8. Kamu Itu?

43 30 8
                                    

Sejak pertama melihat Rasya, Gabriella tak henti-hentinya tersenyum. Monika yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.

Bel pulamg sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Karena hari ini adalah jadwal nya Monika dan Gabriella piket kelas. Jadi, mereka agak terlambat pulang.

"Dah selesai yey!" Seru Gabriella karena kewajibannya sudah selesai. "Pulang yuk nik." Ajaknya.

"Ayoh" mereka berdua berjalan keluar kelas tak lupa menutup pintu kelas dengan rapat.

Di sepanjang jalan Gabriella benar-benar seperti orang gila. Senyum nya tidak pernah hilang dari bibir manisnya. Hingga tak sadar mereka sudah sampai di parkiraj sekolah yang masih sedikit ramai.

"Lo di jemput bang Deva gak?" Tanya Monika.

"Nggak kayanya. Bang Deva lagi sibuk kuliah. Paling gue mesen ojeg online." Jawab Gabriella.

"Oke deh. Gue duluan ya. Nyokap gue udah jemput tuh." Monika sambil menunjuk mobil mamahnya.

"Oke bye."

Gabriella berjalan kearah gerbang sekolah, hingga tiba-tiba motor sport merah berhenti di hadapannya.

Gabriella sudah tau itu motor siapa. Dia sudah hafal di luar kepala. Karena motor itu dia mendapat tatapan horor tadi pagi.

"Ayo naik!" Ajak Rizan

"Ngapain?" Tanyanya sok polos

"Nganterin lo pulang lah."

"Gue bisa pulang sendiri."

"Lo berangkat sama gue. Pulang juga harus sama gue." Percayalah itu hanya alasan Rizan saja.

Sudahlah Gabriella sedang gembira hari ini. Jadi, dia malas bertengkar dengan Rizan. Gabriella naik ke motor Rizan susah payah.

"Lo bisa gak sih beli motor yang pendekan sedikit." Kesal Gabriella.

"Dasar pendek." Rizan mengusap wajahnya gusar. Sambil membantu Gabriella naik.

Setelah Gabriella naik Rizan langsung melajukan motornya meninggalakan pekarangan sekolanya.

Diperjalanan menuju rumah Gabriella Rizan hanya tersenyum. Rizan sudah tau alamat rumah Gabriella karena dia selalu mengikuti Gabriella semenjak masuk kelas duabelas.

Hingga sampailah di depan gerbang rumah bercat putih milik keluarga Gabriella.

Gabriella turun dari motor Rizan bingung. Pasalnya dia belum memberi tahu Rizan alamat rumhnya tapi....

"Kok lo tahu alamat rumah gue sih? Perasaan tadi lo gak nanya alamat rumah gue deh." Gabriella mengingat-ngingat.

"Perasaan lo aja kali. Tadi gue tanya kok. Lo nya aja yang pikun." Bohong Rizan.

"Iya kali yah. Lo mau mampir dulu?" Basa-basi saja.

"Kapan-kapan aja. Gue pulang, bye." Rizan langsung melajukan motornya dan meninggalkan Gabriella.

Gabriella memutar tubuhnya. Dan dia langsung melihat ayahnya di balik pintu gerbang dangan tangan dilipat didada.

Gabriella membuka pintu gerbang dan mendekati ayahnya. Dia berniat menyalami ayahnya tetapi langsung di tepis begitu saja oleh sang ayah.

"Dari mana kamu gabri?" Tanya Reno penuh penekanan.

"Gabri ada piket kelas sebentar tadi yah." Gabriella menunduk

Setiap kali di marahi ayahnya Gabriella selalu menunduk. Ayahnya sering memarahi Gabriella bahkan pernah tanpa sebab. Berbeda dengan Deva yang selalu mendapat kasih sayang lebih dari sang ayah.

"Pandai berbohong kamu sekarang! Piket atau keluyuran bersama laki-laki tadi? Gabri ayah bekerja untuk sekolah kamu. Kamu contoh itu abang kamu. Dia berprestasi tidak seperti kamu yang bisanya menyusahkan orang tua saja." Gabriella sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Dia melihat bundanya ada di belakang. Gabriella berlari menghampiri bunda dan langsung memeluknya.

"Gabri masuk kekamar." Ucap Karin.

"Iya bunda." Gabriella berlari memasuki rumah dan menaiki anak tangan dua-dua sekaligus dengan keadaan terus menangis.

Kenapa semua orang menganggapnya tidak bisa apa-apa. Dari keluarga dia kalah dengan Deva. Dari sekolah dia kalah dengan Monika. Semua tak adil!.

~♡~

Aku gak tau kalian terbawa emosi atau tidak tapi aku harap kalian suka ceritaku😊

Aku gak tau kalian terbawa emosi atau tidak tapi aku harap kalian suka ceritaku😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Siganteng Rizan)

Jangan lupa vote dan komen😉

Happy Reading😍

GabriellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang