Dengan kecepatan kilat secepat mungkin Gabriella memasukkan alat tulisnya kedalam tas.
Setelah tidak ada yang tersisa di mejanya dia cepat-cepat pergi keluar kelas meninggalkan Monika yang masih membereskan alat tulisnya.
"La bentar dong".
"Gue buru-buru. Gue duluan!". Dia tidak ingin marah kepada Monika. Karena memang Rizan bukan miliknya dan status mereka tidak ada kejelasan.
Selama ini dia hanya mengetahui bahwa Rizan baik kepadanya walaupun dia selalu bersikap tidak baik kepada Rizan.
Gabriella berjalan menyusuri koridor dengan langkah malas. Seperti tidak ada tenaga dan semangat untuk hari ini.
"Hai cantik". Gabriella menoleh dan mendapati Rizan yang bersender pada tiang penyangga dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.
"Tumben lo manggil gue cantik. Biasanya lo selalu manggil gue jelek dan antek-anteknya".
"Oh oke gue ulangi. Hai jelek". Rizan sengaja menggoda Gabriella karena dia suka melihat wajah kesal gadis itu.
"Serah lo deh. Gue males debat". Ucapnya dan melanjutkan jalannya.
"Dih ko gitu sih. Lo gak marah gitu? Ayo dong marah. Ayo marah, eh jelek, boncel, dekil. Elah diem terus". Rizan berusaha terus menggoda Gabriella. Dia sedikit berlari agar mensejajarkan langkahnya dengan langkah Gabriella.
Karena sang empu tidak merespon sama sekali. Akhirnya Rizan menarik Gabriella secara paksa. Dan entah kenapa Gabriella tidak menolak atau berontak sama sekali.
Hingga mereka sampai diparkiran sekolah yang masih cukup ramai.
Melihat Gabriella yang tetap diam. Akhirnya Rizan memakaikan Helm Gabriella.
"Ayo naik". Katanya.
"Mau kemana? Gue lagi gak mood". Jawabnya dengan suara yang malas.
"Karena dari itu. Gue liat muka lo kecut banget. Jadi Lets go".
Sudahlah melawanpun tak mungkin berhasil. Gabriella naik ke motor merah Rizan dengan susah payah. Tentunya mendapat senyuman jail oleh Rizan.
"Cepet tinggi ya. Pengangan!"
Gabriella diam. Entah kenapa sejak tadi Gabriella banyak diam dan itu membuat Rizan bingung. Akhirnya Rizan menarik tangan Gabriella dan memasukkannya kedalam jaket merah miliknya.
Rizan melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata. Dia ingin berlama-lama dengan gadis di belakangnya ini.
Hingga mereka sampai di sebuah tempat perpelanjaan di daerah jakarta selatan.
Gabriella turun dari turun dari morot Rizan dan menyerahkan helm kepada Rizan.
Rizan menarik tangan Gabriella dan menggandengnya. Jemari mungil Gabriella seperti sangat pas di tangan kekar milik Rizan.
Rizan membawa Gabriella di kedai ice cream. Dia menyuruh Gabriella tetap disini membiarkan dirinya saja yang memasan.
Dalam hati Gabriella apakah dia akan menanyakan langsung pada Rizan atau tidak? Ah mungkin iya.
Rizan kembali kemejanya. Dengan membawa dua ice cream cokelat dan meletakkan didepan Gabriella.
"Jadi ada yang mau lo omongin?" Tanya Rizan seakan tahu apa yang ada di dalam otak Gabriella.
"Lo suka sama Monika?". Tanya nya to the point.
"Lo cemburu?" Rizan menjeda kalimatnya dengan seringai yang menuju Gabriella itu sangat menakutkan.
"Gak! Gak udah di jawab. Ayo pulang" Gabriella malu. Sangat-sangat malu jika harus bertanya sekarang.
Akhirnya dia menarik tangan Rizan paksa dan mengajaknya agar cepat pulang. Mungkin nanti dia akan menanyakan hal itu tapi bukan sekarang karena dia masih belum yakin.
~♡~
Hiiiii. Semangat yang mau UNBK buat anak SMK nanti senin. Karena aku juga UNBK hari senin hehe.Segitu aja dan jangan lupa vote dan komen😉
Happy Reading😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Gabriella
Teen FictionSelalu berada di nomor dua adalah sesuatu yang sangat menyebalkan. Gabriella gadis manis dengan segala keunikannya yang selalu mendapatkan nomor kedua dari orang-orang disekitarnya. Dari mulai pelajaran di sekolah, bahkan hingga dia bertemu dengan...