Sejak keluar dari ruangan ayahnya Gabriella terus saja menangis. Kenapa ayahnya selalu kasar padanya. Dia selalu membandingkam antara dirinya dan Deva. Dia juga jarang ada di rumah.
Gabriella tidak tahu apa kesalahannya. Hingga dia dan Karin sampai di kantin Rumah Sakit. Mereka duduk di tempat yang terbilang cukup sepi.
"Kenapa bun! Kenapa ayah selalu seperti itu? Ayah tidak sayang Gabri? Ayah lebih sayang bang Deva! Ayah selalu membandingkan Gabri dan bang Deva. Dan sekarang? Ayah mengusir Gabri tapi tidak dengan bang Deva" Katanya panjang lebar.
"Gabri mau mendengarkan cerita bunda?" Gabriella hanya mengangguk sebagai jawaban
"Ibu dari ayah meninggal tepat di hari kelahiran Gabri". Karin menjeda kalimat sejenak. " Ketika oma ingin menyusul bunda yang akan melahirkan. Mobil oma oleng dan juga menabrak pohon besar. Oma meninggal di tempat sedangkan opa koma selama satu bulan dan kemudian menyusul oma". Karin sudah tak bisa membendung air matanya lagi. Dia akhirnya mampu menceritakan kepada Putri bungsunya ini.
"Ayah selalu berfikir bahwa kamu itu anak pembawa sial. Bunda selalu mengingatkan ayah bahwa tidak ada anak pembawa sial didunia ini. Kamu sama dengan Deva kamu sama dengan anak yang lain. Dan kamu adalah istimewah untuk bunda".
Gabriella langsung memeluk Karin erat. Dia berfikir apakah kelahirannya salah? Apakah ayahnya tak pernah menginginkannya?. Dunia terlalu abu-abu untuk saat ini.
"Hai".
***
Rizan tertegun mendengarkan cerita bunda Gabriella. Sejak awal Gabriella keluar dari sekolah dia sudah mengikutinya. Hingga sekarang dia berada di kantin. Tepat di belakang Gabriella dan bundanya.
Dia harus menghibur gadisnya. Ini mungkin begitu berat untuknya.
"Hai". Ucapnya ketika sudah berada didepan keduanya. "Permisi tante. Perkenalkan nama saya Rizan temannya Gabri".
"Oh iya. Ada apa ya?" Tanya Karin halus.
"Maaf tante. Bukan maksud saya menguping. Tetapi saya tadi mendengar obrolan tante dengan Gabri. Maafkan saya tante". Ucap Rizan merasa bersalah.
Karin hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Dia tidak terlalu mempermasalahkan. Asalkan Rizan mau menjaga rahasia itu.
"Kamu pergi cari angin bersama Rizan ya! Bunda akan bujuk ayah lagi!". Perintah Karin kepada Gabriella.
"Tapi bun. Rizan pasti sibuk!"
"Enggak kok". Rizan menjawab dengan secepat kilat. Pasalnya memang dia berniat mengajak Gabriella pergi hari ini.
"Oke Rizan jaga Gabri ya!" Karin berdiri kemudia pergi meninggalkan keduanya.
Hanya ada canggung diantara Rizan dan Gabriella. Mereka bingung harus memulai dari mana.
"Main yuk!" Ajak Rizan.
"Kemana?".
"Ikut aja!".
"Oke".
***
Akhirnya mereka memilih ketempat yang mungkin semua orang suka yaitu Mall.
Mereka hanya berjalan-jalan saja tanpa berniat membeli sesuatu.
"Lo gak ngajak Monika aja?" Entah keberanian dari mana akhirnya Gabriella bertanya seperti itu.
"Hah?".
"Iya kenapa lo gak ajak Monika aja?".
"Kenapa gue harus aja dia?
"Karena lo suka sama dia!".
~♡~
Hihi. Maaf ya kalo ambigu.
Semangat yang lagi UNBK😊
Jangan lupa tinggalkan jejak. Vote dan komen maksudnya😂
Happy Reading😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriella
Teen FictionSelalu berada di nomor dua adalah sesuatu yang sangat menyebalkan. Gabriella gadis manis dengan segala keunikannya yang selalu mendapatkan nomor kedua dari orang-orang disekitarnya. Dari mulai pelajaran di sekolah, bahkan hingga dia bertemu dengan...