Keadaan SMK Teratai Putih Global 2 Bekasi, nampak ramai pagi ini. semua murid nampak bahagia, karena hari ini tidak ada pembelajaran yang akan di langsungkan. Sedangkan peserta turnamen basket, sedari tadi hanya berlatih dan berdoa. Semoga tim basket mereka akan menang.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB, pertandingan pertama pun sudah berlangsung, antara tuan rumah, menghadapi SMK Taruma Negara. Pendukung masing-masing tim terus memberi semangat, dengan meneriaki yel-yel yang di komandoi oleh anak-anak Ultras -Salah satu komunitas pendukung yang terbentuk dari para murid dan pastinya di luar tanggungjawab pihak sekolah-
"Sini Cel." Sabil langsung menarik tangan Cella dan mulai menyelip di kerumunan orang-orang, agar bisa berdiri paling depan. Sehingga dapat leluasa menonton turnamen yang tengah berlangsung.
"Eh." Cella tersentak kanget, mau tak mau dengan gerakan cepat ia mengikuti langkah Sabil.
Keduanya sudah hilang dalam kerumunan, setelah bersusah payah menyelip. Meliana hanya dapat memandang keduanya sendu, matanya mulai terasa panas sekarang. Seakan-akan hanya itu yang dapat menggambarkan betapa retak hatinya saat ini.
Setelah tadi pagi, ia harus berangkat menggunakan angkutan umum. Sabil bilang, sudah terlebih dahulu janjian dengan Cella untuk berangkat awal. Sampai di sekolah, ia terus-menerus menjadi nyamuk, pembicaraan keduanya sangat ia tidak mengerti. Mulai dari pembicaraan mengenai basket, saat latihan di rumah Farhan dan saat mereka berangkat sekolah.
Langkah pendeknya, mulai menuruni satu per satu anak tangga. Air matanya sudah tak terbendung lagi, tentu saja hal itu mengundang tatapan aneh dari beberapa murid yang tengah menyaksikan turnamen di pinggir lapangan. Meliana mulai memasuki area kantin, duduk pada salah satu kursi. Untung, keadaan kantin sedikit kondusif sehingga, ia dapat menangis sepuasnya. Meluapkan semua rasa sakitnya.
Dadanya naik turun, bersamaan dengan sesenggukkan yang makin memperparah tangisannya. Ia sudah bersusah payah menahan desakan air matanya tapi, kenyataan membuatnya membiarkan tangisannya itu pecah.
"Neng? Kenapa nangis? Habis putus dari pacarnya?" tanya Mang Ipin, yang kebetulan tengah menggoreng gorengan. Merasa iba melihat Meliana, lelaki berkumis itu langsung menghampiri.
Meliana hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Aduh neng, terus kenapa? Nanti kalo si eneng nggak berhenti nangis, saya yang bisa kena tegur." Raut wajah Meng Ipin mulai terlihat panik, tak tahu harus berbuat apa.
"U--ud--dah, ma--ma--ng ker--ja aja," ucap Meliana sesenggukkan. Gadis ber bolamata cokelat itu, segera menelungkupkan kepala di meja kantin.
Mang Ipin hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berjalan kembali menuju lapaknya dengan sesekali menengok kembali pada gadis di belakangnya.
<<<<<>>>>>
Turnamen basket grub laki-laki telah selesai, kini tinggal grub perempuan yang akan memulai tanding. Sementara SMK Terput 2 harus puas dengan juara 2, setelah dikalahkan oleh SMK Trijaya Mukti di babak final.
Farhan melemparkan setiap peserta dengan satu botol air mineral, setelah semua peserta berjalan menuju UKS -tempat mereka berkumpul- yang langsung mereka tangkap dengan sigap.
"Makanya, kalo latihan jangan gombal mulu," ujar Farhan. Saat mereka sudah berkumpul semua.
"Ajarannya Udin nih." Seorang cowok yang merasa terpanggil itu pun mendelik kesal pada pemilik suara.
"Eh, upilnya dugong. Lu yang ngajak juga."
"Lu, kenapa mau pampesnya Onta?"
"Udah, daripada lu saling ngejek, mending pergi cari makan," lerai Farhan. Membuat keduanya segera mengambil langkah panjang keluar ruangan, sesekali keduanya saling dorong-mendorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPATU [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🍒🍒🍒🍒 Meliana membenci Farhan bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Farhan yang notabennya adalah kapten basket paling di gemari seantero sekolah, tidak lantas membuat Melian...