Kenapa Cella bisa kenal sama Farhan?
Pertanyaan itu masih berputar-putar di kepala Meliana. Matanya terus tertuju pada dua sejoli yang berada di pinggir lapangan.
Emang gua siapanya Farhan? Kenapa jadi jealous gini?
Dengan cepat Meliana menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menyingkirkan semua pertanyaan konyol itu dari pikirannya.
Tawa Cella terus mengembang di wajah cantiknya. Setelah memanggil Farhan, gadis berambut ikal itu langsung menghampiri Farhan, tanpa memperdulikan Meliana yang sedari tadi menemaninya.
Wajah Farhan juga ikut berseri-seri, seakan-akan mereka telah lama berpisah dan baru di pertemukan hari ini. Entahlah apa yang mereka bicarakan. Meliana hanya dapat mengalihkan pandangan menuju Sabil. Berlama-lama melihat kejadian itu, entah kenapa membuat hatinya terasa sakit. Ada apa dengan dirinya?
"Kenal sama Farhan?" tanya Meliana, begitu Cella telah kembali duduk di sampingnya. Masih ada semburat bahagia dari wajah Cella, tawanya masih mengembang jelas.
"Itu dia, yang tadi gua ceritain ke lu."
"Temen lu yang ngajarin basket?" tanya Meliana, takut jika ucapannya salah.
"Iya, gak nyangka banget. Bakal bisa ketemu di SMK ini."
"Mungkin jodoh," ucap Meliana tersenyum hampa, mengundang tawa malu dari Cella. Pipi gadis itu bersemu merah.
"Kalian ngapain di sini?"
Meliana dan Cella sontak mendongakkan kepala bersamaan. Suara itu ternyata berasal dari Sabil.
"Ngeliat lu latihan," jawab Meliana sambil mendongakkan kepala, untuk melihat Sabil lebih jelas.
"Emang gak ada guru? Ini juga Cella ngapain di sini? Pasti ajaran Ana," tebak Sabil sambil menunjuk Meliana dengan dagunya. Membuat gadis ber bolamata cokelat itu menggeram kesal.
"Enak aja, fitnah lebih kejam dari pembunuhan!"
"Bukan suruh Ana tapi, emang mau liat latihan basket aja, gua lama gak latihan basket." Cella angkat bicara, setelah dari tadi hanya menjadi pendengar obrolan keduanya.
"Lu anak basket Cel?" suara Sabil terdengar lebih bersemangat, ketika tau ternyata ada seseorang yang mempunyai minat sama dengannya.
"Bukan sih, tapi bisa sedikit-sedikit."
"Kalo tau kaya gitu mah, dari dulu aja lu pindah ke sini. Biar ikut turnamen bareng gua."
Meliana merasa seperti nyamuk sekarang, tidak di anggap dalam pembicaraan asyik mereka mengenai basket. Harusnya mereka nyari topik lain, agar dirinya bisa ikut nimbrung dalam pembicaraan. Kalo seperti ini apa yang mau ia bicarakan, masa harus bertanya, bagaimana cara memasukkan bola ke dalam ring? Agar dapat ikut berbaur dalam obrolan keduanya.
"Mau ikut ke rumah Farhan?"
Kenapa pertanyaan Sabil nyambung-nyambung ke rumah Farhan?
"Emang boleh? Kan gua gak ikut turnamen?"
"Ana, aja sering ikut, padahal dia ngerti basket juga nggak."
"Gak usah menghina gitu, Bil," tegur Meliana, saat namanya dibawa-bawa dalam pembicaraan mereka.
"Sama siapa tapi? Rumah Farhan aja gua gak tau," ucap Cella.
"Ana, nanti pulang naik ojol, mau gak?"
Meliana langsung mengerutkan keningnya bingung, kenapa jika namanya dibawa-bawa pasti selalu dapat kebagian yang tidak enak.
"Kenapa harus naik ojol? Kan Sabil ada," protes Meliana segera. Kenapa harus ia yang kena getahnya? Cukup kurang kah, sejak tadi ia hanya menjadi nyamuk karena obrolan keduanya yang membahas basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATU [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🍒🍒🍒🍒 Meliana membenci Farhan bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Farhan yang notabennya adalah kapten basket paling di gemari seantero sekolah, tidak lantas membuat Melian...