau rasa apa?"

"Coklat," jawab Meliana cepat, seperti anak kecil yang senang dibelikan ice cream oleh orangtuanya. Membuatnya lebih terlihat imut.

"Coklatnya 1 bang."

Farhan menyerahkan selembar uang sepuluh ribu, sebelum memberikan ice cream itu kepada Meliana.

"Kenapa cuma satu?" Meliana menatap Farhan bingung. Keduanya kini berjalan menuju pekarangan beriringan.

"Biar lebih mesra gitu, satu ice cream berdua."

Farhan melahap sebagian ice cream ditangan Meliana, membuat gadis itu menggeram kesal.

"Ahan, jangan banyak-banyak makannya, gua baru jilat sekali, lu udah makan setengah," kesal Meliana tak terima.

"Biar romantis."

"Romantis Bapak mu!!"

Jari Farhan mencolek hidung Meliana dengan tangannya yang terkena ice cream, kemudian langsung berlari. Tak mau kena amarah Meliana yang kini sudah menatap tajam Farhan.

"Farhan!! Jangan lari." Meliana dengan cepat berlari mengejar Farhan, berniat ingin menumpahkan seluruh ice cream ke wajah cowk tinggi itu.

"Lu tambah cantik kalo kaya gitu," ucap Farhan sambil tertawa lebih kencang setiap melihat wajah Meliana.

"Maksud lu apa? Ngatain gua?"

"Bukan ngatain, Cuma mengatakan kebenaran."

"Farhan!!!"

Matahari mulai membiaskan warna jingganya ke bumi. Warna jingga yang sama dengan kenangan yang sama juga. Meliana hanya berharap bahwa tidak akan ada lagi perpisahan yang terjadi. Ia hanya ingin terus menghabiskan senja selanjutnya bersama Farhan. Ahannya.

SEPATU [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang